Makanan yang Terbuang (Food Losses)!!

Ada hasil riset yang menarik. Sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia di dunia dibuang sebagai sampah. Jumlahnya sekitar 1,3 milyar ton per tahun. Nilai dari sampah makanan (food losses) yang terbuang diperkiran USD 680 milyar untuk negara maju dan USD 310 milyar untuk negara berkembang (Amrita Energy, 2020).  Hasil riset di atas sungguh sangat ironis. Di satu sisi, banyak produk makanan yang terbuah percuma. Di sisi lain, banyak warga dunia yang menjerit kelaparan.  Total sampah sebanyak 1,3 milyar per tahun, sebenarnya bisa menghidupi  sekitar   800 juta  masyarakat dunia  yang kelaparan.

Food Losses

Kaitannya  dengan potensi hilangnya sejumlah makanan,  Lipinski et.al (2013) mendeskrpsikan bahwa food Loss  atau food waste  dimaknakan  sebagai hilangnya sejumlah makanan pada tahap produksi dan distribusi sebelum tahap konsumsi. Hilangnya pangan dalam rantai produksi, mulai dari tahap pra panen, pasca panen, penyimpanan, pengemasan dan distribusi disebut sebagai Food Losses (FAO, 2011). Food losses merupakan masalah global yang tidak hanya terjadi di negara berkembang atau negara terbelakang tetapi juga masih terjadi di negara maju meskipun jumlahnya tidak sebesar di negara berkembang.   Jadi food looses adalah hilangnya  makanan akibat mismanajemen pengolahan dan  distribusi dalam suatu mata rantai produksi makanan.

Hasil kajian menyebutkan food loss dan food waste Indonesia mencapai 184 kg per orang per tahun atau secara total 48 juta ton dalam setahun. Jumlah makanan yang terbuang tersebut setara dengan memberikan makanan sebanyak 125 juta orang untuk mengentaskan kemiskinan dan penanganan stunting di Indonesia. https://www.antarnews.com

Food Losses  merupakan salah satu masalah di bidang pangan dan gizi di berbagai negara. Menurut MGI (2011), diperkirakan pada tahun 2050 negara berkembang akan mengalami lonjakan penduduk yang mengakibatkan permintaan pangan tinggi dengan peningkatan lebih dari 60%. Artinya dunia harus menyediakan pangan sesuai dengan permintaan. Ketidakmampuan menyediakan pangan tidak hanya bersumber dari tingkat produksi yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena tingginya tingkat kehilangan makanan. Peningkatan ketersediaan seharusnya tidak hanya terfokus pada peningkatan produksi tetapi dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan mengurangi susut pada tahap produksi dan distribusi (food losses).

Food Waste

Food Waste adalah makanan dengan kualitas baik yang dapat dikonsumsi oleh manusia tetapi karena alasan tertentu tidak dikonsumsi dan tidak dimanfaatkan.     Agak berbeda dengan food loss, food waste terjadi selama proses konsumsi. Yaitu  Ketika seseorang menyiapkan makanan secara berlebihan, mengambil makanan dengan porsi berlebih. Atau ketika seseorang biasanya ibu rumahtangga melakukan kesalahan penyimpanan atau saat membeli makanan tetapi tidak dikonsumsi atau dihabiskan karena pembelian yang berlebihan.

Kita sering melihat ketika menghadiri acara-acara pernikahan,  dimana banyak sisa makanan yang tidak dikonsumsi. Di tingkat rumah tangga, lebih khusus lagi, ibu memiliki peran penting sebagai garda terdepan untuk mengurangi kerugian dan pemborosan karena ibu adalah aktor utama penyedia makanan  yang menentukan menu, jenis masakan, rasa, gizi, dan jumlah makanan yang harus dikonsumsi oleh anggota keluarga.

Negara-negara di dunia telah sepakat untuk mengurangi food Loss ataupun food waste untuk mewujudkan Sistem Pangan Berkelanjutan (sustainable food system). Fokus utama yang ingin dicapai adalah menjamin ketahanan dan ketahanan pangan, pangan untuk kesehatan dan pola makan yang baik, serta efisiensi penggunaan sumber daya. Untuk mengurangi jumlah food loss dan food waste, salah satu cara yang paling mudah untuk dilakukan yaitu adalah mindful dalam konsumsi makanan dan dengan menghabiskan makanan yang dikonsumsi.

Tantangan bagi Prodi Pendidikan Tata Boga

Kecenderungan semakin meningkatnya potensi makanan hilang akibat mismanajemen produksi (food losses) ataupun hilangnya potensi makanan akibat mismanajemen dalam mengkonsumsi makanan (food waste), merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi  Program studi Pendidikan Tata Boga FPTK UPI.

Aspek tantangan (challenges), yaitu saatnya Program studi Pendidikan Tata Boga, menata ulang sistem kurikulum yang berlaku. Dalam konteks Merdeka Belajar Kampus Medeka (MBKM), redesain kurikulum Tata ulang Kurikulum merupakan keniscayaan agar para lulusan Prodi Pendidikan Boga memiliki kompetensi dalam kaitanya dengan pengetahuan food loss dalam tataran industry pangan  dan food  waste  dalam tataran konsumsi makanan di keluarga. Adanya kecenderungan   pola makan yang keliru,  tantangan bagaimana kurikulum di tata, bagaimana pelaksanaan penelitian, dan pengabdian masyarakat dilakukan.

 Aspek peluang (chance),  antara lain  peluang untuk membina kerjasama dengan dunia usaha dan dunia  Industri yang berkaitan dengan industri pangan dan Makanan ( food industry) patut terus ditingkatkan.  Peluang lainnya, mahasiswa bisa lebih diberdayakan  untuk bersama dosen berupaya  meningkatkan literasi makanan ( food literacy) dalam konsumsi sehari hari. Kegiatan ini bisa dilakukan ketika pelaksanaan program praktik mengajar di sekolah, praktik atau magang di industri, atau ketika pelaksanaan Pengabdian pada Masyarakat (PKM) (Yulia Rahmawati/Kaprodi Pendidikan Tata Boga FPTK, Ketua Pusat Halal UPI)