Menyongsong Indonesia Emas, Mahasiswa Dicetak Berlandaskan Pilar-Pilar Kebangsaan

Bandung, UPI

Sebanyak 8.916 mahasiswa baru tahun akademik 2018/2019 mengikuti pembukaan Upacara Masa Orientasi Kampus dan Kuliah Umum (MOKAKU) Tahun 2018, Selasa (28/8/2018) di Gedung Gymnasium Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Selain di Kampus Bumi Siliwangi, penyelenggaraan MOKAKU serentak digelar di lima Kampus Daerah (Cibiru, Tasikmalaya, Sumedang, Purwakarta, dan Serang).

Pada agenda hari pertama MOKAKU UPI  di Gymnasium Universitas pendidikan Indonesia yang mengangkat tema “Mempersiapkan Generasi Emas Pada Era Revolusi Industri 4.0” ini diisi dengan kuliah umum yang menghadirkan Deputi Menteri Sekretaris Negara Bidang Kelembagaan dan Kemasyarakatan, Prof. Dr. Dadan Wildan, M.Hum.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Dadan Wildan, M.Hum menjelaskan bagaimana 73 tahun Indonesia telah merdeka dan dalam 24 tahun awal kemerdekaan bagaimana proses negeri ini membangun diri sebagai negara mandiri. Indonesia telah melewati berbagai krisis sejak perjuangan meraih kemerdekaan hingga saat ini dikatakan merdeka.

“Bahkan bila dilihat dari sejarah, Indonesia pada awalnya diramalkan tidak bisa membangun demokrasi, tapi nyatanya kini Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar ke-3 setelah Amerika dan China”, terang beliau.

Contoh lain, pada tahun 1998 terjadi era krisis moneter dan kembali terulang pada tahun 2008 tapi nyatanya Indonesia mampu melewati era krisis ekonomi tersebut.

Dijelaskan Prof. Dr. Dadan Wildan, M.Hum bahwa kendala dan masalah yang dihadapi negara selalu ada dan tidak bisa dikatakan selesai, karena usaha dalam mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia tidak bisa dikatakan berhenti, itulah mengapa permasalahan akan terus ada beriringan dengan negara Indonesia yang terus berkembang. Begitupun pada abad 21, perubahan teknologi yang kian berkembang pesat juga merubah transformasi kehidupan sehari-hari dan bagaimana kini hampir semua bidang telah terkoneksi dengan internet.

“Maka kita pun harus terus menyesuaikan cara kerja atau hal hal sistematis lainnya dengan zaman yang dinamis dan selalu berubah”, tambahnya.

Berdasarkan kenyataan tersebut, itulah mengapa Indonesia kini dikatakan berada di era revolusi industri 4.0, dimana tuntutan inovasi-inovasi baru harus ada untuk menyelesaikan permasalahan yang ada  yang lahir dari berkembangnya teknologi juga penyebaran informasi yang sangat cepat. Guna mengahadapi dan menyelsaikan permasalahan yang kini timbul semakin beragam dan menuntut pemecahan masalah yang lebih efektif.

Maka dari itu, beliau memaparkan bagaimana generasi hari ini harus sudah dipersiapkan untuk ikut berkontribusi dan menjadi salah satu agen pemecah masalah dan pembentuk solusi juga mengembangkan dan menguatkan bangsa.

“Dalam era revolusi industri, juga nanti menjelang 2045 ‘Indonesia emas’ generasi hari inilah yang akan duduk dan memegang kuasa nanti menjadi pemegang bangsa, maka kalian harus mengerti dan siap bagaimana menghadapinya dengan berlandaskan pilar-pilar kebangsaan”, tegasnya.

Dikatakan Dadan Wildan, cara menyelesaikan masalah modern yang terus berkembang namun juga bagaimana tetap berpacu pada ideologi bangsa, pancasila. Dan tetap menjaga memelihara kebhinekaan Indonesia tetap dalam harmoni yang satu padu.

Beliau memaparkan nilai-nilai dalam Pancasila dikembangkan dalam pengaplikasiannya untuk menghadapai masalah di era revolusi industri 4.0 diantaranya, Ketuhanan yang maha esa: Religius dan Toleran, Kemanusiaan yang Adil dan beradab: Humanis dan pluraris (kemanusiaan Universal), Persatuan Indonesia: Nasionalis dan indonesialis (Persatuan dalam Kebinekaan), Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan perwakilan: demokratis, dan Keadilan sosial : sosialis patriotis (keadilan sosial).

“Sebagai bagian akhir, negeri kita telah menjadi pelabuhan peradaban, bahkan dalam mata dunia, Indonesia mampu menjadi contoh dalam menjaga keharmonisan dan keberagaman sebagaimana pegangan Bhineka Tunggal Ika, mari kita jaga ke-Bhinekaan tunggal ika untuk berkontribusi pada dunia”, tutup Deputi Sekretaris Negara Bidang Kelembagaan dan Kemasyarakatan. (teks : Fildzah Caraka Muda/foto : DN)