Guru di Pusaran La Nina

Keadaan cuaca di kepulauan Talaud saat ini sering berubah drastis. Pagi hari cerah, sore hari kabut tebal bergayut. Malam turun hujan lebat semalam suntuk. Lautanpun turut berulah. Laut yang tenang tiba tiba berombak tinggi dengan tiupan angin kencang. Badai sesekali menerpa kami. Demikian pesan whatsApps Android yang dikirim seorang sahabat, Albert Salibana, seorang guru SMAN di Beo Talaud. Dampak dari La Nina sangat berpengaruh dalam iklim di daerah kami. Cuaca sering berubah yang tak dapat diprediksi lagi. Saat sekarang ini, masyarakat lokal yang umumnya nelayan dan petani dalam posisi siaga. Posisi waspada. Nelayan tak melaut. Petanipun banyak mengurung diri.
Bagi kami, para guru di kepulauan Talaud, tiada pilihan lain. Harus siaga.

Kewaspadaan tinggi, di sekolah ataupun di luar sekolah. Termasuk waspada menjaga lingkungan, dan meyakinkan para siswa tidak sedang berada pada posisi bahaya. Itulah penggalan pesan WA yang saya terima dari seorang sahabat di kepulauan Talaud. Talaud merupakan salah satu gugus kepulauan di kawasan laut utara Pulau Sulawesi berbatasan langsung dengan Filipina Selatan.

Dalam suasana memperingati Hari Guru, selain diisi dengan berbagai kegiatan akademik dan seminar, pembahasan nasib guru honor yang belum bernasib baik, juga cerita siaga dari para guru di daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal). Banyak guru yang berada di pusaran Al Nina. Mereka sedang siaga penuh mengantisipasi curah hujan yang terus meninggi dan tiupan badai kencang sebagai dampak La Nina.

La Nina dan Guru
La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara dingin dan curah hujan tinggi. Di wilayah daratan, dampak El Nina bisa menyebabkan terjadi potensi longsor, banjir, dan bahkan banjir badang menghadang sewaktu waktu. Di wilayah laut, La Nina selain menyebabkan curah hujan tinggi, tiupan badai besar dan ombak yang memuncak.
La Nina dirujuk dari bahasa Spanyol yang artinya gadis kecil. Fenomena ini merupakan kebalikan dari gejala alam El Nino yang menyebabkan meningkatnya suhu panas di Indonesia.

Dampak El Nina, tak hanya terasa di pulau Jawa saja. Tingkat kewaspadaan Al Nina bukan hanya bagi Jakarta dan kota lainnya yang bisa menyebabkan longsor dan banjir. Tetapi juga dampak Al Nina akan terasa pada wilayah jalur rutin langganan Al Nina berhembus kencang. Yaitu bermula dari Lautan Pacifik menuju wilayah barat termasuk Filipina dan Indonesia. La Nina menerobos lewat Laut Cina Selatan terus ke Sumatera da n Jawa. Atau dari kepulauan Talaud, lewat Sulawesi sampai Nusa Tenggara Timur di bagian Indonesia timur.

Secara sosiologis, dampak El Nina juga terasa memberi efek pada aktifitas masyarakat. Dampak Al Nina terasa juga dalam dunia pendidikan. Selain terancamnya sejumlah fasilitas sekolah, juga berpotensi terganggunya proses belajar mengajar, terutama di sekolah 3T dan pulau terpencil.

Di kabupaten Talaud, Kemdikbud (2020) mencatat saat ini terdapat 117 SD dan sekolah yang sederajat dengan jumlah guru SD sebanyak 475 orang. Sebagian besar sekolah tersebar di pulau besar antara lain pulau Karakelang, pulau Salilabu, pulau Kabaruan, pulau Karatung, pulau Marampit, pulau Kakorotan, dan pulau Miangas ( pulau paling utara) di Talaud. Puluhan pulau lainnya tak berpenghuni, atau penghuninya yaitu para nelayan dan keluarga dengan jumlah yang terbatas.

Di pulau pulau kecil dan wilayah pulau 3T, fasilitas kesehatan dan pendidikan sangat terbatas. Seperti halnya di tempat lain di Indonesia, guru honor menjadi solusi, dalam mengatasi kekurangan guru di kabupaten Talaud. Walau gaji bulanan yang sangat terbatas berkisar rp 250ribu sampai 400 ribu per bulan, mereka adalah pahlawan nyata yang mengabdi secara terus menerus untuk mencerdaska generasi muda. Sebagai perbandingan, untuk seorang guru honor di SMA Beo Talaud, sekolah hanya mampu membayar honor Rp. 20.000 per jam untuk 4 x pertemuan dalam sebulan. Artinya bila seorang guru honor mengajar 25 jam, ia akan mendapat honor bulanan sebanyak Rp 500.000 per bulan. Itulah dedikasi guru honor di SMA di Talaud. Bagi guru honor SD bisa lebih rendah lagi uang bulanannya. Itulah sisi lain potret buram guru honor di negeri ini. Tenaga dan dedikasinya sangat diperlukan, tetapi negara belum secara penuh menyantuninya.

Saisote Sampate Pate
Talaud merupakan salah satu kabupaten bahari. Lebih dari 95% wilayah kabupaten Talaud adalah lautan. Sedangkan daratannya hanya 4 % saja. Banyak pulau yang tak berpenghuni. Kondisi Kabupaten Talaud termasuk dalam 199 daerah tertinggal di Indonesia. Sebagian besar wilayahnya masih terisolasi dengan berbagai keterbatasan infrastruktur dasar, sosial ekonomi, kesehatan, pendidikan, telekomunikasi bahkan pertahanan keamanan.

Di tengah kondisi daerah 3T yang masih bercirikan serba kekurangan, optimisme masyarakat Talaud tetap terjaga. Kebersamaan dan kekompakan menjadi ciri masyarakat Talaud yang umumnya sebagai nelayan tangguh (taft fishermen) dan petani tradisional (local farmers) dengan lahan yang terbatas.

Semangat dan semboyan leluhur warga lokal Talaud diukir dalam tradisi Sansiote Sampate Pate. Artinya masyarakat Talaud yang selalu “mengutamakan kebersamaan dalam persatuan” di berbagai aktifitas. Mereka tidak neko neko. Warganya senantiasa berupaya mengutamakan kepentingan bersama dalam kehidupan kemasyarakatan. Hal ini tercermin juga dalam tradisi etnopedagogi dan pembelajaran di sekolah. Banyak sekolah yang mengusung muatan lokal bercirikan kebersamaan dalam persatuan. Warga Talaud yang secara geografis dan kultural sangat dekat dengan negara Filipina, tetap seia sekata dan menjunjung tinggi terbinanya NKRI. Tanah Porodisa, demikian warga Talaud menyebut daerah leluhurnya. Masyarakat Talaud tetap berkhidmat pada Bhineka Tunggal Ika dalam bingkai NKRI.

Bumi Porodisa
Bila para pembaca telah berkunjung ke Taman laut Bunaken, Menado Sulawesi Utara, lanjutkan perjalanan wisata bahari ke Taman laut di Kepulauan Talaud. Rasakan sensasinya. Nikmati keindahan alamnya. Sungguh merupakan perjalanan wisata bahari yang eksotik, spektakuler dan memukau.

Warga setempat menyebut Talaud sebagai Bumi Porodisa. Kepulauan yang terhampar permadani pasir putih, laut biru dengan fauna bahari yang beragam Terumbu karang dengan jenis ikan melimpah, serta kerlap kerlip warna warni ikan menjadi suguhan menarik. Kepulauan Talaud yang “perawan” bagai sorga dunia. Itulah bumi Porodisa yang indah di ujung utara persada Nusantara.

Pulau Kabaruan merupakan gugus pulau kecil terluar (PPKT) dan melalui Keputusan Presiden no 6 tahun 2017 telah ditetapkan sebagai pulau pulau kecil terluar. Salah satu gugus karang dikenal dengan pulau Napombaru. Pulau karang dengan hamparan pasir putih sehalus tepung serta pemandangan bawah laut yang eksoktik dengan ciri pasir vulkanik yang menakjubkan.

Ekosistem Talaud sangat terjaga. Wilayah aman untuk habitat burung Maleo yang melegenda. Laut di Talaud ini juga merupakan daerah favorit dan terindah untuk destinasi snorkling dan sea diving. Ayo berjunjung ke Talaud. Hisap aroma alaminya. Rasakan lezatnya ragam _seafood, dan nikmati sensasi deburan ombaknya (Dinn Wahyudin)