Dubes Malaysia Berikan Kuliah Umum di UPI

 

Andri Yunardi (11)

Bandung, UPI

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Malaysia Marsekal TNI (Purn.) Herman Prayitno memberikan kuliah umum usai melakukan penandatanganan MoU dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tentang Program Pengalaman Lapangan (PPL) Kependidikan, di Auditorium Sekolah Pascasarjana Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Selasa (16/02/2016). Kuliah umum yang dihadiri mahasiswa S1, S2, S3 dan segenap civitas akademika UPI tersebut mengambil tema, “Kerjasama Indonesia-Malaysia dan Tantangannya di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”.

Dalam paparannya Dubes mengatakan,”Visi KBRI di Malaysia adalah mewujudkan Perwakilan RI sebagai garda terdepan dalam penegakan wibawa diplomasi dan jati diri bangsa sebagai negara maritim untuk kepentingan rakyat maka yang harus dilakukan adalah melakukan tiga misi, diantaranya memperkokoh hubungan bilateral Indonesia – Malaysia sebagai wahana dalam memajukan kepentingan nasional, kedua memperkuat pelaksanaan diplomasi melalui pendekatan yang inklusif dan partisipatif, dan ketiga mewujudkan kapasitas organisasi dan sumber daya yang mumpuni.”

Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan sejarah dan budaya yang dibangun oleh kemiripan kekuatan budaya dan emosi hubungan sosial, ungkapnya, dalam interaksinya, hubungan kedua negara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan juga tenaga kerja Indonesia. Peranan media masing-masing negara, juga turut menjadi faktor penentu naik-turunnya hubungan tersebut.

Lebih lanjut dijelaskan,”Hubungan antara pimpinan pemerintahan Indonesia-Malaysia berjalan sangat baik, ditandai dengan penyelenggaraan Annual Consultation, dan saling kunjung antar pimpinan kedua negara. Forum pertemuan antara Menteri Luar Negeri kedua negara diwujudkan dalam Joint Commission for Bilateral Cooperation/JCBC yang diadakan setiap tahun. Isu-isu yang dibahas antara lain Delimilitasi Batas Maritim dan batas darat, Perlindungan WNI/TKI dan Kerja sama hukum dan kekonsuleran, Program Pertukaran Kunjungan Pejabat Senior Indonesia-Malaysia, Pertemuan Working Group JCBC, Kerja sama Perdagangan Investasi dan Pariwisata, serta kerjasama regional dan global.”

Andri Yunardi (10)

Terlepas dari itu semua, tentu ada hal yang sangat penting untuk diperhatikan, seperti permasalahan potensial yang berpengaruh terhadap aspek hankam, yaitu demarkasi batas darat RI-Malaysia, delimitasi batas maritim RI-Malaysia, masalah Ambalat, pembangunan kekuatan Angkatan Bersenjata Malaysia (ATM), penyelesaian masalah lintas batas penduduk di perbatasan, Kejahatan trans-nasional (drugs smuggling, people smuggling/human trafficking, dll.), serta Terorisme.

Diterangkannya,”Hubungan Indonesia-Malaysia mencakup banyak aspek, seperti kerjasama di bidang ekonomi, kerjasama bidang pariwisata, kerjasama bidang sosial budaya, kerjasama bidang hukum, serta kerjasama bidang pendidikan. Untuk kerjasama pendidikan, pada 19 Desember 2013, Mendikbud RI dan Menteri Pendidikan Malaysia telah menandatangani “Memorandum of Understanding between The Government of Malaysia and The Government of The Republic of Indonesia on Student Pass/Stay Permit and Visa for Higher Education Programmes”. Butir penting MoU ini adalah Student Pass/Stay Permit dengan masa berlaku 2+2+2 (diperbarui setiap 2 tahun), dan implementasi dari MOU ini terhitung mulai 1 Maret 2015. Kerjasama lainnya yaitu Praktek Kerja Industri (Prakerin) siswa/i SMK di sektor industri dan

perhotelan Malaysia, Student/lecture Exchange Program (mobility program), University research collaboration (U to U), CAPEU (Consortium of Asia-Pasific Education University) sejak 2013, dan IPIMA (Ikatan Profesor Indonesia-Malaysia), sejak 2013.”

Dalam kaitannya dengan MEA, terdapat 4 Pilar Utama Blueprint MEA, diantaranya ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional, dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas. Kedua ASEAN sebagai kawasan berdaya saing tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce. Ketiga ASEAN sebagai kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia-Kamboja, Myanmar, Laos dan Vietnam), dan keempat ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

Di akhir paparannya, Dubes mengatakan kerjasama Indonesia dan Malaysia sudah terjalin baik, meskipun perlu penguatan peran diplomasi dalam bidang pertahanan dan keamanan, ekonomi, ketenagakerjaan dan pendidikan. bercermin pada kemajuan pendidikan Malaysia, Pemerintah Indonesia perlu melakukan peningkatan mutu pembelajaran, riset dan publikasi internasional, serta internasionalisasi program studi untuk menarik minat mahasiswa asing. Untuk meningkatkan daya saing Indonesia di era MEA maka diperlukan peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan kerja. (DAN/AY)

Andri Yunardi (12)