GCBME UPI Ke-7: Konferensi Kelas Global

BANDUNG – Program Studi Pendidikan Bisnis Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) dan Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menyelenggarakan Global Conference Bisnis Management and Enterpreneurship (GCBME) yang ke-7. Bertempat di GH Universal Hotel, konferensi global tahunan yang digelar pada Senin (08/08/22) lalu mengusung tema The Utilization of Sustainable Digital Business, Enterpreneurship and Management as a Strategic Approach in the New Normal Era.

Konferensi dihadiri oleh lima pembicara inti, antara lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Dr. (H.C) Ir. Airlangga Hartarto, MBA., MMT. Prof. Dr. Gangqiang Zheng (Tony), M.Ed. Assoc. Prof. Affero Ismail, Ph.D. Dr. Indra Cahya Uno, M.Sc. dan Prof. Dr. Vanessa Gaffar, S.E., Ak., MBA., CSBA. Ratusan peserta turut hadir pada konferensi untuk melakukan presentasi terkait hasil riset yang telah dilakukan.

Prof. Dr. Ratih Hurriyati, M.P selaku ketua pelaksana konferensi menyebut bahwa peserta GCBME berasal dari berbagai negara, yakni Ghana, Malaysia, Korea Selatan, Uzbekistan, Tajikistan, Egypt, Yaman, China, dan Indonesia. Ia juga menyatakan bahwa GCBME telah membantu peningkatan publikasi di UPI. “Alhamdulillah selama 7 tahun, kita sudah terindeks, terfokus, dan kita termasuk konferensi yang mendorong atau meningkatkan publikasi di UPI, sehingga rankingnya menjadi naik,” jelasnya.

Salah satu pembicara utama, Dr. Indra Cahya Uno, M.Sc menyebut konferensi global ke-7 ini dapat menjadi panutan bagi perguruan tinggi lain. “Saya kagum walaupun dilakukan ketika pandemi dan masih recovery. Dan menurut saya, offline dan online jadi satu dengan cara hybrid membuat audiens yang dijangkau menjadi lebih luas. Menurut saya ini adalah salah satu conference yang patut menjadi panutan untuk universitas lain dan juga temen-temen di institusi pendidikan lain.”

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa UPI amat profesional selaku pihak penyelenggara konferensi karena telah konsisten selama 7 tahun lamanya. Kedepannya ia berharap kegiatan seperti ini dapat lebih banyak dilakukan dengan pengemasan berbeda. “Bahkan kalo boleh saya saran, bikin pre-event dan post-event. Tidak harus seperti conference ya, tapi pre-eventnya lebih banyak cerita mengenai conference ini. Makin tinggi hypenya, makin banyak pre-eventnya, makin sukses acaranya.” ujarnya.

Hal serupa disampaikan oleh peserta S3 Program Studi Manajemen UPI asal Ghana, Vincent Asimah. “Konferensi ini sangat luar biasa, dan saya rasa penyelenggaraan konferensi ini tepat waktu. Kita dapat berdiskusi tentang riset-riset yang sesuai dengan bidang ilmu yang saya pelajari,” tuturnya.

Selain itu, Asma Bejaoui, mahasiswa S2 Program Studi Manajemen yang juga menjadi peserta pada konferensi ini menuturkan hal serupa. “Suatu kehormatan bagi saya dapat menghadiri konferensi ini. Ini adalah konferensi yang memiliki banyak sekali manfaat. Saya juga berterima kasih kepada seluruh Doktor yang telah membagi pengetahuan mereka pada kegiatan ini. Semoga kedepannya kita dapat sering bertukar pengetahuan lagi.”

Diketahui bahwa sepanjang pandemi, bisnis secara global mengalami penurunan hingga 50%. Diperlukan transformasi digital agar bisnis dapat terus bertahan terutama di era new normal. Sehingga, Prof. Ratih berharap melalui pemaparan dan diskusi pada konferensi ini, para peserta dan pihak-pihak terkait dapat melakukan pemanfaatan atau utilization teknologi digital dalam dunia bisnis pasca pandemi. “Karena bisnis selama masa Covid itu decrease, turun. Turun hampir sekitar 50%. Jadi salah satunya yang bisa bertahan itu melalui digital transformation dan itu harus diutilisasi karena selama 2 tahun kita terkena dampak Covid.” ucapnya. (Finan Azka, Kontributor Humas UPI Ed. HN).