Mahasiswa UPI Lakukan Konservasi Pola Pertanian Organik dalam Leksikon Etnoagrikultur

Bali, UPI

Sebanyak 3 mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang di bawah bimbingan Mahmud Fasya, S.Pd., M.A., terdiri dari Gista Septriantri Putri sebagai ketua serta Meiliyana dan Rifal Nur Goib Oktapiandi sebagai anggotanya, baru saja menyelesaikan presentasinya di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 Tahun 2019 di Fakultas Hukum Universitas Udayana Jalan Raya Kampus Unud, Jimbaran, Bali, Rabu (28/8/2019).

Menurut Mahmud,”Dari 5 proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Sosial Humaniora (PKM-PSH) perwakilan Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI, hanya tim yang berjudul Konservasi Pola Pertanian Organik dalam Leksikon Etnoagrikultur (Studi Etnolinguistik di Kampung Adat Baduy), menjadi tim yang lolos untuk berlaga dalam ajang PIMNAS ke-32 di Bali. Juri melihat keunikan dari aktifitas masyarakat Baduy. Mereka, ditengah kemodernan jaman, ternyata masih menyimpan dan memiliki ilmu pengetahuan lokal luar biasa yang mampu menghasikan produk organik. Saat ini produk organik tersebut digandrungi oleh masyarakat modern, yang terdidik. Untuk diketahui, katanya, harga pangan organik dibanderol dengan harga tinggi. Dalam keseharian masyarakat Baduy, pangan organik yang sehat, ramah lingkungan dan sesuai dengan kebutuhan masa kini ternyata sudah menjadi kesehariannya.”

Terkait dengan adanya mahasiswa dengan kelimuannya dalam bidang bahasa kemudian berbicara tentang pola pertanian organik, ungkapnya, terlihat tidak ada hubungannya, tetapi ternyata jika ditelusuri lebih dalam memiliki korelasi. Para leluhur dahulu dibekali pengetahuan lewat nama-nama. Dengan demikian, jika kita menguasi nama atau kosakata, itu sama dengan menguasai ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang pertanian organik dalam masyarakat Baduy terekam dalam kosakata atau leksikon yang digunakan dalam keseharian.

“1 kuncinya, ketika kosakata hilang maka ilmu pengetahuan lokal pun akan hilang.  Berdasarkan hal tersebut, tim PKM-PSH dari UPI mengkampanyeukan konservasi dan revitalisasi. Melakukan konservsai dengan menjaga ilmu pengetahuan yang terekam dalam kosakata agar tidak hilang melalui buku saku. Buku tersebut mengenalkan kosakata pertanian organik dan dibuat juga artikelnya, serta dibuat juga dalam bentuk digital lengkap dengan foto dan videonya. Ini akan menjaga ingatan anak muda. Sementara itu, nilai-nilai kearifan lokal yang sudah ada harus dimodifikasi dalam model kekinian supaya orang-orang modern bisa terus melanjutkan ilmu pengatahuan lokal tersebut dalam bentuk kekinian,” harapnya. (dodiangga)