Menyongsong MEA, Guru Harus Punya Standar Kualifikasi

IMG_1846Bandung, UPI

Saat ini kita sedang menghadapi situasi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), tujuannya dibentuk MEA tersebut untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN. Dengan adanya MEA tentu akan menimbulkan dampak ke berbagai bidang, seperti halnya di bidang pendidikan.

“Dari bidang pendidikan khususnya pendidikan guru harus bisa dibangun sebuah sistem pendidikan yang terstandar. Hal ini perlu dilakukan karena kedepannya terdapat program bagi guru yaitu pertukan antar guru di wilayah ASEAN, sehingga guru bisa bekerja atau belajar secara bebas di negara manapun. begitu juga mahasiswa bisa bebas belajar di negara manapun di wilayah ASEAN sehingga kita bisa siap menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN tersebut,” demikian diungkapkan Prof. Ace Suryadi, M.Sc., Ph.D disaat kegiatan International Conference on Teacher Education, Rabu, 29 Juli 2015 di Gedung Ahmad Sanusi kampus UPI, Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Menurutnya, ada dua hal yang paling penting dalam pertemuan kali ini guna menyongsong MEA, diantaranya, pertama adalah menyusun kerangka kualifikasi guru ASEAN. artinya guru yang ada di Indonesia kualitasnya tidak jauh berbeda dengan negara lain, oleh karena itu kita harus banyak belajar dari negara yang sudah maju dalah hal pendidikan sehingga kerangka kualifikasi guru bisa kita pelajari, sehingga kerangka kualifikasi guru di wilayah ASEAN akan relatif sama.

IMG_1914

Kedua kita juga mengembangkan standar yang sama, baik itu standar kualifikasi maupun standar kompetensi guru. dalam pertemuan ini kedua hal itu akan dibuat sebuah konsep yang sama, minimal punya standar yang sama yang berlaku di wilayah ASEAN sehingga dengan adanya standar tersebut guru yang ada di Indonesia tidak jauh kualitasnya dari negara lain, ungkap Prof. Ace

Dijelaskan pula, menjadi pembahasan yang penting juga mengenai bahasa ASEAN, saat ini kita sedang merancang agar bahasa Indonesia menjadi bahasa ASEAN supaya diterapkan dalam pendidikan guru sehingga guru dari negara lain bisa mengajar di negara kita.

Permasalahan lainnya ialah akreditasi guru, Saat ini akreditas yang ada terlalu luas, oleh karena itu akan mengembangkan model akreditasi khusus untuk pendidikan guru supaya antara pendidikan guru dengan guru yang lain bisa satu ukuran. Hal ini yang akan dikembangkan di Indonesia dan kita pun akan meminta negara lain untuk merancang dan mengembangkan model akreditasi tersebut.

“Bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan mempunyai masalah yang berbeda dengan negara lain, tetapi kita juga tidak mau guru kita jauh ketinggalan dari negara lain. Oleh karena itu, kita kembangkan akreditasi khusus mengenai pendidikan guru,” tegasnya.

IMG_1885

Lebih lanjut, bahwa tujuan dari konferensi internasional yang mengangkat tema “Towards Developing Standard of ASEAN Teacher Education” ini adalah untuk merumuskan beberapa pemikiran dasar tentang pendidikan guru berdasarkan analisis hasil penelitian dan pengalaman yang relevan di negara-negara ASEAN.

Prof. Ace Suryadi, M.Sc., Ph.D selaku ketua panitia Third Meeting of Presidents AsTEN mengatakan acara ini akan diawali dengan pertemuan antar pimpinan anggota AsTEN yang melibatkan 10 nengara diantaranya Brunei Darussalam, kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Thailand. (Deny)