Mahasiswa UPI Laksanakan KKN Tematik Citarum Harum Pentahelix

Bandung, UPI

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang diterjunkan di Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, untuk periode sekarang ini akan melaksanakan KKN model baru yaitu KKN Tematik Citarum Harum Pentahelix. Demikian ungkap Pembimbing KKN UPI yang juga Kepala Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan KKN LPPM UPI Dra. Katiah, M.Pd., usai melakukan monitoring dan evaluasi, Selasa (4/12/2018).

Dikatakannya,”KKN Tematik Citarum Harum Pentahelix ini merupakan inovasi terbaru dari program KKN Tematik UPI. Kita harapkan, dari program KKN membawa dampak yang positif. Pendekatan yang dimaksud adalah KKN dengan model pendekatan keluarga, jadi 1 mahasiswa itu mendampingi 3 keluarga, mereka mendampingi keluarga itu bersama-sama selama  40 kali kedatangan dengan waktu yang disesuaikan dengan kesediaan mahasiswa itu sendiri, mereka pulang pergi, mereka tidak bermalam di lokasi seperti biasanya, dan jumlah jam-nya minimal 2 jam, dikali dengan 3 keluarga jadi total minimal 6 jam.”

Diharapkan, lanjutnya, target perubahan perilaku masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan, diantaranya sikap dan perilaku membuang sampah ke sungai jangan sampai terjadi lagi. UPI dengan KKN model KKN Tematik Citarum Harum Pentahelix ini melibatkan para akademisi, pemerintah daerah, masyarakat atau komunitas, dunia usaha, serta media massa. Ini suatu pendekatan yang bagus sebagai upaya mengembalikan lagi fungsi sungai Citarum seperti dahulu kala.

“Pembimbing akademisi berasal dari perguruan tinggi, kemudian ada juga pembimbing dari pihak masyarakat di bawah koordinasi desa, selain itu, hadir ada juga pembina dari komandan sektor yaitu aparat TNI, ini merupakan model pendekatan kolaborasi. Hal lainnya adalah, pembekalan mahasiswa disinergikan dengan pembimbing dari masyarakat seijin Kepala Desa,” jelasnya.

Hal serupa juga ditegaskan oleh dosen pembimbing KKN Sriyono, S.Pd., M.Pd., dijelaskannya bahwa pelaksanaan KKN yang sekarang ini memang di dalam implementasinya agak berbeda dengan KKN-KKN reguler yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Dikatakannya,”Pada KKN reguler, kelompok mahasiswa berada pada 1 rumah kemudian melaksanakan program bersama-sama, artinya programnya bisa bersifat umum, mahasiswa di blok dalam satu waktu sekitar 40 hari, untuk melaksanakan rancangan program yang sudah dirancang di kampus setelah mereka mendapatkan diklat dari dosen pembimbing masing-masing.”

Nah untuk KKN kali ini, ungkapnya, relatif sama tahapannya, seperti ada diklat, kemudian pembekalan dari dosen pembimbing, dan ada pembekalan secara umum dari universitas, kemudian setelah itu mereka merancang program. Rancangan program itu lebih spesifik karena pendekatan mahasiswa pada KKN saat ini adalah pada keluarga langsung, jadi mahasiswa dipasangkan atau dicangkokkan pada 3 keluarga.

Ditegaskannya,”Tentunya masing-masing dari keluarga ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga disini mahasiswa dituntut kejelian untuk mengidentifikasi terutama mengidentifikasi potensi “masalah” keluarga kemudian mahasiswa juga dapat memberikan alternatif atau sumbang saran atau alternatif pemecahan masalah lainnya dari masing-mansing keluarga asuh mereka.”

Kewajiban mereka itu sama, jelasnya, karena nama mata kuliahnya sama dan bobot SKS-nya sama, jadi jika yang reguler itu di blok selama 40 hari, maka KKN mingguan ini di blok 40 kali dengan keluarga dimana mereka ditempatkan. Selama 40 kali pertemuan ini mahasiswa memiliki tugas untuk membuat jurnal kegiatan harian yang isinya adalah progress dan report setiap mereka berinteraksi dengan keluarga, termasuk ada pesanan khusus, jadi salah satu indikator kelulusan, nantinya terutama mahasiswa yang berada disepanjang bantaran sungai Citarum, mahasiswa itu dibekali atau dititipi tanaman yang akan ditanam bersama-sama keluarga induknya.

“Jadi jika 1 mahasiswa berada dalam 3 keluarga, nantinya 1 mahasiswa akan dititipi 3 pohon atau 3 bibit pohon yang ditanam bersama-sama keluarga untuk dirawat bersama dan setelah selesai melaksanakan kegiatan dipastikan pohon yang ditanam itu harus hidup, dan ini nantinya pembimbing memiliki kewajiban untuk mengecek setiap aktifitas mahasiswa. Tambahannya,  dulu jika pembimbingan mahasiswa hanya dilakukan oleh dosen-dosen pembimbing dari kampus saat, ini pembimbingan dilakukan bermitra  dengan pembimbing di lapangan dalam hal ini ada tokoh pemuda, tokoh masyarakat, aparat pemerintah, juga personil dari satuan tugas yang ada di setiap sektor yaitu dari TNI yang dilibatkan dalam KKN Tematik Citarum Harum Pentahelix dengan pola mingguan ini,” ungkapnya lagi.

Diklatnya berbentuk workshop, jelasnya, kemudian mahasiswa KKN membuat rancangan kerja, dan ketika diklat kita sudah mengundang para tokoh masyarakat atau aparat pemerintah setempat yang lokasinya dipergunakan untuk KKN dalam rangka memberikan gambaran masalah di daerah tersebut sehingga mahasiswa mempunyai gambaran awal untuk mendesain program kerja sebelum mereka berangkat ke tempat KKN.

Ditambahkannya,”Pola KKN ini baru, diinisiasi oleh Rektor UPI dan kita cukup bangga karena ide KKN Tematik Citarum Harum Pentahelix sepanjang waktu yang dimaknai sebagai KKN pola mingguan, disinambungkan atau ditindaklanjuti dengan pelakasanaan KKN berikutnya. Pola ini sudah bergulir di Kemenristekditi dan kelihatannya akan dijadikan semacam guidance untuk seluruh perguruan tinggi di seluruh Indonesia, bahwa nantinya pelaksanaan KKN akan dilaksanakan sepanjang waktu jadi tidak di blok-blok lagi. Kelebihan dari program model ini, bagi mahasiswa yang masih memiliki program mata kuliah, selain melaksanakan KKN, mereka masih bisa melakukan kuliah tatap muka. Jika menggunakan model sebelumnya, umumnya KKN hanya diikuti oleh mahasiswa yang sudah menyelesaikan program mata kuliah, sehingga dengan demikian, ini dapat mengakselerasi penyelesaian studi.” (dodiangga)