Dosen UPI Usulkan Penggunaan Vaksin Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Matematika Pendidikan Dasar dan Menengah
|Siaran Pers – Dosen Universitas Pendidikan Indonesia, Dr. Herman Syafri, M.Pd sebagai inventor paten Vaksin Matematika dan juga sebagai pemenang inovasi pendidikan matematika dalam program Matching Fund Kedaireka Kemdikbudristek Republik Indonesia Tahun 2023 menanggapi permintaan Presiden Repubik Indonesia Prabowo Subianto kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pendidikan dasar dan menengah.
Menurutnya, pertama kali dalam sejarah Indonesia dimana Presiden Repubik Indonesia secara spesifik meminta kepada Mendikdasmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika. Kejadian ini terjadi dalam rapat antara Presiden dan Mendikdasmen yang baru tanggal 22 Oktober 2024 di Istana Kepresidenan, dimana Presiden meminta Mendikdasmen meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Hal ini mengingatkan kita dengan beberapa Presiden Amerika Serikat sebelumnya, seperti John F Kennedy dan George Walker Bush yang memberi perhatian khusus dalam pembelajaran Matematika anak anak Amerika melalui program No Chid Left Behind (NCLB) yang terkenal itu. Program inilah yang diyakini sebagai fondasi reformasi pendidikan Amerika Serikat yang membawa kemajuan dalam sains dan teknologi seperti sekarang ini.
Permintaan Presiden Repubik Indonesia Prabowo Subianto ini perlu mendapat perhatian yang serius sebagai momentum untuk reformasi pembelajaran Matematika. Sebagaimana disebutkan oleh Mendikdasmen bahwa peningkatan kualitas pembelajaran Matematika ini ditujukan untuk penguasaan sains dan teknologi. Pengalaman di AS menunjukkan bahwa kebijakan Presiden Repubik Indonesia Prabowo Subianto ini akan mampu menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang menguasai Sains dan Teknologi.
Menurut Dr. Herman Syafri, M.Pd, peningkatan kualitas pendidikan harus memperhatikan konsep bagaimana anak belajar dan menggunakan pengalaman anak dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkonstruksi konsep Matematika atau yang dikenal sebagai Numerasi. Dalam hal bagaimana belajar anak, semua ahli sepakat bahwa pendekatan bermain adalah strategi terbaik dalam belajar Matematika. Permasalahannya bagi guru-guru kita selama ini dan juga bagi para ahli pendidikan Matematika adalah sangat sulit membuat bahan ajar matematika ke dalam bentuk permainan atau bermain sebagai aktivitas belajar.
Kesulitan lainnya adalah membawa pengalaman anak dalam kagiatan sehari-hari yang didominasi oleh kegiatan bermain ke dalam suasana belajar anak. Pembelajaran Matematika kita masih ditandai oleh kegiatan mengajarkan Matematika daripada belajar Matematika itu sendiri. Hal ini mempersulit anak untuk belajar Matematika karena Matematika akan menjadi sulit, membosankan bahkan menakutkan bagi anak.
Dr. Herman Syafri, M.Pd merupakan Dosen UPI yang memiliki dua paten dalam bidang pendidikan Matematika ini mengusulkan konsep Aritmatika Divergen atau yang dikenal sebagai Vaksin Matematika sebagai solusinya. Konsep ini telah dinyatakan sebagai inovasi terbaik dalam bidang pendidikan Matematika oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbudrsitek dalam program Matching Fund 2023. Inovasi yang dipatenkan ini telah berhasil mentransformasi hampir semua konsep penting Bilangan, Aritmatika, Aljabar, Geometri dan keterampilan Statistika ke dalam bentuk permainan Matematika yang disukai anak Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Inovasi ini mengadobsi pengalaman anak yang berbeda-beda dalam kehidupan sehari-hari untuk belajar Matematika. Inovasi ini juga merujuk kepada kriteria media untuk tujuan kreativitas dari Medialab Massachusette Institute of Tecnology, yaitu ketersediaan diversity of outcomes atau yang dikenal dengan istilah Banyak Jalan Menuju Roma serta diperkaya dengan konten aha moment sebagai materi penting untuk tujuan kreativitas. Terbaru, inovasi ini juga dilengkapi dengan template Pholidota yang dapat memandu setiap anak untuk mencapai level tertinggi dalam Taxonomy Bloom yang direvisi, yaitu create (menciptakan hal yang baru) yang disesuaikan dengan konten yang sedang dipelajari.Inovasi Dosen UPI ini juga tidak berorientasi kepada keterampilan berhitung cepat. Inovasi ini lebih mengutamakan kepada pengusaan konsep Matematika dari pada keterampilan berhitung cepat. Itulah sebabnya inovasi ini tidak memuat angka-angka besar dalam penggunaannya. Menurutnya, belajar Matematika itu bertujuan untuk melatih keterampilan berfikir kreatif, bukan hanya sekedar berhitung (Humas UPI : Yana Setiawan)