Dua Dunia, Satu Panggung: Kilas Balik Seentesa Akarasa Exhibition
|Bandung, UPI
Acara puncak Seentesa Akarasa: Exhibition sukses menjadi penutup berkesan dari rangkaian Behind the Scene: Jumbo the Movie. Digelar Rabu malam (9/4) di pelataran Gedung Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD), suasana berubah magis saat sorotan lampu kuning dan merah menerangi panggung utama. Penonton duduk melingkar di sekitar area pertunjukan, menciptakan keintiman yang jarang ditemui dalam acara serupa. Beberapa penampilan memeriahkan malam itu, namun dua diantaranya meninggalkan kesan mendalam: Astaroth dan Orkes Keroncong Tuan Gembira.
Astaroth, band mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Seni Musik angkatan 2023, membuka malam dengan energi membara. Membawakan Come Together, Iris Go Go Gold, dan Karma Police, mereka tampil dengan totalitas melalui gaya vokal scream dan permainan gitar yang intens.
Sorotan lampu merah memperkuat atmosfer penuh tensi, seiring vokalis Fakhri yang dengan percaya diri menyuguhkan teknik scream yang konsisten dan emosional. Beberapa penonton bahkan maju ke depan, terbawa dalam energi eksplosif yang mereka bangun.
Penampilan mereka ditutup dengan lagu orisinal yang rencananya akan segera dirilis—sebuah karya penuh tenaga yang memperlihatkan jati diri Astaroth: bebas, ekspresif, dan matang dalam bermusik.
Usai ledakan energi Astaroth, suasana berganti perlahan. Orkes Keroncong Tuan Gembira, grup mahasiswa angkatan 2021, hadir membawa nuansa santai dan penuh nostalgia. Membawa formasi keroncong lengkap, ditambah sentuhan gitar dan drum, mereka menyuguhkan gaya musik santai ala era ’90-an.
Lagu Cobalah Mengerti (Noah) yang diaransemen dalam balutan keroncong mengawali penampilan mereka, mengubah panasnya suasana menjadi lebih tenang dan akrab. Disusul Juicy Lucy yang disambut antusias, terutama oleh para penonton perempuan, menciptakan momen penuh keintiman dengan lampu flash ponsel yang bermunculan.
Sebagai klimaks, Jikalau Kamu mengajak penonton bernyanyi bersama dan menari di depan panggung. Keakraban itu menutup pertunjukan dengan kegembiraan yang tulus.
Malam itu, Astaroth dan Orkes Keroncong Tuan Gembira menghadirkan pengalaman musikal yang kontras namun saling melengkapi. Di satu sisi, energi keras dan ekspresif Astaroth; di sisi lain, kehangatan dan keluwesan Orkes Keroncong Tuan Gembira.
Keduanya membuktikan bahwa ekspresi musikal dapat datang dari banyak arah, asalkan disampaikan dengan kejujuran dan semangat yang tulus. Dalam satu malam, Seentesa Akarasa memperlihatkan kekuatan keberagaman dalam berkesenian merayakan kebebasan berekspresi di atas panggung mahasiswa. (Indri Andriani Agustin, Mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Musik Angkatan 2023)