Pariwisata di Asia Harus Unik, Inovatif, dan Berkarakter

DewiLaporan DEWI TURGARINI dari Kora Selatan

DUNIA saat ini menghadapi trend yang mendunia dengan adanya perkembangan teknologi dan juga gaya hidup. Hal ini yang membuat mahasiswa, kaum akademisi, dan juga industri bergabung bersama dalam “Event Riset Dunia Hospitaliti dan Pariwisata (World Hospitality Tourism Event Research (WHTER)) dan Konvensi Eksebisi Summit International (International Convention Exhibit Summit (ICESS)). Kegiatan di Hotel Sejong Myeong Dong Korea Selatan ini dilaksanakan atas kerjasama Organisasi Pariwisata Korea, Pemerintah Metropolitan Seoul, Universitas Politeknik Hongkong, Universitas Siam, Universitas Sejong, Universitas Purdue.

3Profesor Aejoo Lee dari Universitas Sejong selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa tema konferensi pada tahun ini adalah “Era Paradigma Baru dan Peran Pariwisata”, yang menampilkan 129 makalah dari sembilan (9) negara. Tema tersebut di atas menyediakan peluang bagi para stakeholder untuk memperbaharui hasil risetnya di event tingkat dunia.

Para pemateri yang hadir dari Universitas Pendidikan Indonesia pertama adalah Fitri Rahmafitria dengan judul makalah “Analisis Intensitas Wisatawan di Pegunungan berbasiskan Destinasi Wisata dan Pentingnya untuk Pembangunan Model Manajemen Pengunjung : Studi Kasus Kluster Gunung Patuha di Wilayah Bandung.” Kedua adalah Dewi Turgarini dengan judul makalah “Inventori Restoran Lokal dan Mancanegara Sebagai Data Base Pariwisata Makanan di Kota Bandung”. Ketiga Agus Sudono dengan judul makalah “Strategi Pengembangan Makanan Tradisional di Jawa Barat Sebagai Atraksi Pariwisata Berbasis Persepsi Konsumen :Studi Kasus Konsumen Colenak dan Serabi di Kota Bandung“. Keempat Woro Priatini dengan judul makalah “Studi Pengalaman Makanan Gastronomi Jawa Barat “. Terakhir adalah Reiza Miftah dengan judul makalah “Desain dan Implementasi Taman Koral Berbasis Eko Wisata Untuk Promosi PendapatanKomunitas – Studi Kasus : Pulau Tidung, Kepulauan Seribu Indonesia “.

Profesor Kaye Chon Dekan Sekolah Manajemen Hotel dan Pariwisata Universitas Politeknik Hongkong selaku pendiri WHTER & ICES menyatakan, “sudah saatnya para peneliti menciptakan strategi baru dalam menciptakan ceruk pasar Asia, memiliki karakteristik yang kuat dimana service menjadi modalnya. Hal ini pun patut didukung dengan cara berfikir yang inovatif, dan adanya riset dapat mengarahkan industri, kebijakan pemerintah, dan juga masyarakat untuk meningkatkan indeks kualitas pelayanan. Saat ini adalah era paradigma baru bagi Asia. Peneliti ada untuk masa depan, yang mampu menerjemahkan mimpi ke dalam tahapan implementatif.”2

Menarik pula ungkapan para keynote speaker yaitu Profesor Daniel R Fesenmaier dari Universitas Florida bahwa dalam perencanaan pariwisata ada komponen yang patut dipahami yaitu pemahaman akan dunia lebih baik, pemahaman adanya perubahan teknologi, pemahaman akan sistem berfikir, pemahaman akan orientasi desain. pahami design orientasi.
Tentunya perlu pula fokus pada komponen pengalaman yang akan mengimplementasikan pengetahuan dan sensasi dalam menciptakan koneksi emosi, yang didukung secara sosial dan juga secara teknologi. Para peneliti penting bagi industri, karena pada dasarnya industri dibentuk oleh semua data yang disediakan secara ilmiah. Maka sudah saatnya para peneliti di industri pariwisata menciptakan dunia yang berkualitas untuk menguntegrasikan data dengan adanya sensori dan teknologi komputer dengan sistem, organisme yang dinamik dan adaptif. Secara logis desain pariwisata saat ini adalah merupakan sistem berfikir dengan cara melihat para peneliti bekerja dengan melihat orang merespon dan menghasilkan suatu artifact. Implikasinya melalui desain pariwisata secara ilmiah di tempat eksperimental dengan cara yang pintar. Fokusnya pada pengalaman perilaku manusia berbasis ilmiah dengan menggunakan alat matrik berorientasi pada sistem berskala pengaturan kecil hingga besar sehingga aksinya konsentrasi pada orientasi adalah perubahan paradigma saat ini. Selanjutnya Profesor Soo Cheong Jang dari Universitas Purdue pun menyampaikan bahwa peran peneliti dalam pariwisata saat ini adalah memberikan solusi terhadap permasalahn yang ada dengan menggunakan studi interdisipliner.

Para pemateri dari sembilan negara mempresentasikan makalah juga menyajikan poster hasil penelitiannya dari 20 hingga 23 Mei 2015. Selama kegiatan para peserta menikmati hidangan khas negara korea seperti Bibimbab, Kimchi dan juga Bulgogi serta hidangan internasional dari belahan dunia yang menggugah selera. Selain itu tampilan para mahasiswa dengan tarian Buchaecheum (tari kipas), dan Jangguchum (tari alat musik genderang) membuat kegiatan konferensi ini semakin menarik.

Kegiatan selanjutnya adalah kunjungan ke Museum Inovesi Samsung. Kegiatan ini membuat para peserta dapat melihat bahwa elektronik memang esensial dalam bagian kehidupan sehari-hari di masyarakat modern. Bahkan saat ini ada kecenderungan bahwa industri listrik dan elektronik menjadi tulang punggung kehidupan kita. Melalui kunjungan ke museum itu, kita dapat mempelajari bagaimana sejarah dan inovasi dalam industri elektronik menciptakan masa depan yang lebih baik. Di museum ini industri restoran pun semakin maju dengan adanya program penyajian menu yang lebih atraktif dan multi dimensi bagi para pengunjungnya, tidak hanya berupa lembaran menu yang umumnya terdapat di industri kuliner saat ini.1

Melalui kegiatan terakhir tersebut penulis melihat bahwa cara berfikir inovatif benar-benar telah mendarah daging dalam budaya bangsa ini dan mereka berupaya menjadikan negara yang siap menjadi destinasi pariwisata unggulan di kawasan Asia. Hal ini dapat dilihat dari penataan kawasan wisata yang benar-benar mudah diakses, nyaman dan atraktif. Tentunya ini menjadi proses pembelajaran penting saat berkunjung ke negara ini.