KARENA PUISI ADALAH ARSITEKTUR, KARENA ARSITEKTUR ADALAH PUISI

M. Syaom Barliana

Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam, nama nama (benda benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya  kepara para malaikat, lalu: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang yang benar!”[1].  Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” [2]. 

Demikianlah, pada mulanya adalah Allah mengajarkan tentang nama-nama benda kepada Adam. Menyebutkan nama nama benda, selalu berarti dimulai dengan kemampuan mengidentifikasi perbedaan. Kemampuan manusia, membedakan sesuatu dengan menandainya dan menamakannya, yang kemudian menjadi konvensi, melahirkan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi. Tanda-tanda, kata-kata, kalimat, makna, dan bahasa diciptakan. Hubungan antara tanda atau lambang yang berwujud bunyi dengan makna dalam bahasa bersifat  arbiter atau sewenang-wenang, berubah-ubah, dan seenaknya. Inilah yang melahirkan ragam bahasa di dunia ini.

Kemampuan mengidentifikasi perbedaan atas sesuatu, berarti pula membedakan tempat. Sama seperti menandai binatang berkaki empat sebagai kucing atau anjing, atau menandai bulir-bulir padi yang sudah dimasak sebagai nasi, maka serupa itulah  tempat ditandai. Di sini, di sana, tempat suci, tempat profan, tempat bermain, daerah laki, daerah perempuan, kamar mandi, ruang makan, ruang tidur, ruang kerja, ruang rapat. Tempat kemudian juga ruang diidentifikasi dan ditandai. Jika demikian halnya, maka arsitektur pada mulanya adalah bahasa. Bahasa,  kata-kata menjadi prosa yang bermakna denotasi atau konotasi. Kata-kata menjadi puisi, yang melampaui arti denotasi atau konotasi, karena lebih jauh lagi, bisa bermakna simbolik, mistis, dan magis. Begitu pula arsitektur. “Puisi tidak di sisi lawan prosa, tetapi di sisi oposisi terhadap yang wadaq teknis kalkulatif melulu. Arsitektur ada pada ketiga-tiganya, teknik, prosa, puisi. Tetapi bila arsitektur ingin berpredikat manusiawi berkualitatif tinggi, ia tak pernah akan melupakan segi puisi. Puisi yang telah menjadi arsitektur” [3].

Barraclough menyatakan, bahwa ada sesuatu dalam bahasa arsitektur, seperti struktur, ritme, keseimbangan yang sesuai dengan apa yang ada dalam soneta, odes, dan epos. Meski tidak memiliki teori akademis  untuk mendukung sentimen hubungan puisi dengan arsitektur, namun ia percaya, bahwa pada semua era, dengan semua kekayaan jiwa dan spirit yang dimiliki, penyair seperti Hardy, Betjeman dan Larkin, dan banyak lainnya, telah benar-benar melihat puisi dalam arsitektur [4]. 

Hubungan antara arsitektur dengan puisi, atau puisi dengan arsitektur, memang tidak mudah didefinisikan. Koneksi bisa mulai dari yang paling longgar sampai yang paling ketat. Mungkin arsitektur adalah puisi itu sendiri. Mungkin karya arsitektur terinspirasi oleh puisi. Mungkin puisi terinspirasi oleh arsitektur. Mungkin arsitek selaligus penyair. Mungkin penyair sekaligus arsitek. Mungkin dari arsitek terus menjadi penyair. Mungkin tidak dua duanya. Telaah berikut, adalah sebagian tafsir itu.

Arsitektur adalah puisi itu sendiri. Karya karya arsitektur tradisional nusantara, termasuk pada hal ini. Arsitektur yang bersumber dari mistisisme dan kearifan lokal, mengejawantah dalam beragam hunian yang kaya simbolik, kaya makna, dan karena itu puitik.  Karya karya arsitektur modern awal, seperti karya Le Corbusier atau Frak Lloyd Wright yang berbasis pada rasionalisme metaforik, mungkin sebagian termasuk pada kategori ini. Arsitek Indonesia, Mangunwijaya juga melahirkan sejumlah karya arsitektur yang fungsional, kontekstual, estetik, dan sekaligus puitik. Pada arsitektur kontemporer, permainan bentuk, ruang, dan makna pada karya karya arsitek Zaha Hadid, yang penuh kejutan, mungkin termasuk arsitektur sekaligus puisi.

Arsitektur yang terinspirasi dari puisi. Nader Khalili, adalah arsitek yang  menemukan metode konstruksi blok sistem super atau disebut juga SuperAdobe. SuperAdobe,  berupa struktur kubah, yang dibentuk dari lapisan kantong pasir penuh melingkar, yang diikat oleh kawat berduri. Struktur adobe sederhana dalam penampilan, tapi cukup kuat untuk menahan banjir, kebakaran, gempa bumi, angin topan, serta memberikan isolasi terhadap panas dan dingin. Struktur ini juga mudah dan dapat cepat dibangun oleh laki-laki, perempuan, atau bahkan orang dewasa muda. Kemungkinan hidup hemat dari metode konstruksi SuperAdobe tidak terbatas, dan itu semua terinspirasi oleh karya-karya penyair abad ke-13 bernama Rumi. Kahlili mengintegrasikan filosofi Rumi tentang alam dengan metode bangunan arsitektur Timur Tengah kuno[5].  .

Puisi yang terinspirasi dari arsitektur.  Puisi John Betjeman banyak terinspirasi dari arsitektur Victoria. Sir John Betjeman, adalah seorang penyair Inggris yang juga anggota pendiri Masyarakat Victoria, dan pembela gairah arsitektur Victoria. Ketika tidak menulis puisi, Betjeman menghabiskan banyak waktu berjuang untuk melestarikan arsitektur bersejarah Victorian, seperti gereja Kudus pada Sloane Street dan Euston Arch di London [6].

Arsitek yang menjadi penyair.  Michelangelo, adalah arsitek abad pertengahan yang sekaligus menulis puisi. Ia menulis 300 soneta terpanjang, sebelum Shakespeare. Sesudah Michelangelo, Thomas Hardy adalah Arsitek yang berhenti menjadi arsitek untuk kemudian menjadi penulis. Hardy memenangkan hadiah dari berbagai assosiasi  arsitektur, antara lain dari Royal Institute of British Architects, sebelum akhirnya meninggalkan London dan arsitektur untuk berfokus pada karir menulis.  Hardy menulis novel dan berbagai macam bentuk puitis, termasuk lirik, balada, satire, dan monolog dramatis, dan menulis sejumlah puisi perang. Meskipun awalnya puisi-puisinya tidak serta merta diterima seperti novel-novelnya, Hardy sekarang diakui sebagai salah satu penyair abad kedua puluh terbesar [7].

Karena arsitektur adalah puisi, karena puisi adalah arsitektur

Diadaptasi dari dan untuk pendalaman lihat: Buku Puisi dan Sketsa    Arsitektur

REFERENSI

[1].  Qur’an surat Al Baqarah ayat 31

[2].  Qur’an surat Al Baqarah ayat 32

[3].  Mangunwijaya, JB. (1992). Wastu Citra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

[4].  Fucigna, Nicola (2016). Poetry and Architecture. Tersedia di: http://constructionlitmag.com/

[5].  Breeders, Bee (2016). The Conection Architecture and Poetry. Tersedia di:  https://bee breeders.com/

[6].   Breeders, Bee (2016). The Conection Architecture and Poetry. Tersedia di:  https://bee breeders.com/

[7].   Breeders, Bee (2016). The Conection Architecture and Poetry. Tersedia di:  https://bee breeders.com/