Belajar Softskill Melalui Rumah Kreasi Bumi Siliwangi

2Bandung, UPI

Jarum jam menunjukkan pukul 16.00 WIB. Suasana ruangan sudah mulai ramai oleh keceriaan anak-anak di kawasan RW 01 Geger Kalong Girang, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Keceriaan di raut wajah mereka yang siap menerima pelajaran dengan penuh semangat. Keceriaan dan semangat yang menghangatkan suasana sekolah, Rumah Kreasi Bumi Siliwangi (RKBS).

Rumah Kreasi Bumi Siliwangi merupakan program kerja Kementrian Pengabdian pada Masyarakat (KPPM) Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (BEM Rema UPI). RKBS merupakan sebuah program jangka panjang dan berkelanjutan. Program yang dalam proses realisasi dan pengelolaannya melibatkan seluruh komponen organisasi mahasiswa (ormawa) di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), merupakan wadah pendidikan softskill bagi anak usia produktif sekolah khususnya tingkat usia Sekolah Dasar yang putus sekolah. Program ini merupakan bukti nyata bakti kampus pendidikan untuk pendidikan di Indonesia.

Perjalanan RKBS banyak meninggalkan cerita. Berpindah kawasan demi menemukan sasaran yang tepat. Program ini tercetus pada tahun 2006, berawal dari sebuah penelitian terhadap warga di sekitar kawasan RKBS. Sebelum mengajar dan mengabdi di kawasan Geger Kalong Girang, program ini pernah singgah mengabdi di kawasan Cipaku Indah. “Bukan tanpa kesulitan dan masalah, namun itulah tantangan yang dihadapi relawan RKBS dalam mengembangkannya,” ujar Fajrin, Kepala Sekolah RKBS.FOTO

Program ini dibentuk untuk mengembangkan kreativitas anak-anak yang kurang mampu agar dapat mandiri di lingkungan keluarga dan masyarakat. Banyak tersimpan harapan dari anak-anak yang sekolah di sini. RKBS yang berbasis pada pendidikan lifeskill, diharapkan dapat menjadi salah satu wadah yang bisa menjawab permasalahan pendidikan saat ini. Sama halnya denga harapan anak-anak penerus bangsa ini. Pelajaran dan pembekalan keterampilan yang diberikan, dapat dikembangkan dan diberdayakan. Pemberdayaan dapat dilakukan pada sector wirausaha (entrepreneur), keterampilan, bakat dan lain sebagainya. “Yang paling esensial adalah memberikan pendidikan luar sekolah kepada anak-anak yang kurang mampu”, ujar Fajrin.

Keceriaan anak-anak mengobati lelahnya memecahkan permasalahan. Kesungguhan mereka dalam menuntut ilmu membuat relawan senang dan bangga. Keberadaan mereka memberikan banyak pelajaran untuk kehidupan. Memberikan harapan dan asa untuk menggapai mimpi mereka di masa yang akan datang.

Respons negatif pernah diterima dari anak-anak dan masyarakat sekitar. Keterasingan anak-anak akan program ini, sempat menyulitkan adaptasi dengan pendatang baru. Kesulitan dalam mengatur dan mengondisikan anak-anak menjadi kesulitan tersendiri bagi para relawan. Namun, lambat laun mereka senang dengan adanya RKBS. Suasana inilah yang membuat program ini berkembang hingga sekarang.

Banyak hal yang harus dilakukan mahasiswa dalam mengabdikan dirinya bagi masyarakat sekarang. Permasalahan yang terus melanda negeri ini, menunggu aksi dan solusi dari mahasiswa. RKBS merupakan satu dari banyak solusi yang dilakukan untuk menjawab permasalahan di masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengembangan skill. Diharapkan, akan banyak aksi kreatif lain dari para mahasiswa dalam menjawab permasalahan lain di negeri ini.

“Teruslah menjadi pendidik dan pengajar yang mampu membuat mimpi anak-anak kondisi ekonomi menengah ke bawah menjadi besar,” kata Putry Nurhidayany, Dirjen Pengabdian. (Adi Moch Priyanto, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)