Juju Masunah : BIPAF Merupakan Wadah untuk Memasarkan Karya Seni Inovatif

Bandung, UPI

Untuk ketiga kalinya, Universitas Pendidikan Indonesia menggelar Bandung Isola Performing Arts Festival (BIPAF). BIPAF sudah menjadi sebuah festival tahunan yang menggunakan konsep pasar seni pertunjukan atau performing arts market, dengan latar bangunan heritage “Villa Isola” Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung. Bandung dan Villa Isola merupakan identitas tempat atau site specific performance, sedangkan waktu penyelenggaraannya berkaitan dengan Dies Natalis UPI di bulan Oktober, yang telah dimulai sejak tahun 2016.

Showcase yang diselenggarakan pada tanggal 20 Oktober 2018, jam 19.30 s.d. 23.00, di Taman Villa Isola UPI menampilkan empat karya yaituContemporary Mask Dance” karya Yea Ran Son, M.A., Korea Selatan; “Gunem Wadasan Nopeng” karya Yoyoh Siti Mariyah M.Si. dan Prof. Juju Masunah, Ph.D; “New Touching Unknown People” karya Park Nahoon, Ph.D. dari Korea Selatan dan Ayo Sunaryo, M.Pd. dari UPI Bandung, dan “Lara” karya Nurfitri Yani Padjriah, M.Si. (Pier). Pitching diselenggarakan tanggal 21 Oktober 2018, Jam 9.00 s.d. 12.00 Gedung Museum Pendidikan Nasional UPI, menyajikan karya “Srimpi Menak Lare” karya Prof. Dr. Sri Rochana Widiastutieningrum, “Bentang Pakidulan” karya Arbi Nuralamsyarh, “Pandji Tjaroeban” karya Raka Renaldy, M.Si.; dan “Lalayang Salaka Domas” karya Dr. Dody, M. Kholid. Dua karya dalam Pitching merupakan hasil riset dan pencipataan dengan dana HibahKemristek DIKTI Skim P3S.

Menurut, Prof. Juju Masunah, Ph.D., karya yang disajikan dalam BIPAF adalah hasil penelitian dan penciptaan karya seni pertunjukan berupa tari, teater tari, dan gending karesmen. Seperti halnya karya ilmiah hasil riset dalam bentuk tulisan yang dipublikasikan dalam seminar/conference atau jurnal.

“BIPAF adalah wadah publikasi karya cipta seni pertunjukan terkurasi, outputnya adalah Hak Kekayaan Intelektual berupa Hak Cipta. Oleh karena itu, Rektor UPI, Prof. Dr. Asep Kadarohman merekomendasikan agar BIPAF dapat didanai UPI setara dengan konferensi internasional”, kata Prof. Juju.

Dikatakan Prof. Juju Masunah, BIPAF lainnya adalah mempertemukan para pencipta, pelaku kreatif, koreografer, produser seni pertunjukan dengan stakeholdernya melalui showcase, pitching, dan diskusi agar terjalin jejaring dan kolaborasi, serta membangun komunitas seni pertunjukan  yang responsive industry kreatif. Diharapkan “BIPAF dapat berkonstribusi pada pengembangan industry kreatif seni pertunjukan di Indonesia,” ujar Profesor Juju Masunah, Ph.D., mantan Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia 2012-2014.

Selanjutnya, Prof. Masunah menjelaskan bahwa gagasan diselenggarakan BIPAF berawal dari niat untuk memunculkan karya seni pertunjukan inovatif dari Bandung dan sekitarnya, karena pada saat terselenggaranya event pasar seni pertunjukan terbesar yaitu Indonesia Performing Arts Market 2013 di Jakarta, tak satu pun seniman Bandung dan sekitarnya berpartisipasi, dibandingkan dengan dari Yogjakarta, Surakarta, Padang, bahkan NTT.

Pada tahun 2016, Prof. Masunah bersama tim periset Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UPI mengeksplorasi model festival untuk membantu meningkatkan kualitas karya seni pertunjukan dengan cara inkubasi seni. Pada saat yang bersamaan, tim periset bekerjasama dengan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) menyelenggarakan BIPAF. BIPAF berlanjut pada tahun 2017 dengan menghasilkan karya kolaborasi koreografer Korea Selatan, Park Na Hoon dengan para penari dari UPI, yaitu “Tauching Unknown People”, dan beberapa karya seniman Bandung yang telah memperoleh Hak Ciptanya.  BIPAF sendiri telah terdaftar pada  tanggal 15 Desember 2017 dalam Surat Pencatatan Ciptaan Nomor 091365,  di  Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Karya “Tauching Unknown People” dan CH 3 yang telah digelar dalam BIPAF 2017 terkurasi dan tampil kembali di panggung Solo Internasional Performing Arts (SIPA) pada tanggal 6-8 September 2018 di Surakarta.

Tema BIPAF  adalah “Identity and Community Building”. BIPAF ingin menampilkan identitas kampus dengan bangunan heritagenya dan sekaligus menjadi ajang networking komunitas seniman seni pertunjukan, baik dalam maupun luar negeri. Pada tahun 2018, BIPAF telah melahirkan komunitas pelaku kreatif, koreografer, produser, dan seniman lainnya bernama BIPAF Community. BIPAF commuity beranggotakan pelaku kreatif, penari, koreografer, composer, musisi, desainer, dan seniman lainnya yang bergerak dalam promosi seni pertunjukan. BIPAF community yang dibimbing oleh Ayo Sunaryo, M.Pd, dosen Departemen Pendidikan Tari UPI, adalah mitra Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Industri Pariwisata (EKKIP), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Pendidikan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan EKKIP adalah salah satu Pusat Penelitian di LPPM UPI yang dipimpin oleh Prof. Juju Masunah, Ph.D. BIPAF 2018 diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan EKKIP dan BIPAF Community. Kegiatan yang dilaksanakan dalam BIPAF adalah showcase/pertunjukan, pitching paparan karya seni, dan diskusi dengan stakeholdernya yaitu direktur festival, curator, dan venue presenter.

Dalam konteks performing arts market, karya inovatif seni pertunjukan yang disajikan perlu mendapat respon dari stakeholdernya antara lain direktur festival, curator, dan venue presenter dari dalam dan atau  luar negeri. Kehadiran mereka ini sangat penting untuk terjadinya diskusi dengan penggarap/koreografer/produser karya seni yang ditampilkan. Dengan harapan, karya yang disajikan dalam BIPAF dapat diundang oleh mereka untuk tampil dalam festival atau panggung mereka agar mendapat apresiasi yang lebih luas. BIPAF 2018 menghadirkan Direktur Festival yang berperan sebagai reviewer dan buyer yaitu: Dra. Irawati Kusumorasri, M.Sn, Direktur Solo International Performing Arts (SIPA) dan International Mask Festival (IMF); Bambang Paningron, Direktur Jogyakarta International Performing Arts (JIPA); dan Mr. Yoon, Byung-jin, Secretary General International Mask Arts and Culture Organization (IMACO) & Team dari Korea Selatan.

Dengan adanya BIPAF, Prof. Juju Masunah berharapkan terbangun sebuah ekosistem seni pertunjukan dari edukasi, kreasi, produksi, promosi, sampai distribusi dan apresiasi. Persoalan promosi dan distribusi yang sering terkendala bagi para pencipta, BIPAF-lah wadah yang tepat untuk memasarkan karya-karya inovatif. Festival berskala internasional yang menjadi target pemasaran produk kreatif seni pertunjukan dari BIPAF, antara lain Andong Festival dan Performing Arts Market in Seoul(PAMS) di Korea Selatan, dan International Dance Festival (IDF) di Bangkok, serta festival lainnya di seluruh dunia.

Penyelenggaraan BIPAF kali ini didukung Kemristek Dikti melalui Hibah Riset SKIM Penelitian dan Pencipataan Seni  (P3S) yang diketuai oleh Prof. Juju Masunah, Ph.D. beranggotakan Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd. dan Dr. Trianti Nugraheni, M.Si., bantuan kostum topeng Korea dari Korean Cultural Center Jakarta, dan produksi dua karya Program Pasca Sarjana Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Kini, BIPAF sudah menjadi wadah promosi dan publikasi hasil-hasil riset penciptaan seni pertunjukan yang bertempat di Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung. (DN)