Mini Konser Mahasiswa Musik FPSD: Ruang Ekspresi dan Inovasi Musik Baru

Bandung, UPI

Prodi Pendidikan Seni Musik dan Prodi Musik, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain Universitas Pendidikan Indonesia (FPSD UPI) menyelenggarakan presentation concert yang diadakan di gedung baru FPSD UPI, Kamis (27/02/2025). Pada acara ini, penampilan karya dibagi menjadi dua lokasi penyajian, pertama di lobby gedung dan yang kedua di ruang auditorium. Karya yang dibawakan adalah karya musik baru yang belum ada sebelumnya dan karya yang ada namun dirubah secara interpretasi dan permainan. Acara ini berlangsung pada malam hari pukul 19.00 – 22.00 WIB. Tujuan konser ini diadakan sebagai bentuk presentasi hasil karya dari masing-masing komposer yang telah mengikuti masterclass bersama dua komposer ternama dan praktisi musik kontemporer yang telah mendunia yaitu Roderik De Man dan Piet Hein dari Belanda. Acara ini cukup mengundang perhatian apresiator khususnya mahasiswa FPSD dan bahkan mahasiswa luar pun turut menyaksikan dalam mini konser.

Yang menjadi komposer dan talent pada mini konser ini tiada lain adalah mahasiwa Prodi Pendidikan Seni Musik dan Prodi Musik yang telah diberikan kebebasan ekspresi dalam mengolah karya baru maupun karya yang telah diberikan. Pada mini konser ini terdapat beberapa penampilan karya yang disajikan. Di lobby gedung menyajikan 2 kelompok string quartet, dan 5 penampilan piano duet. Karya yang dibawakan sangatlah mewah, dengan aransemen yang tidak rumit, namun suasana yang dirasakan amatlah terasa, disebabkan oleh penjiwaan setiap pemain dan permainan dinamika serta kebersamaan para talent dalam memainkan dan mengolah karya tersebut, sehingga menghasilkan karya yang dibawakan terkesan sangat rumit dan memiliki katakteristik tersendiri.

Beralih pada penampilan karya di ruang auditorium gedung FPSD. Disajikan 4 karya yang berbeda setiap karakter maupun alat yang digunakan, dan semua karya musik yang dibawakan disini hasil dari penemuan dan pengembangan dari masing-masing komposer. Karya yang pertama adalah permainan eksplorasi tarompet sunda, kedua adalah permainan vibraphone, dan ketiga adalah eksplorasi saxophone dengan menggunakan DAW atau alat rekam, terakhir sajian musik kontemporer tradisi yang mengandalkan penclon bonang yang ditabuh secara bersamaan.

Salah satu karya yang menarik perhatian yaitu Baluweng karya Rifki Arfian mahasiswa Pendidikan seni musik. Pada karyanya Rifki menggunakan 4 nada penclon yang berbeda, masing masing memainkan 2 penclon dengan nada tinggi dan rendah nya, nada rendah dimainkan secara biasa dan nada tinggi diletakkan secara terbalik guna menghasilkan nada yang lain pada bunyi yang dihasilkan, tentunya cara menabuhnya berbeda yaitu menggunkan kayu dari penabuhnya agar menghasilkan suara yang lebih nyaring. Hasil wawancara penulis terhadap komposer pada karya ini adalah, ia sengaja menggunakan waditra bonang yang hanya diambil penclonnya saja untuk dijadikan suatu karya musik kontemporer sebagai pembuktian bahwasanya alat musik minimalis bisa menghasilkan karya yang sangat bisa di apresiasi oleh penikmat musik dan menjadi hal baru terhadap orang yang baru mengetahui musik. Karya ini memainkan pola yang sama pada tiap pemainnya dan hanya berbeda ketika tiba waktu masing masing pemain bermain sendiri atau solo. Kata Rifki karya ini sangatlah minimalis yang hanya menggunakan penclon serta pengunaan pola tabuh yang sama, namun Rifki mampu membuat musik sederhana ini begitu indah dan dapat diterima oleh pendengar, serta dorongan masing masing pemain yang terlihat sangat nyaman dan sangat menguasai sajian memberikan tampilan yang sangat menari nari mengikuti suara yang dihasilkan. suara yang dihasilkan seolah menjadi bersahut sahutan dan saling mengisi satu sama lain itu yang sangat diperhatikan dan perlu fokus yang lebih terhadap masing masing bagian pemain, serta ditambah dinamika yang diolah dari keras ke lembut maupun sebaliknya itu sukses jadi bumbu pada sajian karya ini. Karya ini mampu membuat apresiator seakan terhipnotis sehingga apresiator sangat memperhatikan pada permainan karya ini, apresiator sangat takjub pada karya ini dan sangat terpukau tersirat pada selesai karya ini ditampilkan.

Mini concert ini suatu wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan kreatifitas nya dalam mengolah musik, dan menjadi suatu pengalaman yang berharga bagi talent dan komposer karya ini sangatlah minimalis yang hanya menggunakan penclon serta pengunaan pola tabuh yang sama, namun Rifki mampu membuat musik sederhana ini begitu indah dan dapat diterima oleh pendengar, serta dorongan masing masing pemain yang terlihat sangat nyaman dan sangat menguasai sajian memberikan tampilan yang sangat menari nari mengikuti suara yang dihasilkan. suara yang dihasilkan seolah menjadi bersahut sahutan dan saling mengisi satu sama lain itu yang sangat diperhatikan dan perlu fokus yang lebih terhadap masing masing bagian pemain, serta ditambah dinamika yang diolah dari keras ke lembut maupun sebaliknya itu sukses jadi bumbu pada sajian karya ini. Karya ini mampu membuat apresiator seakan terhipnotis sehingga apresiator sangat memperhatikan pada permainan karya ini, apresiator sangat takjub pada karya ini dan sangat terpukau tersirat pada selesai karya ini ditampilkan.

Mini concert ini suatu wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan kreatifitas nya dalam mengolah musik, dan menjadi suatu pengalaman yang berharga bagi talent dan komposer. (Diynan Prayuga Sutisna, mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Musik Angkatan 2023)