Belajar Budaya Melalui Pencak Silat

Bandung, UPI

Pencak silat, seni bela diri tradisional Indonesia, telah membawa Isa pria berusia 51 tahun asal Amsterdam Belanda  berkunjung ke UPI untuk mengikuti perkuliahan dan berbagi pengalaman bersama para mahasiswa Pendidikan Seni Tari FPSD UPI dalam mata kuliah Pencak Silat yang diampu oleh Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si., di Laboratorium Dance, Gedung FPBS UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Rabu (8/11/2017).

Dr. Yuliawan, mengatakan,”Ketertarikan Isa terhadap budaya dan adat istiadat yang ada di Jawa Barat membuat dirinya ingin mengetahui banyak hal tentang apa-apa saja yang ada di Jawa Barat. Isa merupakan seorang pemerhati budaya dan juga seniman, hal tersebut yang nampaknya mendorong dia untuk melakukannya. Satu hal yang ia tekankan adalah mempelajari seni bela diri tradisional Indonesia  yaitu pencak silat. Pencak silatlah yang membawa dia untuk mempelajari budaya Jawa Barat.”

Lebih lanjut dikatakan, dari pencak silat tersebut, dia mendapatkan banyak pelajaran hidup, tidak hanya belajar tentang ilmu pencak silatnya saja, namun filosofinya juga. Saat ini dia sudah mampu berbahasa Sunda, namun anehnya dia tidak menguasai bahasa Indonesia.

“Kultur budaya Jawa Barat, khususnya Sunda yang ramah terhadap tamu, membuat Isa merasa nyaman untuk tinggal dan menetap. Saat ini dia tinggal di Cijulang, Pangandaran dan akan pindah ke Garut yang suasananya lebih sejuk. Dikatakannya, suasana di Jawa Barat tidak jauh berbeda dengan Eropa, jadi dia merasa seperti berada di rumah sendiri,” ungkapnya.

Untuk diketahui, lanjutnya, sebelum mempelajari pencak silat, dia juga belajar seni bela diri Korea. Menurutnya, seni bela diri korea tidak berbeda dengan pencak silat. Jika dibandingkan dengan seni bela diri lainnya, kebanyakan lebih menonjolkan kekuatan fisik dibandingkan dengan pikiran.

Dalam kesempatan tersebut, Isa mengatakan,”Di Jawa Barat terdapat dua aliran pencak silat diantaranya aliran Cimande dan Cikalong. Saya sendiri termasuk anggota Pencak Silat Panglipur Cijulang, Pangandaran. Saya sangat tertarik dalam martial arts, pencak silat, it’s very advanced, berbeda dengan karate, pencak silat sangat kumplit, banyak teknik seperti hit and hiding, ada spiritual side, ada energi luar biasa, yaitu tenaga dalam.”

Menurut saya, lanjutnya, unsur budaya dan permainan dalam pencak silat adalah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni karena ada tarian pencak silat yang dipadupadankan dengan musik. Adapun unsur-unsur dalam pencak silat diantaranya ada olahraga untuk kesehatan, bela diri, nilai seni, kaidah, nilai-nilai dalam kehidupan, filosofi, musik, dan gerak tubuh.

“Dalam pencak silat kita belajar untuk konsentrasi dan fokus memusatkan pikiran untuk menghasilkan sebuah energi, disitulah kekuatannya. Jadi saya mempelajari esensi dari mana energi itu berasal, ternyata pikiran kita lah adalah yang menhasilkan energinya,” ujarnya.

Ketika ditanya kenapa ingin tinggal di Jawa Barat, dia mengatakan,”Abdi resep di kampung, diajar bahasa Sunda, di kota mah gandeng, seueur polusi. 12 tahun saya tinggal di Kairo, disana bertemu dengan orang Indonesia, soft and gentle, muslim Arab lebih agresif beda sama Indonesia. Indonesia sangat ramah.” (dodiangga/rizaibrahim)