Pelatihan Pembuatan Aksesoris Perak dan Logam Mulia di Kabupaten Bandung

Bandung, UPI

Aksesoris merupakan bagian dari sub sektor fashion dalam industri kreatif di Indonesia. Cincin, gelang, kalung, anting, dan bros merupakan aksesoris yang sering dipakai untuk memperindah dan mempercantik atau mempergagah penampilan seseorang. Siapa sangka Kabupaten Bandung memiliki dua wilayah yang memproduksi kerajinan aksesoris perak dan logam mulia. Hal ini karena salah seorang anggota masyarakat yaitu penyedia penginapan disana, tidak mengetahui adanya para pengrajin di desa Andir dan desa Cukanggenteng, kecamatan Pasir Jambu ini.

Padahal hampir di setiap rumah warga di desa Andir dan desa Cukanggenteng ini terdapat satu sudut laboratorium kecil pembuatan aksesoris yang dilengkapi dengan meja kecil lengkap dengan pencahayaan dan laci-laci tempat menyimpan peralatan kecil dan alat gergaji logam dan batu permata. Pengrajin di dua desa tersebut memproduksi kerajinan perak dan logam mulia dengan sistem yang tradisional dan membuat produk berdasarkan pesanan. Para pengrajin tersebut disebut komunitas kamasan. Komunitas kamasan ini memiliki peran dalam pelestarian budaya, khususnya keterampilan dan pengetahuan kerajinan/kriya, yang berpeluang membangun ekosistem ekonomi kreatif.

Namun akibat pandemic covid-19 komunitas kamasan ini sangat terdampak, yaitu pesanan berkurang yang menyebabkan penghasilan pun berkurang. Proses alih keterampilan dan pengetahuan yang dilakukan di keluarga secara turun temurun terhenti karena banyak generasi muda berlalih ke pekerjaan lain, bahkan pergi merantau ke luar daerah. Nyaris komunitas kamasan ini hanya menyisakan beberapa orang yang betul-betul bertahan di kampung halamannya dan masih memproduksi aksesoris seperti cincin. Berdasarkan permasalahan ini, Program Studi (Prodi) Pendidikan Seni Sekolah Pasacasarjana Universitas Pendidikan Indonesia bekerjasama dengan Telkom University mengadakan pengabdian kepada masyarakat (PkM) dengan fokus kegiatan pelatihan widyaiswara kamasan di desa Cukanggenteng, kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung pada bulan Juli 2022. Tim pengabdian kepada masyarakat dipimpin oleh Dr. Rita Milyartini, M.Si dan Dr. Tri Karyono, M.Sn bersama mahasiswa S2 dan S3 serta mahasiswa S1 dari Telkom University.

Cicin Ladydie dan Cincin Laki Cianjuran merupakan dua produk yang banyak mendapat pesanan, karena dua produk tersebut khas dari para pengrajin aksesoris Pasirjambu. Para mahasiswa bersama sebagian generasi muda di Pasirjambu yang akan dipersiapkan menjadi Widyaiswara Kamasan belajar kepada pewaris kamasan yang masih aktif memproduksi aksesoris. Cara-cara yang dipelajari yaitu memotong bahan, menghaluskan bahan, membentuk produk, memasang batu mulia, dan melebur material. Langkah-langkah tersebut dikelompokan dalam rentang waktu yang berbeda-beda. Yang membedakan produk kamasan yang industrial dengan yang manual adalah adanya pengaturan emosi dan perasaan ketika membuat aksesoris tersebut. Tentu saja, proses belajar ini memerlukan waktu yang lama, sehingga pada saat pengabdian kepada masyarakat para calon widyaiswara kamasan tidak tuntas belajar dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, Tim PkM mendokumentasikan langkah-langkah belajar yang dialami pewaris kamasan dalam bentuk modul pelatihan. Generasi sekarang yang mempelajari kamasan ini tidak banyak yang lolos sebagai pengrajian yang menguasai semua keahlian. Ada beberapa yang hanya ahli dalam menghaluskan produk saja ataupun hanya bisa memasang batu saja.

Dosen bersama mahasiswa Prodi Pendidikan Seni UPI dan Telkom University berinisiatif untuk melanjutkan pengabdian ini untuk terus melakukan regenerasi pengrajin bersama Karangtaruna di desa Cukanggenteng, dan juga mengembangkan promosi dan penjualan melalui digital. Promosi aksesoris melalui media masa digital telah diakui oleh para pengrajin dapat meningkatkan pesanan produk aksesoris. Potensi lain di wilayah ini adalah pariwisata, karena daerah ini satu jalur jalan menuju destinasi wisata alam yang menarik di Ciwidey. Untuk masa depan, di jalur perjalanan menuju Ciwidey ini, komunitas kamasan diharapkan memiliki showroom sebagai persinggahan wisatawan untuk memesan dan membeli cincin dan aksesoris lainnya dari masyarakat Cukanggenteng, Pasirjambu, Kabupaten Bandung. (Juju Masunah, Ketua Prodi Pendidikan Seni Sekolah Pascasarjana UPI)