Kepemimpinan Kepala Sekolah Pengaruhi Mutu Lulusan SMK

budi santoso 3

Bandung, UPI

Kualitas sumber daya manusia yang masih rendah menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia semakin tinggi. Tingginya tingkat pengangguran mencerminkan bahwa sampai saat ini mutu lulusan belum mampu memenuhi tuntutan dunia kerja. Salah satu pendidikan yang seharusnya menciptakan lulusan yang memiliki kompetensi keahlian profesional adalah pendidikan kejuruan, namun sepertinya tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai.

Dari beberapa sumber menginformasikan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) banyak yang menjadi pengganguran terbuka. Jumlah lulusan SMK yang menganggur mencapai 813.776 jiwa, atau 11,24 persen dari jumlah total pengangguran terbuka di Indonesia sampai Agustus 2014, yakni 7,24 juta jiwa. Hal ini ditengarai belum adanya link and match antara pendidikan kejuruan dengan permintaan industri menyebabkan lulusan SMK adalah yang paling banyak menganggur.

“Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan konsep pendidikan SMK khususnya di Kota Bandung dalam meningkatkan mutu kompetensi lulusan sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja yang terampil dari lulusan SMK yang berkualitas dan selaras dengan kebutuhan lapangan kerja”, kata Dr. Budi Santoso saat mempertahankan disertasinya dihadapan tim ujian promosi doktor, Jumat, 23 Januari 2015 di Auditorium SPs UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

budi santoso 4Disertasi Dr. Budi Santoso yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Pengelolaan Fasilitas Pembelajaran, dan Proses Pembelajaran Terhadap Mutu Kompetensi Lulusan SMK Bidang Keahlian Manajemen dan Bisnis di Kota Bandung ini dinyatakan lulus dengan nilai Sangat Memuaskan.

Dijelaskan Dr. Budi beberapa diantaranya lembaga pendidikan yang dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian serta kualifikasi yang dibutuhkan dalam persaingan dunia kerja adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kota Bandung.

Sebagian besar SMK di kota Bandung memilki misi yang sama, yaitu berusaha untuk meraih sasaran yang hendak dicapai yaitu melahirkan sumber daya manusia yang siap memasuki lapangan kerja dengan sikap profesional sesuai dengan keahliannya, dan mampu mandiri yang sanggup bersaing di tingkat nasional dan internasional, namun misi tersebut belum sepenuhnya tercapai.

budi santosa 6Masih banyaknya lulusan yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi disinyalir disebabkan karena lulusan merasa kompetensi yang dimiliki belum cukup untuk bekal di dunia kerja, selain itu lulusan merasa pesimis dengan tantangan-tantangan yang dihadapkan oleh para kompetitor pencari kerja lainnya yang dari tamatan sarjana.

“Para lulusan SMK kurang percaya diri terhadap kompetensi yang dimiliki dan memilih untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kenyataan tersebut tentu tidak sejalan dengan tujuan SMK yang memprioritaskan keahlian lulusan agar siap bekerja secara professional setelah lulus dari sekolah”, ujar Dosen Prodi Pendidikan Manajemen Perkantoran FPEB UPI ini.

Menurtnya, inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah belum optimalnya mutu kompetensi lulusan SMK kota Bandung, khususnya pada Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen. Aspek tersebut diduga sebagai salah satu aspek strategis yang dapat menghambat terciptanya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, masalah belum optimalnya mutu kompetensi lulusan harus segera ditindaklanjuti.

“Banyak faktor yang mempengaruhi mutu kompetensi lulusan, diantaranya faktor internal yang berasal dari dalam diri lulusan yaitu minat, bakat, motivasi, perkembangan dan kesiapan, serta faktor eksternal yang berasal dari lingkungan yaitu dorongan orang tua, latar belakang kebudayaan, metode mengajar, kurikulum, kinerja mengajar guru, disiplin sekolah, fasilitas pembelajaran, model belajar, kegiatan siswa dalam masyarakat, bentuk kehidupan masyarakat, dan lain sebagainya” tutur Dr. Budi.

budi santosa 5Berdasarkan hasil kajian secara empirik ia mengatakan bahwa diduga faktor determinan yang paling berpengaruh terhadap mutu kompetensi lulusan adalah kepemimpinan kepala sekolah, kinerja mengajar guru, pengelolaan fasilitas pembelajaran, dan proses pembelajaran. Faktor faktor yang diduga determinan tersebut didasari atas teori belajar dari B.F Skinner, yang menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh stimulus dan behavior.

“Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa struktur hubungan antar variabel saling mempengaruhi, baik langsung maupun tidak langsung terhadap mutu kompetensi lulusan di sekolah menengah kejuruan”, tambahnya.

Dalam hal ini kepemimpinan kepala SMK berpengaruh kuat terhadap variabel-variabel tadi dalam mengembangkan sumber daya manusia dan membangun organisasi. Oleh karena itu, semakin tinggi kepemimpinan kepala sekolah akan semakin tinggi kinerja mengajar guru, pengelolaan fasilitas pembelajaran dan proses pembelajaran yang dilaksankan di sekolah menengah kejuruan, tegas Dr. Budi. (Deny)