Peletakan Batu Pertama Padepokan Seni Muara Beres Lembang
|Kab. Bandung Barat, UPI
Tak lama lagi Kampung Pasir Ipis Lembang akan memiliki Padepokan Tari yang akan menjadi salah satu pusat pelatihan, pembelajaran, serta pertunjukan tari tradisi. Pembangunan Padepokan tersebut ditandai dengan dilaksanakannya upaca peletakan batu pertama yang dihadiri sejumlah akademisi, tokoh masyarakat, instansi pemerintah, dan semiman di lingkup Kota dan Kabupaten Bandung. Rabu, (13/1/20).
Padepokan yang dinamai “Muara Beres” tersebut diprakarsai oleh Tatang Taryana, M.Sn., seniman tari yang juga dosen Program Studi Pendidikan Tari FPSD UPI. Menurutnya, ‘Muara Beres’ dapat dimaknai sebagai ‘tempat menata’. Sesuai dengan ekspektasinya, diharapkan padepokan ini dapat menjadi wadah para bibit seniman untuk mengasah, menata, serta menyalurkan keterampilan dan bakat menari maupun potensi seni pertunjukkan lainnya melalui pembelajaran, pelatihan, serta pertunjukkan.
Rangkaian upaca dimulai dengan sambutan oleh Abah Nana Munajat yang memuat uraian pendirian padepokan, dilanjutkan dengan ritual Ruat/ Rekes Peletakan Batu pertama. Kemudian pelantunan kidung Rekes Galindeng Sangkuring oleh Tatang Taryana, lantunan sajak dan kecapi oleh Dedi Warsana, M.Sn. dan Samsul, dan pemutaran tembang sunda karya Tatang Taryana. Peresmian dan peletakan batu pertama diwakili oleh Dr. Zakaria S Soeteja, M.Sn. Agenda upacara yang dipandu oleh penyiar Radio Cakra, Ucan Susanti, ini diakhiri dengan ‘sawer’ makanan ringan kepada masyarakat sekitar yang turut menyaksikan upacara di site padepokan.
Sejumlah praktisi seni, akademisi, perwakilan instansi, serta tokoh masyarakat yang turut menghadiri upacara ini diantaranya Bapak Kawi, M.Sn. (Seniman Tari), Usup Suherman S.Sn, Ervan, S.Sn. (Kabid Kebudayaan Bandung Barat), Kiki Mulyakin, S.Sn. (Seniman), Yeyep (Ketua RW 06 Pasir Ipis), Abah Yanto (Pimpinan Padepokan Kalang Kamuning), Rizki Rojali, S.Sn, (Komposer Musik Jaipong), serta masyarakat setempat.
Meskipun bertempat di Kampung Pasir Ipis, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, tetapi padepokan ini terbuka secara umum untuk para praktisi seni dan akademisi yang ada dalam maupun di luar wilayah Bandung. Selain itu, padepokan ini tidak terbatas untuk seni pertunjukan saja, namun Tatang juga sangat terbuka terhadap potensi seni lainnya untuk dikembangkan melalui padepokan tersebut sejalan dengan pendiriannya sebagai tempat pelestarian seni tradisi, ruang alternatif untuk pembelajaran seni, juga sebagai bentuk dedikasi keilmuan Tatang terhadap seni. (Beni)