KUE BALOK IKON AKULTURASI BELANDA DAN INDONESIA DI KOTA BANDUNG

Bandung. Kota Bandung didirikan pada 25 September 1820, oleh Bupati Bandung ke-6, RAA. Wiranatakusumah II (1794-1829).  Sejarah kuliner di Kota Bandung dipengaruhi oleh beragam akulturasi di antaranya adalah pengaruh pemerintahan Hindia Belanda.

Kota Bandung sejak pemerintahan Hindia Belanda sudah menjadi pusat belanja dan pusat jajan. Bahkan terdapat toko serba ada pada tahun 1899 Klass de Vries (sekarang BRI Tower di alun-alun). Pertumbuhan beragam usaha makanan dengan pengaruh akulturasi Hindia Belanda pun muncul dengan keberadaan restoran Sumber Hidangan (Maison Bogrijen) pada tahun1920,  Bandoengsche Melk Centrale (BMC) pada tahun 1925, toko Sumber Hidangan (Het Snoephuis) di Jalan Braga (Bragaweg) sejak tahun 1929, toko Kopi Aroma (1930) di jalan Bantjeujweg, dan toko es krim Baltic di sudut jalan Braga dan Naripan pada tahun 1940. Produsen sosis, daging asap dan olahan daging Badranaja (Shroder’s Food Trading Company) di Jalan Lengkong Besar pada tahun 1940. Bahkan terdapat toko serba ada pada tahun 1899 Klass de Vries (sekarang BRI Tower di alun-alun) (Katam, S dan Abadi, L : 2006).

Dewi Turgarini Saat di Wawancara CNN Indonesia

Sumber Foto : Zai CNN Indonesia, 2020

Budaya menikmati makanan dan minuman di Kota Bandung semakin marak dengan kemunculan pasar- pasar di Kota Bandung. Pasar Baru (Baroeweg) yang didirikan pada tahun 1906 sebagai pasar tradisional di Jalan Otto Iskandar Dinata. Serta pasar tempo dulu lainnya seperti pasar Kosambi, Cicadas, Kiaracondong, Cigereleng, Balubur, Karapitan, Babatan, Pagarsih, Cihaurgeulis dan Cicaheum (Katam, S dan Abadi, L : 2006).

Penduduk kota Bandung, mereka sejak tahun 1920 an bila ingin membeli jajanan, makan, minum di luar rumah dapat mencicipi kue dan jajanan pasar. Di kota ini bermunculan warung-warung, pedagang keliling dan penjual kaki lima. Kota ini bahkan menyediakan taman hiburan rakyat (feestterrein), dan di pinggir jalan pun sudah terdapat penjual kaki lima seperti bubur kacang hijau, kerupuk, es puter, sate, mie baso, soto, lahang, tempe dan oncom goreng, permen gulali, sirup, kue basah dan aneka buah-buahan (Katam, S dan Abadi, L : 2006).

Peta Usaha Kue Balok di Kota Bandung

Sumber Foto : Dewi Turgarini, 2020

Beragam pengaruh pastry dan bakery Hindia Belanda pun dapat terlihat pada beragam menu yang ada di sumber hidangan dan Braga Perrmai seperti bokkepootjes (kue kering), onbijtkoek (roti), gevulde speculaas (biskuit kenari), kaasbrood, rozijbrood, gescheurdbrood, bobon, vrunchten, zandtaart, chocolade, rotjes, mocca, kattetong, bookepot, doublet, ananastaart, kreentenbrood, saucijisbrood (Suganda, Her: 2002, dan Turgarini, D : 2019). Bahan baku terigu sudah tersedia di serba ada pada tahun 1899 Klass de Vries (sekarang BRI Tower di alun-alun) (Katam, S dan Abadi, L : 2006).

Proses Wawancara

Sumber Foto : Dewi Turgarini, 2020

Eksistendi Kue Balok di Kota Bandung

Hal menarik untuk dikupas adalah tentang keberadaan Kue Balok yang sudah dikonsumsi masyarakat di Kota Bandung.  Menu ini menjadi menu sarapan penduduk kota sebagai pengaruh dari akulturasi negara Belanda. Ada keunikan dari tekstur Kue Balok yang padat menjadi alternatif sarapan yang lebih mengenyangkan daripada sarapan roti.  Biasanya pada masa lalu penjualan kue balok tidak terlepas dari hidangan minuman kopi dan teh, yang berfungsi untuk sebagai penutup setelah menikmati kue balok tersebut.

Tien Surtini sebagai penikmat kue balok menyampaikan bahwa pada tahun 1952 dan 1959, Kue Balok memang menjadi alternatif sarapan selain bubur hanjeli, bubur labu siam dan ditaburi potongan tahu. Penjual kue balok biasanya di pinggir jalan, dan biasanya pembeli membeli dengan berjongkok atau nagog. Hanya membeli dua buah saja sudah mengenyangkan dan menjadi sumber energi bagi penduduk kota. Pada era tahun 1952 an kue balok tersebar di Jalan Astana Ayar Persimpangan Pagarsih dan di Tegalega.

Berdasarkan wawancara kepada Chef Legend Dedie Soekartin, terdapat kontroversi pada tahun 1960 an kue balok hampir berganti nama menjadi nama kue Robur karena pada saat itu kota ini mendapat bantuan bis kecil dengan merk Robur dari Jerman Timur pada tahun 1966. Hal ini dikarenakan bentuk kue Balok mirip dengan bentuk bus Robur yang berbentuk persegi panjang.

Penelusuran sejarah tentang eksistensi kue balok secara literatur belum pernah dilaksanakan. Kontroversi eksistensi kue balok yang dapat ditelusuri berdasarkan wawancara mendalam baru didapatkan sejak tahun 1950. Perlu ada kajian mendalam secara literatur. Namun fakta diperoleh bahwa pola konsumsi masyarakat Kota Bandung tidak terlepas dari masuknya pengaruh akulturasi budaya makan bangsa Belanda, yang memperkenalkan tepung terigu sebagai bahan baku roti, dan kue dalam pola makan masyarakat Sunda di Kota Bandung sejak tahun 1900 an.

Kue Balok Masa Kini

Kue balok adalah kue yang terbuat dari bahan baku tepung terigu, vanili, telur, susu kental manis, soda kue, margarine dan gula pasir.  Cara membuatnya adalah mengaduk telur dan gula terlebih dahulu, setelah mengembang kemudian dimasukan margarine, tepung terigu, vanili, dan air sedikit-sedikit sehingga tercampur rata dan konsistensi adonan kental. Setelah adonan dimasukan ke dalam cetakan kemudian di panggang. Pada masa lalu karena belum teknik pembuatan kue balok sangat khas yaitu dengan menggunakan wadah yang berisi arang yang sudah membara di taruh di atas adonan kue balok, pemanasan menggunakan arang menggunakan proses slow cooking sehingga kue balok dapat matag dengan sempurna dan beraroma asap.

Inovasi dilakukan oleh warga kota Bandung dengan membuat kue balok dengan beragam rasa green tea, keju, oreo, kismis, kacang, red velvet, pandan, coklat, dan bahkan dengan merubah konsistensi yang lebih pekat dengan menggunakan coklat dan dikenal menjadi kue balok brownies, dan kue balok coklat dengan isian coklat yang bila digigit memberikan sensasi meleleh di dalam mulut.  Saat ini kue balok menjadi salah satu oleh-oleh unggulan di Kota Bandung untuk dibawa ke luar kota saat penduduk kota ini pergi atau bahkan menjadi buah tangan bagi para wisatawan saat berkunjung.

Keberadaan usaha Kue Balok pun di kota Bandung sudah mengikuti tren cloud kitchen dan menjual secara online.  Hasil pengamatan secara singkat diperoleh data terdapat hampir 56 penjualan kue balok yang dapat dibeli secara online di Kota Bandung.  Sedangkan penjual kue balok yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik  adalah di Kue Balok Kang Didin Jalan Abdurahman Saleh dan di Rumah Makan Bancakan di Jalan Diponegoro, Kue Balok Kalijati Jalan Antapani, Kue balok Boebat Jalan Buah Buah Batu, Kue Balok si Cinta Jalan Dulatip, Kue Balok Mahkota Jalan Sabang di Kota Bandung. Anda berminat mencoba ? (Dewi Turgarini, Ketua Program Studi Manajemen Industri Katering UPI).

Referensi :

– Katam, Sudarsono dan Abadi, Lulus. 2006. Album Bandung Tempo Doeloe. Bandung. NavPress Indonesia.

– Suganda, Her. (2002). Jendela Bandung. Jakarta. Kompas.