Kepemimpinan Rasulullah Saw. sebagai Teladan Masyarakat Madani

Bandung, UPI

Minggu (5/12), Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi terakhir merupakan representasi dari manusia sempurna yang multi-talenta, sekaligus pemimpin terbaik, suami terbaik, ayah terbaik, kakek terbaik, dan yang terbaik di antara orang-orang terbaik. Maka dari itu penjelasan Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. berikut bisa dijadikan bahan rujukan oleh umat Islam Mengkaji Kepemimpinan Rasulullah Saw. sebagai Teladan Masyarakat Madani. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-Ahzab ayat 21.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ٢١

Artinya: Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21)

Ayat tersebut termasuk ke Kalam Khabari Nau’ Inkari dalam ilmu Balaghah. Maksud dari ayat tersebut adalah menginformasikan dan menegaskan kepada kita, sungguh pada diri Rasulullah Saw. itu terdapat uswatun hasanah yang menurut beberapa Imam, memiliki makna frasa bahwa Rasulullah Saw. merupakan figur yang luhur dan wajib kita ikuti seluruh perbuatannya serta contoh terbaik dalam semua perkataan, perbuatan, dan seluruh aspek kehidupannya, karena terdapat kebesaran dan kemuliaan sifat manusia di dalam diri beliau. Sehingga hal ini kemudian menjadikan beliau sebagai figur yang luhur serta contoh yang tinggi dan harus diikuti dengan sepenuh hati.

Nabi Muhammad menurut penuturan dari beberapa Syekh ialah seorang manusia yang berbeda dengan manusia lainnya. Beliau laksana batu intan permata, sedangkan manusia lainnya ibarat batu biasa. Selain itu, Nur Muhammad juga dimuliakan di langit dan menjadi panutan di bumi. Ungkapan tersebut menggambarkan kepada kita, bahwa tidak ada satu pun figur yang paling luhur, manusia yang paling mulia, tokoh yang harus dicontoh, pribadi yang patut diteladani, bahkan individu yang wajib ditiru, selain Nabi Muhammad Saw. yang dimana ucapannya menjadi hadis qauli, perbuatannya menjadi hadis fi’li, bahkan diamnya menjadi hadis takriri. Selain itu, akhlak dari Nabi Muhammad Saw. juga merupakan pengejawantahan dari seluruh ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Adapun cerminan bagi para pemimpin adalah untuk senantiasa meneladani sifat baginda Nabi Muhammad Saw. dan mengikuti apa yang beliau ajarkan serta meneladani penetapan beliau yang bijaksana dan adil. Seorang pemimpin juga hendaknya menanamkan nilai-nilai profetik dalam diri, yaitu: cinta kepada Tuhan, bermoral, bijaksana, sejati, mandiri, dan kontributif. Hal ini diperlukan, karena seorang pemimpin merupakan contoh bagi rakyatnya, sehingga diharapkan dapat membentuk masyarakat madani yang beradab, demokratis, meghormati, dan menghargai publik.

Lalu, bagaimanakah kriteria seorang pemimpin yang patut kita pilih dan kita teladani? Menurut Nabi Syu’aeb, seorang pemimpin hendaknya merupakan orang yang kuat dan amanah. Sebab dengan kekuatannya, seorang pemimpin akan berani membuat kebijakan dan kewenangan untuk menciptakan kemakmuran serta kesejahteraan. Sedangkan dengan amanahnya, seorang pemimpin akan mampu memikul tanggung jawab.

Di dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa terdapat tiga cara Rasulullah Saw. dalam berdakwah yang berisi pesan moral bagi para pemimpin untuk membangun bangsa dengan berlandaskan akhlakul karimah, yaitu: Linta lahum atau senantiasa bersifat lemah lembut dan baik terhadap kawan maupun lawan; Fa’fu ‘anhum wastagfirlahum atau senantiasa bersifat lapang dada, mudah memaafkan, dan memohonkan ampunan bagi setiap kesalahan; serta Wa syawirhum fil amri atau senantiasa mentradisikan sikap bermusyawarah dalam setiap mengambil keputusan. (Cikal Aktar Muttaqin)