Di Balik Dies Natalis ke-50 Departemen Pendidikan Bahasa Jepang

1-8Oleh AHMAD DAHIDI

SITATURAHIM adalah kata kunci untuk memperoleh rizki, demikian keyakinan saya yang diperoleh dari orang tua dan guru guru. Hingga kini selalu terdengar kata yang sangat bermakna dalam ini. Kata mutiara yang penuh makna. Kata sakti yang penuh arti. Hidup tanpa silaturahim, menurut hemat saya bagai hidup di hutan belantara tanpa sapa, hidup di dalam kegelapan bagai orang mati suri. Mungkin bisa dikatakan juga hidup kita tidak berbeda dengan mayat berjalan. Dengan kata lain, hidup tidak ada artinya.

Banyak cara menjalin silaturahim, salah satu di antaranya adalah saya mencoba menghidupkan kembali ikatan yang sudah “terputus” selama 50 tahun, yaitu dalam rangka Dies Natalis ke-50 Departemen Pendidikan Bahasa Jepang sekaligus diselenggarakan Temu Alumni Akbar untuk semua angkatan.1-1

Gagasan awal ini muncul ketika kami berbincang bincang dengan beberapa orang dosen bahasa Jepang, “Apa yang bisa kita lakukan tahun 2015 untuk departemen ini”, mungkin itu tema obrolan yang kami diskusikan. Muncullah, ide bagaimana kalau kita adakan dies natalis”. Ide bagus. Kemudian serentak, “Sudah saja Ketuanya Pa Ahmad Dahidi”, demikian kata mereka. Sejenak saya tertegun antara senang dan bingung. Senangnya karena teman teman dosen spontan menyerahkan kepada saya. Itu artinya, ada sebuah kepercayaan yang dinilai mereka bahwa saya layak dan mampu untuk “mengomandani” kegiatan tersebut.

Dan yang lebih penting lagi, seolah terlintas jelas dalam layar lebar melesat di depan mata saya sebuah tulisan, “ Inilah saatnya untuk berbakti dan berbagi. Inilah saatnya untuk menghidupkan kembali tali putus antara lembaga dan para alumni. Inilah saatnya untuk mengidupkan kembali kenangan dan pengalaman, yang insya Allah bakal menjadi era komunikasi baru dalam ranah menumbuhkembangkan tali silaturahim, yang ujung ujungnya saya yakin akan melahirkan era komunikasi baru lagi dalam aspek kehidupan”.1-3

Yang menjadi bingung bukan menyelenggarakan Dies Natalisnya tapi temu alumni akbarnya. Mengapa demikian? Sebab alamat kontak para lulusan tidak ada, bagaimana saya harus mengontak mereka. Kalau pun bisa kontak, apakah mereka bersedia datang pada acara tersebut. Karena nilai kepercayaan itulah, saya jawab bahwa kepercayaan itu saya terima dan langsung saya tetapkan waktunya yaitu tanggal 17 Oktober 2015. Rencana ini ditetapkan kira kira setahun yang lalu.

Beberapa bulan kemudian, datang salah seorang mantan ekspert bahasa Jepang ke UPI, yaitu Prof. Kanemoto Setsuko. Beliau ditugaskan The Japan Foundation sebagai tenaga ahli bahasa Jepang tahun 1982 ~ 1983. Waktu itu, memegang mata kuliah bahasa dan budaya Jepang. Ketika itu, Prof. Kanemoto menjamu beberapa orang muridnya, dan menyatakan harapannya bahwa berbagai kenangan dan pengalaman itu bukan saja disampaikan dalam bentuk lisan, tapi ingin dijadikan sebuah buku, dan fokus para penulisnya adalah mantan murid beliau ketika ditugaskan di IKIP Bandung.1-4

Salah seorang murid “nyeletuk”, “Apakah itu PR, sensei”. Istilah PR terbayang oleh Prof. Kanemoto pasti semua mantan muridnya bakal mengerjakannya. Akhirnya disepakati akan menggunakan istilah PR (Pekerjaan Rumah) dalam judul buku yang akan disusun. Saya sendiri tidak datang dalam pertemuan itu karena ada keperluan lain. Namun dua orang diantaranya hadir, yaitu Sugihartono, M.A. dan Renariah, M.Hum. kedua teman saya ini masing masing ditetapkan sebagai pengumpul tulisan dan membuat direktori para lulusan tahun 1982~1983.

Begitu saya memperoleh laporan dari mereka berdua, otomatis saya teringat rencana Dies Natalis Departemen dan Temu Alumni Akbar. Saya usulkan bagaimana kalau rencana penerbitan kumpulan karangan itu, merupakan salah satu agenda dalam rangka kegiatan dies tersebut. Saya kontak Prof. Kanemoto dan beliau sangat menggarisbawahi harapan saya ini. “Kalau begitu, kita buat sebuah tim yang secara khusus untuk menuntaskan buku ini”, demikian jawab Prof. Kanemoto. Dan beliau menunjuk demikian: Ketua Koordinator Proyek: Pa Ahmad Dahidi, koordinator pengumpul karangan: Pa Sugihartono, Penyusunan Direktori: Bu Renariah). Lalu, disepakati judul bukunya 33 Nenme no Shukudai (Pekerjaan Rumah di Tahun ke-33 – Berangkat dari Kenangan dan Pengalaman-).1-5

Saya sendiri angkatan 1977 masuk IKIP Bandung, jadi secara formal tidak belajar dari Prof. Kanemoto, namun awal saya sering kontak dengan beliau yaitu ketika saya ingin mengikuti perlombaan pidato bahasa Jepang antara orang asing di Jepang tahun 1983. Waktu itu, tugas beliau sudah selesi dan pulang kembali ke Universitas Hiroshima dan bertemu dengan saya, yang saat itu saya sedang bertugas studi di Universitas Hiroshima. Waktu itu, saya banyak konsultasi materi dan naskah pidato yang saya susun. Sejak itulah hubungan saya dengan Prof. Kanemoto dijalin. Mengenai ceritera lebih seru lagi seputar lahirnya buku “33 Nenme no Shukudai”, sebaiknya pembaca membaca buku yang dimaksud.

Acara Dies Natalis & Temu Alumni Akbar kali ini dibuka oleh Dekan FPBS UPI (Prof. Dr. Didi Suherdi, M.Ed.), lalu berturut turut disemarakkan tidak hanya oleh kehadiran sejumlah mantan ekspert bahasa Jepang, namun disertai juga oleh rombongan orang Jepang yang tergabung dalam sebuah perhimpunan yang disebut dengan “UPI no Koukan Ryuugakusei o Sasaeru Kai” (Perhimpunan Penyokong Program Pertukaran Mahasiswa UPI Yang Belajar ke Jepang/ Ibaraki University). Selain itu, dimeriahkan pula oleh kreasi seni para mahasiswa bahasa Jepang “taishogoto” (mirip konser kecapi), sejumlah tairan, yang di dalamnya ada sumbangan sebuah tarian dari UKM Katumbiri, sedangkan dari pihak Jepang mendemontrasikan seni bela diri dan tarian topeng Jepang. Rangkaian performance yang saya sebutkan di atas, ditampilkan pagi hari, sedangkan siang harinya merupakan acara setiap tampilan kreativitas seni setiap angkatan. Kebanyakan setiap angkatan menampilkan kepiwaiannya dalam bernyanyi atau “berkaraoke”.1-7

Selain performance di dalam ruangan, diluar diselenggarakan pameran dan bazaar aneka masakan Jepang, dan kami menerima sumbangan empat judul buku dari salah seorang alumni, yaitu Pak Edizal, masing masing 500 eks. Buku yang dimaksud yaitu (1) Kartu Kanji Bahasa Jepang; (2) Kamus Indonesia – Jepang; Mengerti Bahasa dan Budaya Jepang; dan (4) Tutur Kata Manusia Jepang. Sumbangan buku ini, kami bagikan ke semua pengunjung tidak kecuali. Sisanya akan kami berikan kepada para mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Jepang FPBS UPI, yang memperoleh IPK tertinggi di kelasnya, atau kepada mahasiswa yang belajar bahasa Jepang di luar Departemen Pendidikan Bahasa Jepang yang ada di lingkungan UPI seperti di Departemen Sosiologi, Kepariwisataan, Keperawatan, dll. Juga, akan kami sumbangkan ke perpustakaan jurusan bahasa Jepang yang tersebar di Bandung. Kalau masih ada sisanya akan kami berikan kepada siapa saja yang mau, yang mencintai dan ingin mengetahui tentang Jepang.

Saya sebagai ketua pelaksana kegiatan antara lain melaporkan kronologi lahirnya buku “33 Nenme no Shukudai” dan sekilas saya perkenalkan mantan ekspert yang hadir dan tamu Jepang lainnya yang menghadiri kegiatan dies ini. Kejutan pun terjadi, yaitu dalam rangka Dies Natalis & Temu Alumni Akbar Bhs Jpg 2015 ini, banyak oleh oleh dari teman orang Jepang yang saya terima dan membuat saya tertegun dan terpana, salah satunya adalah video dokumentasi sejumlah lagu yang saya buat atau saya terjemahkan ke dalam bahasa Jepang dari lagu lagu yang ada di Indonesia.

Video ini dibuat tahun 1990. Ketika itu, ekspert bahasa Jepangnya adalah Akahane Michie sensei. Beliau sengaja datang dari Sidney Australia hanya untuk menghadiri dies ini. Beliau datang tanggal 16 Oktober, lalu tanggal 17 Oktober mengikuti kegiatan, dan tanggal 18 Oktober pulang lagi ke Austarlia. Demikian pula mantan ekspert yang lainnya yaitu Prof. Kanemoto Setsuko, dan Prof. Machi Hiromitsu yang sengaja datang dari Jepang. Terus terang panitia hanya mampu memfasilitasi akomodasi selama dua malam dan makam malam satu kali. Selain itu, mereka menggunakan uang pribadinya masing masing.1-2

Sekaitan dengan Akahane sensei, saya sangat salut dan terharu. Beliau membawa oleh oleh yang sangat berharga, tidak saya duga, tapi membuat saya berbunga bunga, yaitu sebuah video. Sebenarnya sudah lama saya mencari dokumen yang ” hilang” ini, ternyata disimpan baik oleh Akahane sensei selama ini. Terima kasih banyak sensei, video itu telah mengingatkan saya 35 tahun yang lalu, pada waktu itu saya masih “digandrungi” dan cukup piwai memainkan alat musik Koto (Kecapi Jepang). Koto yang saya mainkan waktu itu, yaitu sejak saya mainkan 35 tahun yang lalu, saya biarkan dan sekarang tergeletak tak bernyawa karena saya disibukkan dengan berbagai kegiatan sehingga koto yang saya cintai itu terlantar. Sekarang hanya kenangan semata.

Dies Natalis & Temu Alumni Akbar kali ini membawa berkah, setidaknya bagi saya. Mudah mudaha bagi para alumni lainnya juga, demikian. Ternyata setelah diindentifikasi beberapa orang alumni (seperti yang saya duga sebelumnya) tidak semua para lulusan berkecimpung dalam dunia pendidikan bahasa Jepang, namun ada pula yang mendalami dunia bisnis. Kebetulan di antara tamu dari Jepang ada konsultan bisnis. Teman saya ini menjadi konsultan aneka ragam bisnis membawahi sebanyak 100 perusahaan di Osaka. Peluang emas ini saya manfaatkan untuk saling berkenalan, dan tidak menutup kemungkinan akan lahir era baru terjalinnya komunikasi para alumni dengan orang orang Jepang lebih banyak dan luas lagi. Kalau prediksi ini menjadi kenyataan, artinya kontribusi atau sumbangsih para lulusan departemen bahasa Jepang untuk turut serta membangun negeri ini, insya Allah besar. Keberkahan bagi saya tiada lain karena saya bisa mempertemukan mereka. Jembatan” sirotol mustaqim” terbentang di depan mata, asal kita piwai dan mahir berkomunikasi dengan mereka (baca: orang Jepang). Semoga!!!!!

Acara dies natalis berakhir pukul 14:30, yang semula telah diagendakan akan berakhir pukul 16:00. Ternyata, usai makan siang, banyak yang pergi meninggalkan tempat karena mereka sudah merancang acara lain bersama teman seangkatannya sehingga ruangan tempat kegiatan “corencang”. Akhirnya saya dan tim panitia, memutuskan untuk mengakhiri kegiatan 1, 5 jam lebih awal. Meskipun demikian sebelum ditutup acara, dalam “kecorencangan”, dimeriahkan oleh para mahasiswa & dosen yang tergabung dalam kepanitiaan untuk “berjogedria” bersama alunan musik elektunan sumbangan dari Ketua IKA Bahasa Jepang FPBS UPI.