Departemen Pariwisata UPI Selenggarakan The 3rd International Seminar on Tourism

Bandung, UPI

Pentingnya penelitian bagi pariwisata, diperlukan untuk mendorong perilaku wisatawan agar lebih cerdas dan berkelanjutan. Terdapat aksi dan tindakan negatif wisatawan yang berdampak dan memiliki konsekuensi terhadap individu, komunitas, dan dunia. Ada beberapa wisatawan yang melakukan hal-hal merusak, menciptakan rasa tidak aman, dan mengganggu, oleh karena itu diperlukan sebuah upaya untuk membangun dan mengendalikan perilaku buruk wisatawan dengan 10 strategi positif dalam rangka mempromosikan perilaku wisatawan cerdas. Demikian ungkap Prof. Phillip J Pierce dari James Cook University, Queensland, Australia, saat berbicara sebagai keynote speaker dalam kegiatan The 3rd International Seminar on Tourism (ISOT) di Travello Hotel Jalan DR. Setiabudhi No.268, Bandung, Rabu (12/12/2018).

10 strategi positif yang dimaksud adalah pertama, kenali, ujarnya, kita perlu mengenali dan mengidentifikasi bahwa perilaku mereka dapat menciptakan masalah. Kedua, menolak, mengurangi permintaan. Ketiga, kurangi, yaitu mengurangi penggunaan yang tidak perlu. Berikutnya adalah daur ulang, menggunakan kembali untuk tujuan yang sama. lalu ganti, yaitu menemukan pengalaman pengganti dengan lebih sedikit atau tidak ada dampak pada lingkungan.

“Strategi ke-6 yaitu penggunaan ulang, karena penggunaan produk satu kali dapat menjadi mahal dan tidak ramah lingkungan. Tujuh adalah Re-engineer, desain ulang atau restrukturisasi perilaku melalui intervensi fisik atau pribadi yang aktif. Berikutnya latih kembali, mengembangkan keterampilan fisik dan pribadi untuk mengatasi situasi baru dengan lebih baik. Kemudian ke-9 adalah reward, dan ke-10 adalah mendidik ulang, yaitu melakukan perubahan jangka panjang pada perilaku pribadi yang dihasilkan dari pengalaman wisata dapat membantu upaya keberlanjutan secara keseluruhan,” ungkapnya.

Disampaikannya bahwa kampanye informasi tanpa akhir tidak cukup, tegasnya, sehingga membutuhkan model perilaku yang dapat bermanfaat dengan merekonseptualisasi perilaku yang diinginkan sebagai kebutuhan untuk memahami motor penggerak dalam psikologi positif untuk pemenuhan dan pengembangan. Oleh karena itu dibutuhkan peran peneliti, berkolaborasi untuk mempelajari dan membangun contoh praktik yang baik di Indonesia agar dapat berteknologi pintar, memiliki desain yang bagus, serta mendapat sentuhan cerdas dan pendidikan cerdas.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal HILDIKTIPARI yang juga Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pelita Harapan (UPH) Dr. Diena Mutiara Lemy, A.Par., M.M., menjelaskan tentang Strategi Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan (STDev) di Indonesia. Dijelaskannya,”Pemerintah Indonesia saat ini sedang fokus pada pengembangan Green Tourism yaitu pariwisata perkelanjutan.  Jenis pariwisata ini bertanggung jawab terhadap kualitas aktivitas wisata yang memperhitungkan kebutuhan lingkungan, kebutuhan penduduk lokal, kebutuhan bisnis, dan kebutuhan pengunjung untuk sekarang dan masa depan. Dengan memperhatikan secara cermat para wisatawan, bisnis, dan komunitas yang ramah lingkungan terkait dengan lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya dan lingkungan ekonomi akan memberikan kepuasan kepada wisatawan, kepuasan kepada masyarakat dan kepuasan kepada lingkungan.”

Pentingnya sebuah sertifikasi, ujarnya, adalah untuk meningkatkan kesadaran praktik pariwisata berkelanjutan, untuk meningkatkan pengetahuan, dan praktik pariwisata yang berkelanjutan di antara para pemangku kepentingan publik dan swasta. Sertifikasi juga penting untuk purpose of recognition atau standar mutu untuk semua operator. Sertifikasi adalah pengakuan atas standar operasi yang tinggi dan bermanfaat saat mengajukan permohonan hibah, penghargaan, lisensi, atau izin.

“Lebih dari itu, keberadaan sertifikasi sangat penting untuk mendukung keberlanjutan dunia dengan adanya Green Traveling. Berikutnya, sertifikasi membantu wisatawan di seluruh dunia merencanakan perjalanan yang lebih hijau dengan menyoroti penyedia akomodasi yang terlibat dalam praktik ramah lingkungan. Sertifikasi juga bertanggung jawab dalam memasarkan dan mempromosikan. Mempromosikan produk anggota dan menciptakan koneksi, membangun kemitraan yang berarti dan meningkatkan nilai hubungan, juga memperluas jangkauan program Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia,” ungkapnya.

Dapat disimpulkan bahwa perlunya mendukung Indonesia agar dapat diakui sebagai Hub Pariwisata Berkelanjutan untuk Wilayah Asia dan Pasifik. Kita harus mau belajar dan berbagi praktik , dan mempromosikan Pariwisata Berkelanjutan agar unggul dan memiliki tujuan yang bereputasi dengan melakukan pengembangan kapasitas, kuatnya jaringan yang mengembangkan eco wisata, investasi green tourism melalui kemitraan agar dapat mendorong kesadaran, dan komitmen pemangku kepentingan bersama dengan kepemimpinan dan keunggulan lokalnya secara nasional dan global.

Dalam kesempatan yang sama, Dekan International College yang juga Direktur Program Internasional di Manajemen Hotel & Pariwisata, Universitas Siam, Thailand, Bongkosh N. Rittichainuwat, Ph.D., CEM, EMD., menjelaskan bahwa pada saat ini pengembangan pariwisata berkelanjutan di Thailand menyasar pada pariwisata minat khusus seperti gastronomi tourism yang berbasis pengembangan makanan yang berkelanjutan bagi masa depan, seperti halnya pengemasan makanan ringan dari ulat sutera dan juga serangga yang memiliki kandungan protein tinggi sesuai dengan statement yang diluncurkan oleh Food and Agricultural Organitation (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa serangga adalah makanan di masa depan. Kandungan nutrisi dalam 100 gram serangga mengandung 19,2 g protein, hampir setara dengan nilai kandungan gizi daging namun lebih rendah lemak.

Lebih lanjut dijelaskan,”Minat khusus kunjungan wisatawan terhadap lokasi pembuatan film menjadi target kunjungan wisatawan walaupun hanya berjumlah 10.5 %. Kunjungan wisatawan terhadap jenis wisata ini cukup signifikan sehingga mereka memiliki image negara yang kaya akan nilai budaya, sejarah dan natural yang baik terhadap Thailand. Walaupun masih terdapat gambaran wisata yang berpolusi, seperti adanya prostitusi dan juga adanya ketidaknyamanan di beberapa destinasi.”

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Rektor UPI Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si., mengapresiasi kegiatan seminar internasional ini, dikatakannya,”ISOT salah satu tujuannya adalah untuk menggali potensi pariwisata di Indonesia dalam konteks bagaimana memanfaatkan potensi tersebut dipandang dalam penyiapan sumber daya manusianya. Kegiatan ini juga melibatkan banyak pihak, ada peneliti, ada praktisi, ada juga asosiasi. Jadi melalui kegiatan seminar ini diharapkan nanti ditemukan bagaimana sebetulnya kita bisa memanfaatkan sumber daya alam Indonesia yang kaya raya ini yaitu menjadi suatu potensi yang memberikan berkah bagi peningkatan rakyat Indonesia itu sendiri.”

Sejalan dengan kebijakan pemerintah, lanjutnya, pertama kita berharap bahwa program pariwisata ini bisa menyiapkan sumber daya terbaik yang dibutuhkan di dalam memberikan layanan yang terbaik kaitannya dengan kegiatan-kegiatan kepariwisataan. Kedua, dalam waktu dekat UPI akan membuka Program Studi Pendidikan Pariwisata karena kebutuhan terhadap tenaga-tenaga siap dan terampil pariwisata itu sangat mendesak. Jika dibandingkan antara kebutuhan dengan ketersediaan sumber daya itu jauh lebih banyak kebutuhannya dibandingkan ketersedian dengan sumber daya itu sendiri. Jadi Prodi Pariwisata yang ada sekarang itu lebih pada menyiapkan seorang professional di bidang pariwisata, sementara itu Prodi Pendidikan Pariwisata menyiapkan calon-calon guru untuk Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata. Ini masih jarang dan itu menjadi tanggung jawab UPI untuk mendukung pemerintah di dalam peningkatan kepariwisataan.

Dalam wawancara di tempat yang sama, Ketua pelaksana ISOT 2018 Yeni Yuniawati, S.Pd. M.M., menjelaskan bahwa ISOT merupakan penyelenggaraan seminar internasional yang ke-3. Seminar ini dilaksanakan 2 tahun sekali, mulai dari tahun 2014. Dikatakannya,”Dalam 2 tahun terakhir ini kita sudah dapat mengusahakan agar prosidingnya terindeks, diharapkan tahun berikutnya kita bisa stabil, bisa firm bahwa prosiding kita bisa terindeks Scopus. Peserta yang mengapresiasi kegiatan ini cukup banyak, terpilih 90 paper yang dimasukan dalam prosiding, dari total regiter ada 150-an pendaftar. Sementara itu untuk keynote speakers, kita berupaya untuk konsisten menghadirkan para professor yang memang memiliki expertise di bidang pariwisata dan keilmuannya diakui, contohnya yang hadir sekarang, diantaranya Prof. Phillip J Pierce dan Prof. Bongkosh Rittichainuwat, Ph.D., CEM, EMD.”

ISOT adalah konferensi yang diselenggarakan oleh Departemen Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), sebuah kolaborasi antara Prodi Manajemen Resort & Leisure (Resort & Leisure Manajement), Manajemen Pemasaran Pariwisata (Tourism Marketing Management), dan Manajemen Industri Katering (Catering Industry Management). Tema untuk tahun ini mengangkat “Hospitality and Tourism Sustainability: Research, Innovation, and Technology”. ISOT dihadiri para akademisi dan praktisi dari Indonesia yaitu Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Sumatera Utara, Universitas Sebelas Maret, Universitas Andalas, Universitas Kristen Petra, Universitas Udayana, Universitas Bina Sarana Informatika, Universitas Indraprasta PGRI, Universitas Borobudur, Universitas Gadjah Mada, Universitas Pelita Harapan, Politeknik Negeri Bandung, Universitas Negeri Yogyakarta, STIEPA YAPARI, STP Sahid, STP Trisakti, STP Sahid, STP Bogor,  STP Ambarukmo, Akademi Pariwisata Yogyakarta, Akademi Bahasa St. PignatelliAsisten Deputi Industri dan Regulasi Pariwisata Kementrian Pariwisata republik Indonesia dan dari mancanegara James Cook University Australia, dan Siam University.

“Atas nama panitia kami ucapkan terima kasih atas dukungangannya kepada Fakultas, Pak Dekan, dan Wakil Dekan FPIPS, Pak Rektor dan Pak Wakil Rektor UPI, karena sudah sangat mendukung dalam bentuk nyata bukan hanya lip service. Output dari kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ajang bagi para peneliti di bidang pariwisata dan dosen serta praktisi untuk saling bertukar gagasan dan ilmu yang didedikasikan untuk kemajuan ilmu pariwisata yang diharpakan juga dapat  berkontribusi terhadap pengembangan industri pariwisata. Terkait pembukaan Prodi Pendidikan Pariwisata, kami sangat menyambut gembira dan mendukung, ini sangat penting bagi Indonesia karena guru-guru banyak yang mengajar ilmu pariwisata namun belum memiliki latar belakang dari pariwisata, diharapkan dengan keberadaannya dapat membantu perkembangan pendidikan kepraiwisataan di Indonesia,” jelasnya. (dodiangga/dewiturgarini)