Mahasiswa UPI Ungkap Motif Penolakan Vaksin Covid-19 di Facebook

Bandung, UPI – Tim mahasiswa (UPI) mengungkap motif penolakan vaksin Covid-19 di Facebook melalui penelitian dengan judul “Vaccine Refusal Disruption: Entitas Baru Kelompok Penolak Vaksin di Facebook”. Skema penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Kementerian, Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

“Latar belakang penelitian ini karena isu penolakan vaksin terjadi sangat massif pada saat pandemi Covid-19, berdasarkan riset awal, saya dan tim menemukan bahwa hadirnya media sosial membuat individu mudah untuk menggungah persepsi negatif terkait vaksin di media sosial. Aspek virtual yang diberikan oleh media sosial memberikan perubahan dalam pola penyampaian penolakan vaksin, terlebih penyebaranya pun menjadi sangat massif. Orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda bisa menjadi satu komunal baru dan membentuk entitas baru di media sosial, hal ini menjadi menarik untuk diteliti agar bisa mengidentifikasi bagaimana motif, entitas, dan juga pola, cara, kebiasaan mereka,” terang Fathia, mahasiswa Ilmu Komunikasi UPI 2018.

Selain Fathia, tim ini beranggotakan tiga mahasiswa lainnya yaitu Dinda Dania Nadine Asy Syifa, Indira Kirani Putri, dan Muhammad Fathan Haidar Januar yang berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2018 dan 2019. Dalam pelaksanaanya, mereka juga didampingi oleh dosen Ilmu Komunikasi, Tito Edy Priandono, M.Si.

Penelitian ini difokuskan di Facebook. Media sosial Facebook dipilih karena mayoritas penolak vaksin lebih aktif untuk mengekspresikan penolakannya di Facebook. Hal tersebut diperkuat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ayelet Evrony dan Arthur Caplan pada tahun 2017 yang menemukan bahwa para penolak vaksin banyak bermunculan di Facebook untuk mengekspresikan penolakannya dan juga menyebarkan propaganda.

Dengan menggunakan metode etnografi virtual yang mengkombinasikan observasi pada analisis konten, wawancara semi terstruktur, dan studi dokumentasi, mereka menemukan adanya beberapa temuan menarik dari para penolak vaksin. Mulai dari motif, identitas, pola perilaku, hingga ekspresi penolakan yang ditunjukkan melalui Facebook.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, tim UPI menemukan bahwa motif penolakan vaksin Covid-19 di Facebook didasari pada tiga hal yaitu politik, agama, dan kesehatan. Motif politik disebabkan karena adanya ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan mengganggap bahwa Covid-19 dan vaksinasi merupakan propaganda pemerintah. Motif lainnya yaitu agama, motif ini didasari karena adanya sikap fatalistik dalam menghadapi situasi, preferensi tokoh agama yang juga menolak vaksin, dan kepercayaan bahwa vaksin Covid-19 mengurangi keimanan. Terakhir, motif kesehatan, motif ini didasari oleh keraguan terhadap kehandalan dan kemanan vaksin.

Dari motif tersebut memunculkan entitas baru kelompok penolak vaksin yang terdiri dari tiga alasan, yaitu politik, agama, dan ras. Untuk pola perilaku yang sering ditunjukkan oleh penolak vaksin dimulai dari produksi konten hingga konsumsi konten. Sedangkan, ekspresi penolakan ditunjukkan melalui umpan balik, hubungan sosial, paparan, dan berbagi informasi seputar vaksin.

Temuan menarik lainnya yaitu terdapat aspek ruang virtual yang memungkinkan setiap individu menggunakan berbagai identitas untuk menyebarkan informasi terkait vaksin sehingga informasi tersebut dapat tersebar sebanyak dan seluas mungkin. Selain itu, melalui Facebook memungkinkan setiap individu saling berkomunikasi dan berinteraksi walaupun memiliki latar belakang yang berbeda. Hal ini menjadi salah satu penyebab munculnya entitas baru kelompok penolak vaksin di Facebook.

Melalui penelitian tersebut, para mahasiswa UPI ini berharap dapat menemukan solusi yang efektif dengan memperhatikan aspek budaya yang erat kaitannya dengan entitas kelompok penolak vaksin. Pendekatan aspek budaya perlu dilakukan agar strategi yang dilaksanakan dapat berjalan dengan efektif. (Fathia Islamiyatul – Kontributor Berita UPI)