Mahmud Fasya: Salat Subuh Berjamaah dan Olahraga Pagi Untuk Membangun Mental Juara

Bandung, UPI

Sosok manusia yang seutuhnya adalah manusia yang masagi dalam istilah Sunda, paripurna dalam bahasa Indonesia, atau kaffah dalam bahasa Arab, yaitu manusia yang terintegrasi antara kemampuan kognitif, psikomotor dan afektifnya. Maka untuk menyiapkan peserta Pimnas pun diharapkan ada sosok mahasiswa yang tampil sebagai sosok mahasiswa yang paripurna tersebut. Fisiknya harus disiapkan dan dijaga supaya sehat, lalu mentalnya, kemudian rohaninya juga harus dijaga dengan solat berjamaah, karena melalui kedekatannya dengan Sang Pencipta, kita tersadar bahwa kita adalah manusia lemah yang hanya diberikan kemampuan oleh Allah swt, dan secara kognitif terlihat jelas bahwa kegiatan akademiknya sudah disiapkan sejak awal. Ini semua terintegrasi dalam rangka menyiapkan peserta Pimnas yang paripurna, masagi lahir batin yang siap “makalangan” di ajang Pimnas.

Demikian pernyataan yang disampaikan dosen pembimbing PKM dan Pimnas UPI Mahmud Fasya, S.Pd., M.A., saat ditemui usai melakukan senam pagi bersama para mahasiswa peserta Pimnas 2019. Aktifitas yang mereka lakukan terkait Pembekalan Peserta Pimnas Ke-32 Tahun 2019 Program Kreativitas Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia di Hemangini Hotel Jalan Dr. Setiabudi No. 66 Bandung, Kamis (22/8/2019).

Diungkapkan Mahmud,”Jalan menuju Pimnas merupakan proses panjang, saya termasuk orang yang mendampingi mereka sejak awal karena PKM ini diintegrasikan dengan tugas mata kuliah di Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Depdiksatrasia) FPBS UPI yang hasil akhirnya adalah proposal PKM, lalu laporan penelitian untuk PKM. Saya menilai potensi mereka sangat luar biasa, hanya saja mereka perlu wadah, perlu orang yang mengarahkan dan perlu respon lembaga yang bagus dan saya melihat dalam 2 tahun terakhir ini setelah Dr. Hj. Tri Indri Hardini, M.Pd., menjadi Reviewer Nasional, kemudian melakukan gerakan secara struktural kepada pimpinan universitas.”

Adanya kegiatan di UPI untuk melakukan persiapan PKM dan Pimnas tahun 2019, jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, karena itu yang tidak ada di kita, katanya. Kita telat menyadari bahwa prestasi mahasiswa di PKM dan Pimnas itu menjadi bagian pemeringkatan universitas. Jadi kegiatan pembekalan peserta Pimnas merupakan langkah yang bagus, dan untuk tahun kedua sudah sangat luar biasa, karena kampus-kampus besar pun melakukan hal ini bertahun-tahun.

“Diharapkan, untuk tahun-tahun berikutnya selalu ada peningkatan, karena UPI merupakan kampus yang besar yang memiliki potensi mahasiswa, setidaknya di lingkungan LPTK. Oleh karena itu, kepercayaan diri itu sangat penting,” harapnya.

Upaya konkret yang dilakukan pimpinan universitas adalah melakukan politik anggaran, ungkapnya lagi, karena mulai tahun kemarin, pimpinan universitas sudah menyiapkan anggaran untuk PKM dan Pimnas. Ini harus terus dikawal jangan sampai ada penurunan anggaran atau bahkan terhenti. Kegiatan PKM dan Pimnas memerlukan anggaran yang besar karena melibatkan orang banyak, ini adalah kerja tim. Kita membutuhkan kehadiran para dosen pendamping, para reviewer internal, para wakil dekan, wakil direktur dan humas untuk mengkampanyekan kegiatan ini untuk mengibarkan nama besar universitas. Pimnas menghasilkan sosok mahasiswa yang berkarya dan berprestasi dalam even nasional maupun internasional.

Hal serupa disampaikan Koordinator PKM UPI yang juga Reviewer Internal Utama UPI Dr. Hj. Tri Indri Hardini, M.Pd., dikatakannya,”Diwajibkannya mengikuti senam pagi, tentu saja dimaksudkan untuk menjaga kebugaran, karena mereka harus sehat selama mengikuti Pimnas ini. Selain itu juga, di dalam melaksanakan kegiatan solat berjamaah yang memang merupakan kewajiban untuk beribadah nantinya memunculkan kebersamaan untuk saling mengenal satu sama lain, seperti kita ketahui mereka berasal dari prodi dan fakultas yang berbeda walaupun satu universitas.”

Ini adalah momen yang pas bagi mereka untuk saling bahu membahu dan tolong menolong, ujarnya, karena di Bali nanti mereka akan menjadi satu kelompok yang terus menerus bertemu yang membuat saling akrab, membuatnya menjadi baik, bahkan dalam melaksanakan solat duha pun kami aping, karena kebersamaan itu sangat penting, sehingga dari kebersamaan itu bisa lahir seorang pemenang.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Divisi Pengembangan Prestasi dan Kesejahteraan Mahasiswa Direktorat Kemahasiswaan UPI Ani Herjani, S.Sos.,M.Ap., mengatakan bahwa di samping solat berjamaah itu merupakan sebuah kewajiban bagi seorang muslim, tentunya kegiatan ini untuk membiasakan mereka  untuk bersama-sama membangun kebersamaan, tentunya membutuhkan energi. Energi bukan secara lahiriah saja tapi batiniah juga kita harus isi juga. Membangun kebersamaan, semangat bersama. (dodiangga)