Enggartiasto Lukita : Guru Harus Peka Terhadap Perubahan Jaman

 

Bandung, UPI

Kemajuan zaman adalah sebuah keniscayaan, sehingga untuk mengimbanginya, pengembangan dalam bidang apapun menjadi sebuah keniscayaan pula, bidang pendidikan merupakan garda terdepan yang harus senantiasa mengawal kemajuan zaman. Melalui pendidikan, sumber daya manusia dilahirkan untuk menjawab kemajuan zaman tersebut. Sumber daya manusia yang bermutu lahir dari pendidikan yang bermutu, dan pendidikan yang bermutu sudah sudah barang tentu merupakan buah dari kinerja guru-guru yang bermutu pula.

Hal tersebut menjadi fokus kajian IKA UPI dalam penyelenggaraan Seminar Pendidikan dan Rapat Kerja (Rakernas) Nasional Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia yang diselenggarakan di Grand Asrilia Hotel, Jalan Pelajar Pejuang 45 nomor 123, Bandung. Sabtu (5/5/18).

Acara Seminar Pendidikan dan Rapat Kerja (Rakernas) Nasional Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia yang mengusung tema “Masa Depan Guru, Guru Masa Depan”, ini dibuka langsung oleh Ketua Umum IKA UPI, Drs. Enggartiasto Lukita, yang juga menjabat sebagi Menteri Perdagangan Republik Indonesia.

Dalam sambutannya, Enggartiasto mengatakan saat ini banyak pembicaraan mengenai guru, ada yang bernada sinis dan ada yang menyoalkan kualitas guru, tetapi disisi lain dari kalangan pendidik menanyakan persoalan masa depan guru. Bagaimana seorang guru untuk mendarmabaktikan dan mengajar dengan penuh dedikasi yang, jika masa depan dan kesejahteraannya pun tidak jelas.

“Sikap pemerintah dengan mengalokasikan dana pendidikan di berbagai level pemerintahan, sikap ini tentunya arahan dari presiden agar perhatian kepada guru menjadi prioritas. Sehingga jika berbicara masalah masa depan guru menjadi hal yang tidak bisa diabaikan termasuk mengenai kesejahteraan dan status guru honorer”, kata Enggartiasto.

Menurutnya, menghadapi masa depan, seorang guru dituntut pula agar siap menghadapi perubahan jaman. Era revolusi industri merupakan suatu era yang merubah total perkembangan jaman, seperti halnya perubahan pola hidup manusia, kita dimanjakan oleh teknologi. Persoalan lainnya di era ini adalah arus persaingan sumber daya manusia yang datang dari negeri lain tanpa terkendali, tentunya fenomena ini menuntut para guru lebih peka dan mengikuti proses perkembangan.

Dilain pihak, Enggartiasto menyoroti masalah perlakuan terhadap guru yang terjadi di masyarakat, banyak kasus yang terjadi terhadap guru. Ia menilai penyimpangan ini terjadi karena pola pendidikan yang diterapkan tidak membentuk karakter yang diharapkan, oleh karena itu, IKA UPI akan menyoroti hal ini melalui bantuan hukum kepada guru yang dianiaya.

Sementara itu, Wakil Rektor UPI Bidang Keuangan, Sumber Daya, Usaha dan Administrasi Umum, Dr. H. Edi Suryadi, M.Si mengatakan sebagai akibat derasnya arus globalisasi yang disertai dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Dunia saat ini memasuki era revolusi industri 4.0 yang lebih fokus pada pola digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, dan lain sebagainya yang dikenal dengan fenomena disruptive innovation.

”Fenomena ini tidak hanya terjadi dan berdampak pada industri digital saja, namun juga terjadi dan berdampak pada banyak sektor, termasuk sektor pendidikan”, ujar Dr. Edi Suryadi.

Dikatakan Dr. Edi Suryadi, M.Si era disruption yang demikian kompleks menuntut semua lini bergerak, mengantisipasi dan mengkreasi diri. Hal ini adalah tantangan bagi dunia pendidikan, khususnya bagi para pengelola sektor pendidikan, mulai dari para perencana sistem pendidikan, para penentu kebijakan dalam bidang pendidikan, hingga para guru sebagai ujung tombak di lapangan.

Pendidikan yang dahulu lebih menekankan pada ranah kognitif, kini harus juga mempertimbangkan ranah afektif dan psikomotorik. Pendidikan masa lalu yang menuntut lulusan yang sekedar pintar secara intelektual, pendidikan masa kini dan masa datang harus menghasilkan lulusan yang berkarakter, berahlak mulia, dan berkinerja tinggi, serta literate dalam berbagai hal.

Oleh karena itu, para pengelola sektor pendidikan mesti mengantisipasi berbagai situasi, bukan bereaksi terhadap sebuah situasi. Dengan demikian, guru masa depan harus lebih diberi ruang berkreasi mengembangkan potensi dan memprediksi apa yang akan terjadi.

“Guru masa depan harus menjadi kaum cerdik pandai disertai kreativitas hingga semua yang menjadi asa dan cita mewujud menjadi kenyataan secara berkualitas”, tegas Dr. Edi Suryadi. (DN/Cawal/Dwi)