Menjelang Pelantikan, BEM REMA UPI Kunjungi Para Dekan

20160315_170525

Bandung, UPI

Menjelang pelantikan BEM REMA UPI 2016 yang akan digelar pada 22 Maret mendatang, Presiden BEM REMA beserta tim formatur melakukan silaturahmi kepada para dekan di kampus UPI. Adapun dalam silaturahmi tersebut Guntur selaku Presiden mahasiswa UPI bermaksud meminta saran dan masukan dari para tokoh di kampus, agar dapat bersama-sama memajukan UPI.

Kunjungan pertama dilakukan pada Selasa (15/3) lalu, dengan menyambangi kantor Dekan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Dr. Zakaria S Soeteja, M.Sn. Pihak BEM REMA pun meminta arahan kepada Dr. Zakaria S Soeteja, M.Sn agar BEM dapat lebih produktif menjalankan fungsinya.

Menanggapi hal itu, Dr. Zakaria S Soeteja, M.Sn mengawai cerita  banyak hal, dimulai dari bagaimana ia meniti karier sejak masih menjadi mahasiswa hingga kesuksesannya pada saat ini. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan BEM adalah mengevaluasi kinerja kepengurusan sebelumnya. Dengan melakukan itu, ia yakin sebuah organisasi akan terstruktur dalam melakukan pembaharuan. Ia juga mengingatkan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat merusak idealisme mahasiswa. Diantaranya adalah intervensi dari pihak nonmahasiswa, orang-orang ekstra kampus, dan adanya pengaruh senioritas.

“Hal-hal seperti itu melunturkan idealisme. Contoh kecilnya saja, ketika pemilihan rektor beberapa waktu lalu ada beberapa teman mahasiswa yang mungkin dipengaruhi oleh entah dosennya atau siapapun itu sehingga seperti memihak. Hal-hal seperti itu membuat mahasiswa menjadi tidak objektif lagi.” kata Dr. Zakaria S Soeteja, M.Sn.

Ia pun menilai, sesama mahasiswa wajar bertentangan idealisme namun saat dirinya menjadi mahasiswa, saat itu mahasiswa memiliki musuh bersama, yaitu adanya orde baru. Dengan adanya orba, mahasiswa dari golongan manapun bersatu untuk melawannya.

Disamping menceritakan pengalamannya, ia pun mengingatkan bahwa salah satu kelemahan mahasiswa yang juga pernah dialami olehya adalah mahasiswa seringkali mengkritisi dengan informasi yang minim. Dr. Zakaria berharap, mahasiswa dapat megkritisi sesuatu dengan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurutnya, demo memang menarik perhatian rakyat, namun mahasiswa jangan hanya mengkritisi dari kajian dan informasi yang seadanya.

“Saya sendiri menilai, sepanjang tidak anarkis demo boleh saja dilakukan. Tapi mahasiswa jangan berdemo kalau tidak punya solusi yang ditawarkan.” ungkapnya.

Pihaknya pun selalu mendukung kegiatan mahasiswa selama kegiatan dan potensi yang dimiliki mahasiswa berkompeten dalam memajukan UPI. Ia pun berpesan, agar BEM bisa menjalankan tupoksinya dengan baik, melakukan transparansi dan sosialisasi kepada mahasiswa pada umumnya.

Dekan FPSD itu pun memberikan tips bagaimana berkomunikasi dengan para seniman yang seringkali dianggap apatis jika dihadapkan dengan kondisi politik di sekitarnya. Termasuk bagaimana menjalin komunikasi dengan mahasiswa FPSD yang kedepannya akan menjadi para seniman.

“Kalau saya melihat teman-teman FPSD, teman-teman disini cenderung menghindari diskusi apalagi yang berbau politis. Mungkin hanya satu dua orang saja yang suka, salah satu caranya adalah kita harus pandai berdiskusi dan berpikir dengan apa yang menjadi dunia mereka” ujarnya.

Dr. Zakaria S Soeteja, M.Sn.sepakat, bahwa antara BEM REMA UPI dan pihak kampus harus sinergis dalam meningkatkan kapabilitas Universitas Pendidikan Indonesia. Ia pun sangat terbuka kepada mahasiswa, jika terdapat mahasiswa yang ingin berkonsultasi, berdiskusi maupun menceritakan curahannya. Waktu luangnya di sore hari, bisa menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk menjalin silaturahmi dengannya.

20160316_105611

Dekan FPIPS: Apresiasi Langkah Silaturahmi dan Gerakan Pena UPI

Dekan FPIPS, Prof. Dr. Karim Suryadi, S.Pd., M.Si. mengapresiasi langkah yang dilakukan Guntur yang akan mengawali kepengurusannya dengan melakukan silaturahmi bersama dengan para dekan.

“Langkah yang dilakukan sudah baik. Semua itu membutuhkan komunikasi. Semua masalah bisa diselesaikan dengan bersilaturahmi.” Hal tersebut dikatakan oleh Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si di kantornya, di Gedung Nu’man Somantri (FPIPS) lantai 1 pada Rabu (16/3) lalu.

Guntur selaku presiden mahasiswa juga meminta arahan dari Dekan FPIPS itu agar dapat menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Menanggapi hal itu Prof. Karim Suryadi memandang bahwa Positioning BEM baik BEM universitas hingga BEM jurusan seperti dianggap oposisi oleh pihak rektorat. Ia pun menyatakan tidak sepakat dengan hal tersebut

“Saya melihat positioning BEM baik universitas maupun BEM di jurusan seperti oposisi dengan rektorat. Padahal tidak seperti itu, justru mahasiswa dan rektorat harus seiring.” ujarnya.

Ia juga menekankan, bahwa masalah besar negara kita adalah kesenjangan antara etika politik dan teknik politik. Bangsa Indonesia sudah menjadi bangsa yang hebat dari segi teknik, namun tercecer dari politik sebagai etik. Maka dari itu, ia menginginkan BEM dapat memberikan contoh bagaimana teknik dan etik dalam politik tersebut bisa sepadan.

Prof. Dr. Karim Suryadi sangat megapresiasi kepada para mahasiswa yang aktif dalam bidang sosial di luar perkuliahan. Pihaknya berencana membuat FPIPS Award pada tahun ini. Tidak hanya bagi mahasiswa yang IPK-nya tinggi namun lebih kepada mahasiswa yang memiliki kecerdasan sosial. Ia juga merasa miris, melihat fenomena mahasiswa (UPI), yang saat ini minim sekali minat kepenulisannya. Padahal Karim Suryadi sendiri memulai prestasinya dengan menulis. Oleh karenanya ia mengapresiasi Gerakan Pena UPI yang tahun ini akan menjadi salah satu program unggulan BEM REMA UPI.

20160318_091303

Dekan FPMIPA: BEM Harus Ikut Serta Meningkatkan Kompetensi UPI

Statuta Universitas Pendidikan Indonesia sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) tidak hanya berlaku bagi pihak rektorat, dekanat maupun pegawai lainnya. Namun menjadi bagian dari tugas mahasiswa juga. Hal tersebut diungkapkan oleh Siti Fatimah, M.Si.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA).

Menurutnya, keterlibatan mahasiswa di dalam organisasi menjadi salah satu bahan dalam penilaian akreditasi. Oleh karenanya kegiatan organisasi mahasiswa harus mendukung kegiatan-kegiatan penalaran dan kegiatan ilmiah yang tercantum dalam tridharma perguruan tinggi. Dan hal tersebut akan lebih baik jika di implementasikan dalam program kerja BEM REMA UPI.

“Silahkan sekian persen program kerja menjadi inisiatif BEM, namun sekian persennya arahkan pada kegiatan yang mendukung pada penalaran. Toh pada akhirnya ini menjadi keuntungan juga bagi mahasiswa”, ungkapnya.

Ia mengaku, penekanan tersebut tidak hanya ia lakukan pada BEM REMA, tetapi juga kepada seluruh mahasiswa yang aktif di himpunan departemen di FPMIPA. Terlebih pada tahun 2017, UPI akan menghadapi akreditasi. Ia juga menjelaskan, bahwa pelaporan dalam proses penilaian tersebut bukan hanya menjadi tugas pimpinan universitas, tetapi mahasiswa juga memiliki peran di dalamnya.

“Tugas ini bukan hanya untuk pimpinan universitas, karena bukan hanya kegiatan akademiknya yang harus dilaporkan. Tapi program ekstrakurikuler atau kegiatan di luar perkuliahan juga harus ada laporannya. Dan program yang menjadi penilaian adalah program yang berbasis kecendekiawanan.” tegasnya.

Ia menyarankan, agar BEM REMA bekerjsama dengan BEM di departemen melakukan suatu usaha bersama dengan melakukan pendataan terkait prestasi yang sudah dicapai. Ia juga berharap, BEM REMA UPI yang dipimpin oleh Guntur, beserta seluruh mahasiswa UPI dapat sinergis membantu mewujudkan UPI yang lebih kompeten.

Setelah ini, pihak BEM REMA masih akan melakukan silaturahmi kepada para dekan lainnya untuk meminta bimbingan dan arahan untuk bersama-sama mewujudkan UPI yang lebih baik. Ia mengaku, pihaknya tidak ingin ada komunikasi yang renggang antara mahasiswa dan pimpinan kampus. (RAH)