Konsep Mendidik Ki Hajar Dewantara

Irfan Fauzi

(Mahasiswa Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia)

Salah satu aspek terpenting dalam terselenggaranya pendidikan adalah adanya guru dan siswa, tanpa itu semua pendidikan tidak mungkin akan berjalan. Guru memiliki peranan penting dalam mendidik siswa di sekolah, lalu bagaimana seharusnya guru dalam mendidik siswa?.

Tugas guru dalam sebuah pendidikan sudah diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005  pasal 1 ayat 1 : guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Aspek yang dibangun guru dalam pembelajaran dikelas tidak akan pernah terlepas dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan, dan ini akan terus menjadi patokan dalam dalam menentukan keberhasilan pembelajaran.

Untuk dapat mencapai komponen tersebut, guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif untuk siswa, karena esensi dari sebuah pembelajaran adalah bagaimana membuat siswa belajar tentang banyak hal dan bukan saja tentang materi pelajaran, tapi sikap dan keterampilan. Penulis teringat kepada salah seorang tokoh pendidikan yang sangat terkenal dan juga termasuk pahlawan nasional Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara mengajarkan kita sebuah arti dari pendidikan yang humanis, beliau juga mampu menciptakan konsep Sistem Among sebagi patokan guru dalam mendidik siswa, Ing ngarso Sung Tolodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayanimemiliki arti di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat dan di belakang memberi dorongan. Dari kalimat tersebut bahwa guru sepatutnya: Ing Ngarso Sung Tulodo, Memberi contoh yang baik kepada siswa, kita sering mendengar pepatah bahwa GURU adalah di gugu dan di tiru, hal ini memang benar bahwa setiap sikap yang dilakukan oleh guru akan dilihat, di contoh dan di aplikasikan oleh siswa dalam dirinya, bahkan dalam kurikulum 2013 guru wajib menjadi teladan bagi peserta didik dalam menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia, salah satu yang bisa guru lakukan adalah menjadi role model dalam pembelajaran, dan peran ini tidak akan bisa digantikan oleh siapapun.

Ing Madyo Mangun Karso, Guru mempengaruhi dan mengendalikan siswanya, maka guru haruslah bisa sedekat mungkin atau bisa menjadi “teman” dengan siswa tanpa menghilangkan kewibawaan sebagai seorang guru, dengan begini suasana belajar akan terbangun dengan kondusif; dan Tut Wuri Handayani, Guru menghargai dan mendorong potensi yang dimiliki siswa, maka guru harus bisa melihat keberagaman (tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik) yang dimiliki siswa.

Ketiga konsep ini saling terhubung dan mempunyai keterkaitan satu sama lain, jika ini diaplikasikan dalam mendidik siswa maka akan berdampak positif untuk generasi bangsa Indonesia mendatang. Jadilah pendidik yang professional ala Ki Hajar Dewantara. SALAM PENDIDIKAN!