Mahasiswa UPI Purwakarta 2014 Gelar Drama Musikal

1Purwakarta, UPI

Mahasiswa angkatan 2014 UPI Kampus Purwakarta menyelenggarakan pagelaran dengan konsep drama musikal, Kamis (4/6/2015) di Aula Timur UPI Kampus Purwakarta. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas akhir UAS mata kuliah pendidikan seni musik yang diampu Dr. Sandie Gunara, M.Pd.

Yang sangat luar biasa bagi mahasiswa adalah, mereka dapat dengan baik dan sukses menyelesaikan tugas akhir ini. Mahasiswa mendapatkan banyak pelajaran dari pagelaran ini, bukan hanya sekadar mencari nilai, tetapi kaya akan makna dari proses pembelajaran yang dilakukan sampai pada hari pementasan tiba yaitu mereka dituntut mampu mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran di SD.

“Mengapa kita harus mampu mengaplikasikannya? Karena sebagai seorang calon pendidik profesional kita dituntut untuk memiliki kreatifitas yang bervariasi, agar para peserta didik tidak mudah jenuh dengan proses pembelajaran pada umumnya,” ujar mahasiswa.2

Pembagian kelompok drama yang telah disepakati antara dosen dan mahasiswa adalah dalam setiap kelasnya terdapat dua kelompok dan jumlah kelas yang ada adalah 5 kelas, sehingga terdapat 10 kelompok drama musikal dalam pagelaran ini. Berikut judul-judul cerita yang kami pentaskan, “Singa Pemalas”, “Timun Lupa Kulitnya”, “Kabayan Jadi Dua”, “Gagak Sipeniru”, “Pino dan Tutu”, “Hachi’s Adventure”, “Raksasa dan Penghuni Hutan”, “Cinderman”, “The Kingdom of Insect”, dan “Bunga dan Kupu-kupu”.

Alat musik yang digunakan adalah alat perkusi sederhana seperti ember bekas, kaleng, botol, batok kelapa, botol air mineral yang diisi kerikil, dan lain-lain serta aneka kostum menarik dan mencolok dari kain dan karung bekas serta bahan tak terpakai lainnya. Dengan begitu banyaknya cerita yang ditampilkan, diharapkan cerita tersebut dapat diceritakan kembali nantinya.3

Berikut beberapa sinopsis dari salah satu cerita yang berjudul Singa Pemalas, Singa adalah binatang yang paling ditakuti di hutan, semua binatang takut kepadanya dan tidak ada binatang lain yang mengganggunya. Namun sayang, sejak menjadi raja dia sangat malas, sehingga ia jatuh sakit. Kemudian dokter kambing dan dokter rusa datang untuk memeriksanya, namun keduanya tidak mampu menyembuhkannya. Sehingga diadakanlah sayembara untuk mengobati sang raja. Datanglah se ekor kera yang membawa ramuan rahasianya, yaitu kristal bidadari yang sebenarnya adalah tahi ayam. Sang raja yang tahu akan hal itu langsung mengejar kera dan berniat untuk menerkamnya, sampai-sampai pada akhirnya sang raja pun kelahan dan menyerah begitu saja. Keringat bercucuran deras ditubuhnya, sang kera mendekati raja dan mejelaskan bahwa maksudnya mengerjai raja agar raja berolahraga dan bergerak karena raja sakit karena kurang gerak.4

Sinopsis drama musical berjudul “Hachi’s Adventure”. Hachi adalah seekor anak monyet yang sangat keras kepala, ia hidup bersama ibunya yang juga seekor monyet. Namun suatu ketika saat ibunya menawarkan pisang, ia menolak. Entah apa yang ada dalam benak hachi, sampai ia tega meninggalkan ibunya sendirian hanya karena ibunya hachi tidak mengabulkan permintaannya untuk makan pepes ikan. Akhirnya hachi tak mau mengakui ibu kandungnya. Dan disinilah perjalanan hachi dimulai. Ketika ditengah hutan ia berjumpa dengan jerapah yang kehilangan anaknya, dengan semangat hachi mengatakan bahwa dia adalah anaknya, terus begitu sampai – sampai mataharipun ia anggap sebagai ibunya. Namun berkat sepasang kupu – kupu memberikan penjelasan bahwa seburuk apapun ibunya, dan tidak bisa memenuhi keinginannya dia tetaplah ibu yang harus dihormati. Akhir cerita hachi meminta maaf pada ibunya dan mengakui kesalahannya, serta berjanji akan menyayangi ibunya selamanya.

Pak Sandi menuturkan disela akhir penilaian kepada mahasiswa didiknya bahwa, “Pagelaran dengan konsep musik drama dan gerak ini merupakan kegiatan positif bagi mahasiswa dalam rangka implementasi hasil pembelajaran di kelas. Pada prosesnya mahasiwa dituntut untuk memiliki kreatifitas agar terwujud suatu karya yang unik. Dalam konteks kegiatan ini kreatifitas merupakan proses imajinisasi yang dimanifestasikan ke dalam pencarian nilai atau kebermaknaan pada proses membuat karya. Sehingga dari proses tersebut menghasilkan gaya berfikir untuk bisa bertindak dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian dari kegiatan ini mahasiswa diharapkan memperoleh keuntungan setelah berakhirnya masa kuliah dimana adanya keuntungan untuk masa depan dan menjadi sarana dalam proses kreatifitas sebagai bekal hidup”. [Aan/Yudi/Miladi]6

5