Peneliti LPPM UPI Prof Deni Darmawan, Kenalkan Miniatur Laboratorium Mobile Versi 2.0

Bandung, UPI

Istimewanya produk ICMLS versi 2.0 ini adalah sudah tercatat dalam Scopus, terdaftar hak patennya di LPPM UPI, pengoperasiannya memanfaatkan mobile phone controller melalui bluetooth settings control dan juga menggunakan card vin number sebagai open key, serta bisa digunakan oleh 350 siswa, versi sebelumnya harus antri.

Pernyataan tersebut diungkapkan Prof. Dr. Deni Darmawan, S.Pd., M.Si., MCE., usai mempresentasikan miniatur laboratorium yang mobile, sebuah produk inovatif di era industry 4.0, buah karya Peneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang diinisiasi Prof. Dr. Deni Darmawan, S.Pd., M.Si., MCE., dengan anggota Tata Risdian R, ST., M.Pd., dan D. Sudjana, BE., dalam Kegiatan The 4th International Conference on Education and Regional Development (ICERD) di Auditorium Fakultas Ilmu Pendidikan Lantai 10, kampus UPI jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Kamis (12/12/2019).

Menurut dosen di Program Studi Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, UPI ini bahwa revolusi industri itu harus dijawab dengan sesuatu yang nyata, yaitu pikiran nyata dan produk yang nyata, tidak hanya cerita.

“Hadir dalam kesempatan ini, sebuah prototype yang dibutuhkan para siswa SMK yaitu Intergrated Communication Mobile Laboratorium Simulator (ICMLS) versi 2.0. ICMLS merupakan miniatur laboratorium yang mobile. Versi 2.0 ini lebih user friendly, yang responsible dan penerapan Artificial Intelligence-nya lebih nyata dan mobilitasnya lebih ringan serta banyak menggunakan sensor digital,” ungkapnya.

Dalam kesempatan kali ini, lanjutnya, saya mewakili anggota tim research untuk memberikan sesuatu yang nyata dari industri revolusi.4.0. Seminar ini menghadirkan sebuah pengantar ke era 5.0 dan berbicara tentang indikator 5.0. Karena ini pendidikan keguruan, kita ingin membawa pada upaya-upaya inovasi para guru, khususnya guru SMK. Industri itu dekat dengan SMK, oleh karena itu dalam seminar ini ditampilkan hasil penelitian terkait pendidikan vokasional.

Produk ini sudah divalidasi oleh tim peneliti dari Tsuru University, Jepang dan Japan University of Economics Shibuya Campus oleh Prof. Y. Honda. Diharapkan, produk ini mendapatkan brand dari universitas tersebut pada April 2020 dan bisa di adopt oleh semua guru-guru dan dipelajari untuk bagaimana membuat kembali ICMLS dengan versi yang lebih modern sebagai jawaban dari sejumlah indikator dan tantangan revolusi industri 5.0.

“Jadi bisa dikatakan produk ini bisa dimanfaatkan siswa, maintenance yang lebih safety dan teknologi yang lebih canggih, menggabungkan hardware, numbering key card dan mobile phone controller. Jika ini didukung oleh pemerintah, maka produk ini adalah jawaban kebutuhan era 4.0,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UPI Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., menegaskan bahwa Revolusi Industry 4.0 menuntut kita untuk berpikir sangat kreatif, kita perlu mempunyai pikiran-pikiran yang fresh sesuai tantangan, tapi tentu saja itu akan menjadi kebijakan, tidak hanya pikiran. Apa yang menjadi pikiran itu, harus didukung dengan hasil riset. Ketika itu akan dijadikan dasar sebuah kebijakan tentu itu harus di backup dengan hasil riset, sebab pikiran berbeda satu dengan yang lain. Apapun pikirannya, harus diterjemahkan ke dalam bahasa dan berdasarkan hasil riset itulah kita bisa merumuskan kebijakan yang lebih appropriate.

“Dalam kurikulum sekarang yang digunakan, kita tentu mengakomodasi semaksimal mungkin tuntutan-tuntutan era industri 4.0. Kita tidak bisa lagi berpikir konvensional, tetapi kita harus berani, karena ini era-nya disrupsi, jadi harus berpikir lateral jangan terlalu linier, tapi yang penting adalah harus didukung dengan hasil riset,” ungkapnya.

Sementara itu di tempat terpisah, panitia penyelenggara kegiatan seminar internasional ini Prof. Dr. H. Dinn Wahyudin, MA., menjelaskan bahwa kegiatan konferensi internasional tentang pendidikan dan pengembangan wilayah kita ke-4, yang disebut The 4th International Conference on Education and Regional Development (ICERD), diselenggarakan setiap 2 tahun sekali. Hasil kerja sama antara Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana UPI, HIPKIN atau Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia, dan Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemendikbud RI serta Universiti Kebangsaan Malaysia.

Lebih lanjut dikatakan,”Urgensinya, sesuai dengan tema yaitu Re-Thinking of the Current Education and Disruptive Curriculum in the Era 5.0, kita harus berpikir dan menata kembali pendidikan saat ini terutama dalam kurikulum yang disruptif pada era 4.0, karena banyak sekali yang harus ditata dan dikaji kembali, ini juga sekaligus menjawab tantangan dari Mendikbud.”

Hadir 5 keynote speakers dan 133 penyaji dari berbagai bidang dan keahlian dalam kesempatan ini. Adapun 5 keynote speakers yang dimaksud adalah Assoc. Prof. Dr. Mohd. Mahzan Awang dari Universiti Kebangsaan Malaysia, Dr. Awaluddin Tjalla dari Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Prof. Dr. Deni Darmawan, M.Si., dari Universitas Pendidikan Indonesia, Assoc. Prof. Dr. Michael David Hall dari University of Nottingham, dan Professor Emeritus Tan Sri Dato Dzulkifli Abdul Razak, Rektor dari International Islamic University Malaysia.

“Seminar ini dedikasikan untuk para pengembang kurikulum, tetapi ini juga diperuntukan bagi para guru yang berperan sebagai implementer, sebagai pelaksana dan sebagai penyaji dalam belajar mengajar di kelas. Kita memang harus berubah dalam artian guru harus meng-update pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tantangan abad 21 ini. Mereka akan mendapatkan ilmu tentang 21st Century Learning in Disruptive Era; 21st Century Teaching and Learning in Era 5.0; 21st Century Competencies; Information Literacy, Media, and Digital in Era 5.0; Model of Character Education Curriculum in the Disruptive Era; Future Curriculum in Era 5.0; dan Society and Humaniora in Era 5.0,” pungkasnya. (dodiangga)