Degradasi Etika dan Moral pada Siswa

Oleh : Estu Supriyadi

Mahasiswa Departemen Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI

Sudah sepantasnya seorang siswa sebagai insan terdidik mampu untuk mengendalikan emosi dan menujukkan perilaku yang baik khususnya etika dan moral. Etika dan moral tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari karena keduanya menunjukkan perlilaku yang akan dipandang baik, buruk, salah ataupun benar dimata orang lain yang melihatnya. Moralis di Inggris berpendapat bahwa moral yang baik ataupun buruk akan sangat ditentukan oleh kemampuan intlek atau akal budi. jadi moral yang ditunjukkan oleh siswa akan sangat dipengaruhi kedewasaan dan akal budinya dalam menyikapi sebuah keadaan. Mengedepankan perilaku yang mencerminkan etika dan moral setiap hari sudah diterapkan kepada siswa dalam pembelajaran di sekolah.

Sekolah merupakan sebuah lembaga untuk para siswa menimba ilmu dan mengembangkan kepribadian guna terciptanya generasi-generasi penerus bangsa yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Orang tua siswa mempercayakan sepenuhnya buah hati mereka untuk belajar di sekolah karena mereka yakin dengan mengikut sertakan anaknya di sekolah dapat membentuk karakter yang baik dan menajauhi perilaku yang buruk. Sekolah juga  tempat para siswa memperoleh pendidikan.

Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lalu siapakah yang mendidik semua siswa untuk dapat mencapai tujuan dari pendidikan tersebut? Orang itu tidak lain adalah seorang guru, mereka semua adalah para pahlawan tanpa tanda jasa yang mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membentuk pola pikir dan kepribadian siswa supaya tujuan pendidikan itu terwujud dan melahirkan putra-putri bangsa Indonesia yang kelak akan melanjutkan cita-cita dan tujuan negara ini.

Bahkan menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lantas bagaimanakah seharusnya sikap seorang siswa pada guru yang telah sabar mendidiknya tiap hari? Ternyata jauh dari sikap dan etika yang mengedepankan moral, jangankan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan menunjukkan sikap sopan dan santun pun saat ini seakan sulit untuk dimiliki semua siswa.

Akhir-akhir ini kita mengetahui telah terjadi berbagai peristiwa yang melibatkan siswa dan guru di sekolah. Masih segar di ingatan kita seorang siswa SMA di Sampang yang menganiaya gurunya hingga meninggal karena tidak terima ia ditegur saat belajar ataupun seorang siswa MTs di Purbalingga yang menantang kepala sekolanya untuk berkelahi karena ia tidak mau menerima hukuman terkait ulahnya membolos sekolah. Kedua peristiwa tadi menunjukkan belum terbentuknya perilaku menghargai dan menghormati serta sikap mau menerima nasihat orang lain pada siswa. Memang tidak semua siswa berperilaku buruk seperti itu tetapi beberapa peristiwa yang terjadi menunjukkan bahwa sikap beberapa siswa mencerminkan ia belum memiliki etika dan moral yang baik.

Salahkah metode pembelajaran seorang guru yang selama ini diterapkan pada siswa sehingga mereka tidak mampu menunjukkan perilaku yang beretika dan bermoral? Sungguh semuanya tidak dapat dibebankan kepada tanggung jawab guru saja karena tugas guru mendidik dan mengawasi peserta didik hanya di ruang lingkup sekolah saja dan banyak waktu dari siswa dihabiskan di rumah atau lingkungan permainannya. Kondisi rumah yang tidak harmonis, lingkungan tempat tinggal yang sering terjadi konflik dan tidak kondusif bahkan peran media masa yang sangat berkembang pesat di era globalisasi sekarang ini dapat mempengaruhi pola pikir seorang siswa yang rentan untuk mengekspresikan ego dan nafsunya.

Kita tidak dapat memungkiri dari media masa seorang siswa dapat menemukan konten-konten kekerasan yang tentunya akan berpengaruh pada perilakunya. Games dan film sangat berpengaruh dalam kepribadian seorang siswa. Akhir-akhir ini kita tahu game yang berjudul “Pukul Guru Anda” yang menggambarkan seorang siswa yang memukul gurunya. Akhir-akhir ini dunia film Indonesia juga disuguhkan sebuah film mengenai cerita remaja SMA di era 90-an yang identik dengan tawuran dan perkelahian antar geng motor. Jika kita cermati dalam film tersebut dapat mengubah pola pikir dan perilaku seorang siswa karena di dalamnya terdapat adegan tawuran, melawan guru dan bahkan mengajaknya untuk berkelahi. Mungkin tidak semua hal buruk dalam adegan sebuah film akan berdampak langsung pada siswa tetapi kadangkala siswa emosinya gampang berubah sehingga apapun stimulus dan masukan dari luar yang dapat meningkatkan hawa nafsu serta adrenalinnya bukan tidak mungkin dalam diri siswa akan terbentuk karakter yang senang bertindak kasar dan menunjukkan perilaku yang tidak beretika dan bermoral.

Melihat semua realita yang terjadi pada sekarang ini yang dialami siswa maka dapat dikatakan telah terjadi degradasi etika dan moral, lalu mengapa peristiwa kekerasan pada guru masih saja terjadi dan mungkinkah untuk zaman sekarang pendidikan formal yang mengedepankan ajaran yang menitikberatkan pada perubahan sikap dan perilaku siswa dengan cara teguran dan hukuman seolah hanya angin lalu dan tak berarti ketika pola pikir dan perilaku seorang siswa telah teracuni oleh perilaku buruk yang bersumber dari lingkungan, stimulus ataupun tontonan yang nyatanya semakin menunjukkan contoh-contoh dari degradasi etika dan moral.

Tugas sekolah dan guru benar-benar akan sangat diuji untuk dapat menyelesaikan masalah etika dan moral siswa dan akan sangat memprihatinkan ketika nasihat, teguran ataupun hukuman yang diberikan kepada siswa untuk mengubah perilakunya malah kemudian menjadi bumerang kepada guru yang sebenarnya hanya bermaksud untuk menjalankan tugasnya dan membantu siswa menjadi orang yang lebih baik. Maka diperlukan cara dan metode yang baru untuk diterapkan dalam mendidik, mengatur dan mengubah perilaku siswa supaya etika dan moralnya tidak tergerus oleh kerasnya pengaruh zaman yang semakin membutakan pikiran dan menutup pintu hati.