DASAR-DASAR KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI

Prof. Dr. H. Suwatno, M.Si.
(Guru Besar Komunikasi Organisasi FPEB, UPI)

Dalam pembelajaran di level manapun, komunikasi memiliki peran utama. Tanpa komunikasi yang efektif, proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan optimal. Untuk itu keterampilan komunikasi pembelajaran sangat penting dimiliki oleh setiap dosen di Perguruan Tinggi.

Komunikasi berasal dari kata Latin “communis” yang berarti “sama” yang menyiratkan pengertian/pemahaman bersama. Komunikasi adalah proses pertukaran ide, pandangan, fakta, perasaan, dan lain-lain di antara orang-orang untuk menciptakan pemahaman bersama.

Dalam komunikasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut.

  1. Pengirim (Sender): Pengirim adalah orang yang menyampaikan pikiran atau gagasannya kepada penerima. Pengirim mewakili sumber komunikasi.
  2. Pesan (Message): Ini adalah isi ide, perasaan, informasi atau sejenisnya yang dikomunikasikan.
  3. Encoding: Ini adalah proses mengubah pesan menjadi simbol komunikasi seperti kata-kata, gambar, gerakan dan lain-lain.
  4. Media: Ini adalah jalur di mana pesan yang disandikan ditransmisikan ke penerima. Saluran bisa dalam bentuk tertulis, tatap muka atau melalui teknologi,
  5. Decoding: Ini adalah proses mengubah simbol yang dikodekan dari pengirim.
  6. Penerima (Receiver): Orang yang menerima komunikasi dari pengirim.
  7. Umpan Balik (Feedback): Ini mencakup semua tindakan atau respon penerima yang menunjukkan bahwa dia telah menerima dan memahami pesan pengirim.
  8. Kebisingan (Noise): adalah halangan dalam komunikasi. Hambatan ini dapat disebabkan oleh pengirim, pesan atau penerima.

Sumber: Wilks (2016)

Jadi, komunikasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Komunikasi adalah proses dua arah.
  2. Ada dua pihak, satu dikenal sebagai pengirim dan yang lainnya dikenal sebagai penerima
  3. Ada pesan yang dikirim oleh pengirim ke penerima
  4. Penerima menerima pesan dan memahaminya.
  5. Komunikasi tidak lengkap sampai orang lain mempersepsikannya dengan cara yang sama seperti yang dimaksudkan oleh penerima.

Terdapat empat tingkatan tujuan orang berkomunikasi, yaitu (Morissan, 2013, dalam Rachman, 2015):

  1. Pada tingkat sosial pertama, orang berkomunikasi untuk kesenangan belaka,
  2. Pada tingkat sosial kedua, orang berkomunikasi untuk menunjukkan keterkaitannya dengan orang lain,
  3. Pada tingkat sosial ketiga, orang berkomunikasi untuk membangun dan memelihara hubungan,
  4. Pada tingkat sosial keempat, mereka berkomunikasi untuk menegaskan hubungan-hubungan mereka.

Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu:

  1. Kejelasan, hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
  2. Ketepatan, ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
  3. Konteks, konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
  4. Alur, Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
  5. Budaya, Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tata krama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

Sementara itu Prijosaksono & Sembel (2002, dalam Nofrion, 2018) menyebutkan 5 hukum komunikasi efektif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) yang dirangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi komunikasi efektif yaitu “REACH” (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble).

  • Respect

Dalam berkomunikasi, komunikator harus memiliki rasa hormat kepada pendengarnya. Semua komunikator harus menyadari bahwa pada prinsipnya semua manusia ingin dihargai dan dihormati. Penghargaan komunikator kepada komunikan sebenarnya adalah cara yang tepat dalam menghargai diri sendiri. Jika komunikator dalam berkomunikasi membangun komunikasi yang menghormati dan menghargai, maka akan tercipta kerja sama yang baik, suasana batin yang nyaman yang pada akhirnya akan menghasilkan sinergi dan efektivitas.

  • Empathy

Empathy adalah sikap atau kemampuan seorang komunikator menempatkan diri terhadap kondisi para komunikan. Kemampuan menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain akan mempermudah sampainya pesan. Salah satu syarat utama dalam memiliki sikap empati ini adalah kemampuan komunikator untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu, akan mempermudah terciptanya keterbukaan dan kepercayaan yang diperlukan oleh seorang komunikator dalam suatu konteks komunikasi. Empati di sini juga bisa diartikan sebagai kemampuan memahami pendengar, kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif.

  • Audible

Hukum ketiga ini berarti bahwa pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator harus dapat didengar oleh komunikan dengan baik. Di samping mengacu kepada kemampuan komunikator dalam menyampaikan pesan/informasi, hukum ini juga berhubungan dengan penggunaan berbagai macam media atau saluran komunikasi (delivery channel).

  • Clarity

Clarity adalah kejelasan pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Kejelasan ini menyangkut kesamaan makna antara maksud pengirim dengan penerima pesan. Pesan A harus diterima A. Untuk itu, kejelasan pesan ini didukung oleh kualitas suara komunikator. Selain itu, clarity juga bisa berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi diperlukan sikap terbuka (tidak ada yang ditutup-tutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) kepada komunikator bukan sebaliknya.

  • Humble.

Hukum terakhir adalah humble yang berarti rendah hati. Maksud dari sikap rendah hati ini adalah seorang komunikator tidak bersikap sombong atau menganggap komunikator lebih rendah. Hukum ini berkaitan dengan hukum pertama yaitu respect.

Sumber: Nofrion (2018)

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN EFEKTIF

Ada beberapa faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran, yaitu: guru, siswa, sumber belajar, alat belajar, dan kurikulum (Kurniawan, 2005, dalam Sutirman, 2006). Selain itu, keberhasilan pembelajaran juga harus didukung oleh komponen-komponen lain seperti teknik atau metode belajar yang sesuai serta latar atau situasi yang kondusif bagi proses pembelajaran.

Diantara faktor-faktor tersebut, dosen menduduki faktor yang paling menentukan dalam kesuksesan pembelajaran. Seorang dosen harus mampu menggunakan keterampilan berkomunikasi dengan baik dalam proses pembelajaran.

Tujuan komunikasi pembelajaran antara lain:

  1. Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar
  2. Memotivasi mahasiswa
  3. Menyajikan informasi
  4. Merangsang diskusi
  5. Mengarahkan kegiatan mahasiswa
  6. Memberikan pengalaman simulasi

Prinisp-prinsip pembelajaran efektif menurut Gaffur (2006, dalam Sutirman, 2006):

  1. Kesiapan dan motivasi.

Kesiapan mencakup kesiapan mental dan fisik. Untuk mengetahui kesiapan mahasiswa dalam menerima materi, sebelum dilakukan proses pembelajaran dapat dilakukan tes diagnostik atau tes prerequisite. Motivasi terdiri dari motivasi internal dan eksternal, yang dapat ditumbuhkan dengan pemberian penghargaan, hukuman, serta deskripsi mengenai keuntungan dan kerugian dari pembelajaran yang akan dilakukan.

  • Alat penarik perhatian

Pada dasarnya perhatian atau konsentrasi manusia adalah sering berubah-ubah dan berpindah-pindah (tidak fokus). Sehingga dalam mendesain pesan belajar, dosen harus pandai-pandai membuat daya tarik, untuk mengendalikan perhatian mahasiswa pada saat belajar. Pengendali perhatian yang dimaksud dapat berupa: warna, efek musik, pergerakan atau perubahan, humor, kejutan, ilustrasi verbal dan visual, serta sesuatu yang aneh.

  • Partisipasi aktif mahasiswa

Guru harus berusaha membuat mahasiswa aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menumbuhkan keaktifan mahasiswa harus dimunculkan rangsangan-rangsangan, dapat berupa: tanya jawab, praktik dan latihan, drill, membuat ringkasan, kritik dan komentar, serta pemberian proyek (tugas).

  • Pengulangan

Agar mahasiswa dapat menerima dan memahami materi dengan baik, maka penyampaian materi sebaiknya dilakukan berulang kali. Pengulangan dapat berupa: pengulangan dengan metode dan media yang sama, pengulangan dengan metode dan media yang berbeda, preview, overview, atau penggunaan isyarat.

  • Umpan balik

Dalam proses pembelajaran, sebagaimana yang terjadi pada komunikasi, adanya feedback merupakan hal yang penting. Umpan balik yang tepat dari dosen dapat menjadi pemicu semangat bagi mahasiswa. Umpan balik yang diberikan dapat berupa: informasi kemajuan belajar mahasiswa, penguatan terhadap jawaban benar, meluruskan jawaban yang keliru, memberi komentar terhadap pekerjaan mahasiswa, dan dapat pula memberi umpan balik yang menyeluruh terhadap performansi mahasiswa.

  • Menghindari materi yang tidak relevan

Agar materi yang diterima peserta belajar tidak menimbulkan kebingungan atau bias dalam pemahaman, maka harus dihindari materi-materi yang tidak relevan dengan topik yang dibicarakan. Untuk itu dalam mendesain pesan perlu memperhatikan bahwa: yang disajikan hanyalah informasi yang penting, memberikan outline materi, memberikan konsep-konsep kunci yang akan dipelajari, membuang informasi distraktor, dan memberikan topik diskusi.

Akan tetapi, terkadang dalam komunikasi pembelajaran dosen menemukan hambatan-hambatan seperti:

  1. Hambatan dari proses komunikasi, seperti hambatan dalam penyampaian pesan, hambatan penerima pesan, hambatan media dan hambatan dalam memberikan umpan balik (feedback)
  2. Hambatan fisik, misalnya gangguan kesehatan dan gangguan pada alat komunikasi
  3. Hambatan semantik, misalnya kata-kata yang tidak jelas dan berbelit-belit
  4. Hambatan psikologi, misalnya karena prasangka.

KOMUNIKASI ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA

Setidaknya terdapat tiga pola komunikasi antara dosen dan mahasiswa, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi (Djamarah, 2005)

  1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan dosen sebagai pemberi aksi dan mahasiswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan mahasiswa pasif, mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.
  • Komunikasi sebagai interaksi atau komuniksi dua arah, dosen berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi, demikian pula halnya dengan mahasiswa, bisa sebagai penerima aksi bisa pula sebagai pemberi aksi. Hal ini menyebabkan terjadinya dialog antara dosen dan mahasiswa.
  • Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak hanya terjadi antara dosen dan mahasiswa. Mahasiswa dituntut lebih aktif daripada dosen, sebagaimana halnya dosen, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi mahasiswa lain.

Keterampilan komunikasi pembelajaran yang perlu dimiliki oleh dosen diantaranya memiliki 3 kategori kemampuan sebagai berikut (Sokolove & Sadker, dalam Sutirman, 2006):

  1. Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan mahasiswa

Kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif dalam proses pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa mau mengungkapkan perasaan atau  masalah yang sedang dihadapinya tanpa merasa terpaksa. Untuk menciptakan iklim demikian, seorang dosen perlu melakukan:

  1. Memberikan dorongan positif
  2. Bertanya yang sifatnya tidak memojokkan
  3. Fleksibel.
  • Kemampuan menjelaskan perasaan yang diungkapkan mahasiswa

Setelah mahasiswa mau mengungkapkan perasaan atau masalahnya sendiri, selanjutnya tugas dosen adalah membantu mengklarifikasi ungkapan perasaan mahasiswanya. Untuk itu dosen perlu menguasai dua jenis keterampilan:

  1. Merefleksikan ungkapan perasaan mahasiswa.

Tips merefleksikan ungkapan perasaan:

  • Hindari prasangka terhadap topik yang disampaikan mahasiswa
  • Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal dan non verbal yang disampaikan mahasiswa
  • Lihat, dengarkan dan rekam dalam hati setiap kata dan perilaku khas yang diperlihatkan mahasiswa
  • Bedakan kata-kata/pesan yang bersifat emosional
  • Beri tanggapan dengan memparafrase kata-kata yang diucapkan mahasiswa
  • Jaga nada suara jangan sampai terkesan menghakimi mahasiswa
  • Meminta klarifikasi terhadap pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan mahasiswa.
  • Mengajukan pertanyaan inventory (pertanyaan yang membuat mahasiswa melacak pikiran, perasaan, dan perbuatannya sendiri serta menilai efektivitas dari perbuatan tersebut).

Pertanyaan inventory dikelompokkan menjadi tiga jenis:

  • Pertanyaan yang menuntut mahasiswa untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya
  • Pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan, pikiran dan perbuatannya.
  • Pertanyaan yang menggiring mahasiswa untuk mengidentifikasi konsekuensi/akibat dari perasaan, pikiran dan perbuatannya.
  • Kemampuan mendorong mahasiswa untuk memilih perilaku alternatif

Untuk keperluan ini, seorang dosen diharapkan memiliki kemampuan antara lain:

  1. Mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternative yang sesuai
  2. Melatih perilaku alternatif serta merasakan apa yang dihayati mahasiswa dengan perilaku tersebut
  3. Menerima feedback dari orang lain tentang efektivitas setiap perilaku alternative
  4. Meramalkan konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang dari setiap perilaku alternative
  5. Memilih perilaku alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi mahasiswa.

Sebagai pengendali dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung, dosen bertanggung jawab atas pengorganisasian kegiatan, waktu, fasilitas, dan segala sumber yang dimanfaatkan dalam kelas. Oleh karena itu, terciptanya iklim yang kondusif tersebut sangat tergantung dari dosen. Untuk menciptakan iklim yang kondusif tersebut, disarankan pentingnya pengkomunikasian harapan (expectation) dari dosen kepada mahasiswa.

Setiap mahasiswa yang ada di kelas harus sadar akan hal-hal yang diharapkan dari mereka. Misalnya mereka harus tahu bahwa jika dosen sedang menerangkan sesuatu, mereka harus memperhatikan dengan cermat, dan kemudian mengemukakan pendapat mereka jika ada hal yang perlu ditanyakan. Harapan tercermin dari apa yang dikerjakan dan dibuat oleh dosen dan mahasiswa. Harapan dapat terdiri atas beberapa hal seperti (Rachman, 2015):

  1. Tugas-tugas yang jelas diketahui oleh setiap mahasiswa
  2. Pembagian waktu yang jelas untuk mengerjakan setiap tugas
  3. Perilaku yang semestinya ditunjukkan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas itu
  4. Cara pemberian balikan untuk setiap tugas.

Untuk itu, ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan oleh dosen (Rachman, 2015):

  1. Tujuan

Nyatakan tujuan/arah kegiatan pada awal kuliah. Pengkomunikasian persyaratan mata kuliah yang mencakup garis besar kegiatan dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa lulus dari mata kuliah tersebut, merupakan salah satu cara untuk membuat para mahasiswa sadar akan tujuan yang dicapai dan persyaratan untuk mencapainya.

  • Respek (Rasa hormat)

Rasa hormat mahasiswa kepada dosen dapat ditumbuhkan dengan cara menunjukkan lebih dahulu rasa respek dosen terhadap mahasiswa. Rasa saling menghormati antara dosen dan mahasiswa perlu dipelihara karena hal itu akan menumbuhkan lingkungan belajar yang sehat.

  • Keteraturan

Aturan kelas yang jelas, sepertim tidak boleh merokok selama mengikuti kuliah, cara mengajukan pertanyaan yang sopan, atau batas waktu penyerahan paper yang jelas, akan membuat keteraturan dan rasa aman dalam kelas.

  • Berlaku Adil

Perlakuan yang adil yang ditunjukkan oleh dosen terhadap mahasiswa, terutama yang berkaitan dengan aturan dan persyaratan mata kuliah yang telah disepakati sebelumnya, akan membantu menumbuhkan iklim kerja yang positif.

  • Rasa Aman

Menjaga rasa aman mahasiswa dengan mencegah terjadinya kekacauan merupakan tantangan berat bagi dosen-dosen muda yang belum berpengalaman. Ketegasan, ketepatan, dan kecepatan bertindak merupakan salah satu kunci dalam mencegah terjadinya hal-hal yang menghilangkan rasa aman mahasiswa.

  • Penuh Perhatian (Caring)

Perhatian dosen terhadap para mahasiswa, baik melalui kontak pandang, senyuman, maupun kata-kata yang wajar, akan membantu menumbuhkan iklim kelas yang kondusif, dan memenuhi harapan mahasiswa

REFERENSI:

Djamarah. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nofrion. (2018). Komunikasi Pendidikan: Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi Dalam Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group

Rachman, M. (2015). Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. Semarang: UNNES

Sutirman. (2006). Komunikasi Efektif Dalam Pembelajaran. Jurnal Efisiensi, Vol. VI, No. 2, Agustus.

Wilks, L. (2016). Communicating an arts foundation’s values: sights, sounds and social media. Arts and the Market, 6(2), 206–223.