Paguron di Ujungkulon

“Sakola milarian murid”. Sekolah mencari murid. Ungkapan ini dikatakan Yudi Ahyudi, S.Pd., Kepala
SDN Tangkilsari 1 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Kondisi ini hampir merata di wilayah pedesaan Pandeglang. Proses belajar mengajar di sekolah masih banyak kendala. Hal ini antara lain karena pengaruh orang tua yang tak sepenuhnya mendorong putra putrinya untuk sekolah. Bila di daerah perkotaan, masyarakat kota sibuk mencari sekolah terbaik untuk putra putrinya, lain halnya di pedesaan Pandeglang, pihak sekolah “mencari” murid, agar mereka bisa terus belajar di sekolah.

Hal di atas tak menyurutkan komitmen dan tekad para guru dan Kepala SD Tangkilsaru Pandeglang untuk melakukan pembimbingan kepada murid muridnya agar terus menimba ilmu. Demikian ditambahkan Yudi Ahyudi, S.Pd. dalam pesan Whatapp yang dikirim. Di sekolahnya, pembelajaran masih menggunakan Kurikulum 2013, dengan muatan lokal fokus pada pembelajaran Bahasa dan Budaya Sunda, Belajar Al Quran, bahasa Inggris dan Kearifan lokal.

SDN Tangkilsari 1 merupakan sekolah yang tak jauh daerah wilayah Taman Nasional Ujung Kulon di Kabupaten Pandeglang. Empat bidang ini menjadi fokus sekolah karena wilayah Cimanggis menjadi wilayah transisi antara kondisi masyarakat tradisional yang masih kuat tradisi lokal dan kearifan lokal dengan perkembangan masyarakat modern karena imbas gelora pariwisata dan kemajuan teknologi dalam berbagai sektor kehidupan.

SD Tangkilsari 1 memiliki 91 siswa dengan jumlah guru ASN 3 orang, guru P3K 3 orang, dan 2 orang Guru Sukwan dengan imbalan gaji perbulan Rp 300.00 (tiga ratus ribu rupiah). Bahasa dan budaya Sunda menjadi perhatian kami, agar murid setempat masih terus memelihara tatatali karoehoen dan kearifan lokal budaya Sunda yang mulai tergerus modernisasi.

Pelajaran Al Qur’an menjadi perhatian utama sekolah karena umumnya masyarakat setempat beragama Islam dengan tradisi Muslim yang taat beribadah. Iqra wa Rab bukal akram Al lazii ‘alama bil qalam Al lamal insaana ma lam ya lam. Bacalah dan Tuhanmu yang maha mulya, yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Sedangkan kemampuan bahasa Inggris juga mulai diperkenalkan agar siswa kami bisa giat belajar dab lebih membuka diri dengan tatanan budaya global.

Geliat pariwisata terutama pariwisata laut (ocean tourism) di Ujung Kulon sangat terasa dengan potensi alam pesisir yang indah, ombak laut kidul (laut selatan) yang bergelora memikat wisatawan untuk datang.
Wilayah Ujung Kulon sebagai Taman wisata Nasional menjadi daya tarik tersendiri dengan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa.

Pesona Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon memiliki pesona luar biasa. Wilayah di ujung paling barat Pulau Jawa ini memiliki karakter alam yang memukau. Menurut sejarah, kawasan Ujung Kulon pertama ditemukan oleh seorang ahli Botani kebangsaan Jerman F. W. Junghun. Indonesiatravel (2021) menulis bahwa Ujung Kulon region was firstly introduced by A Germany Botany expert F. W.Junghun, when he was collecting tropical plants to Ujung Kulon region in 1846. Setelah itu, keberadaan kawasan Ujung Kulon semakin dikenal oleh para ilmuwan dunia. Walau telah terjadi bencana Tsunami yang sangat dahsyat ketika gunung Krakatau meletus pada tahun 1883, ekosistem dan kehidupan flora dan fauna, termasuk kehidupan hewan liar langka cepat pulih kembali.

Kekayaan flora dan fauna di Ujung Kulon yang spektakuler ini, akhirnya ditetapkan Komisi Warisan Dunia UNESCO sebagai Natural World Heritage Site pada tahun 1992. Pesona alam Ujung Kulon sangat memanjakan mata. Pesisir pantai dan bukit hijau memukau sangat spekakuler untuk dinikmati para pengunjungnya. Destinasi unggulan Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon antara lain fenomena unik pulau Peucang. Pulau berpantai pasir putih, dengan hiasan deburan ombak hamparan Lautan Indonesia yang luas sangat menggoda pengunjung. Bagi yang hobi olahraga menyelam Snorkling & diving, para penyelam bisa menikmati ragam satwa laut yang beraneka ragam. Di kawasan tersebut, pengunjung masih bisa disuguhi kehidupan satwa liar yang masih bebas berkeliaran seperti rusa, banteng, peucang, juga monyet berekor panjang.

Di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang luasnya mencapai hampir 123.000 hektare, pengunjung juga dapat menikmati Padang Rumput Cidaun tempat berkumpulnya satwa langka banteng, burung merak, dan ayam hutan atau cangehgar. Konon, walaupun sangat jarang, satwa langka Badak jawa (Rhinoceros Sondaicus) sesekali menampakan diri di semak belukar Ujung Kulon.

Misteri Badak Jawa
Badak Jawa atau badak bercula satu merupakan hewan endemik yang sangat langka. IUCN (2018) melaporkan bahwa satwa langka ini diklasifikasikan sebagai satwa yang sangat terancam punah (critically endangered). Saat ini, diprediksi hanya bersisa sekitar 35-44 ekor saja. An estimated 35-44 rhinos remain in Ujung Kulon region. Panjang tubuh badak Jawa antara 3,1 – 3,5 meter dengan tinggi mencapai 1,4 – 1,7 meter. Sedangkan berat badannya rata rata antara 900 kg sd 2.300 kg.

Prilaku hewan langka badak jawa ini sangat unik. Satwa langka ini tergolong sebagai satwa yang soliter dan pemalu. Binatang yang senang menyendiri dalam kesunyian. Satwa ini dikategorikan tak punya musuh predator binatang lain, kecuali manusia. Hewan soliter ini terbiasa menikmati kesendirian. Ia biasa berdiri di kubangan selama 4 -6 jam berdiri atau rebahan seharian untuk mandi dan berjemur dalam kubangan lumpur. Kadang satwa ini tertidur pulas dalam kubangan pekat.

Badak merupakan hewan soliter yang pantrang mengobral cinta pada lawan jenisnya. Prilaku unik Badak jawa adalah ketika seekor badak betina jawa kesengrem untuk memadu kasih dengan badak jantan. Cara menarik perhatian untuk bercumbu, sang badak betina yang dimabuk asmara ini mengawali “godaannya” dengan suara nyaring mendengus. Keduanya seperti saling ancam adu kekuatan dengan head to head dan face to face seperti ingin saling menanduk. Itulah cara badak bercumbu. Kemudian badak betina seolah menyapa nakal dengan ungkapan lembut, ojo lungo aku jek tresno. Jangan pergi aku masih cinta padamu. Demikian kalau dua sejoli badak jatuh cinta.

Laporan Hoogerwert (1937) menyebutkan bahwa most of javan rhinos are solitary creature, except during mating season and child rearing. Kendati badak kategori binatang soliter, pemalu dan tak mengobral birahi, pada periode tertentu mereka siap untuk bercumbu. Mereka juga mendambakan bercinta. Tanda tanda birahi ini, bila pasangan badak selalu berdua. Pasangan ini juga berkomitmen untuk sama sama menjaga anaknya dengan baik, sebagai buah cinta mereka. Periode musim bercumbu dan musim kawin badak biasanya pada bulan Agustus di musim panas. Di saat itulah badak yang soliter dan pemalu, diam diam memadu kasih.

Itulah tulisan ringan satwa dan fauna dan Paguron di Ujung Kulon. Suasana persekolahan dan pendidikan masyarakat di kawasan Ujung Kulon dengan kekayaan flora dan fauna yang telah menjadi ikon dunia.
Mari kita jaga Badak bercula satu sebagai harta kekayaan dunia satwa masa purba yang masih tersisa. Seraya juga membina Paguron di Ujung Kulon bagi kelangsungan pendidikan generasi muda di sana (Dinn Wahyudin)