Pengajaran dan Penelitian Kolaboratif untuk Mendorong Prestasi Sekolah Laboratorium

Bandung, UPI

Sebanyak 290 orang peserta yang terdiri dari dosen, guru, dan tenaga administratif mengikuti Seminar dan Workshop Hasil-hasil Penelitian Kolaboratif Guru-Dosen yang memaparkan 20 penelitian hasil collaborative research antara dosen dan guru di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di Gedung Ahmad Sanusi Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Kamis (21/12/2017).

Menurut Ketua Pelaksana Dr. Asep Suryana, M.Pd.,”Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini diharapkan muncul budaya penelitian yang mengarah pada kemajuan lembaga untuk mendorong prestasi sekolah dan membangun supporting staff yang bermutu sehingga mendukung proses belajar mengajar. Targetnya, dari 20 collaborative research dapat meningkat sehingga bisa merata pada setiap sekolah laboratorium.”

Ada dua agenda besar dalam kegiatan ini, ujarnya, pertama adalah pemaparan hasil collaborative research, dan yang kedua adalah capacity building bagi tenaga administrasi sekolah laboratorium, tujuannya untuk mengangkat dan membangun tenaga administasi sekolah laboratorium menjadi lebih bermartabat. Kegiatan ini juga sebagai media untuk melakukan persiapan semester baru, diharapkan kepada guru-guru agar tertib administrasi dan selalu inovatif dalam proses pembelajaran.

Dalam kesempatan tersebut, Rektor UPI Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si., mengatakan,”Sekolah laboratorium merupakan ikon universitas, dan sejauh mana mutu universitas ditentukan oleh mutu sekolah laboratorium. Ini menjadi tanggung jawab bapak/ibu kepala sekolah, guru, serta tenaga administrasi. Jika sekolah tidak baik maka akan menjadi catatan penting bagi masyarakat luas. Sekolah laboratorium merupakan teaching school, namun yang masih menjadi permasalahan adalah seolah-olah sekolah laboratorium dan universitas terpisah. Sebenarnya sekolah laboratorium adalah laboratoriumnya universitas. Ini menjadi pekerjaan rumah, ke depan perlu ditata dengan baik sesuai aturan yang ada.”

Saya menyambut baik seminar ini, lanjutnya, dan harus diupayakan dilaksanakan secara rutin agar semua sekolah laboratorium memiliki kualitas yang sama. Kita juga sedang membangun mindset sense of belonging, artinya apa-apa yang ada di wilayahnya merupakan milik sendiri, jika terjadi sesuatu dapat ditangani dan kerjakan sendiri tidak harus menunggu pusat, karena maju mundurnya sekolah tergantung upaya kita.

“Kita berharap semua sekolah mutunya bagus, karena sebanyak 239 orang guru dan 2500 peserta didik adalah potensi yang luar biasa yang harus dimanfaatkan dan dikembangkan dengan baik. Standarisasi sekolah laboratorium di lingkungan UPI menjadi pekerjaan rumah universitas. Jika sudah memiliki standar, maka bukan hal yang tidak mungkin jika UPI mampu membuka sekolah baru dimana-mana denganstandar yang sama. Jika keterserapannya bagus maka inputnya akan bagus,” harapnya.

Ditegaskannya, mutu itu menjadi penting dan kegiatan ini merupakan media untuk meningkatkan mutu guru, bagaimana mengajar secara profesional itu menjadi penting. Guru belum dibiasakan untuk melakukan penelitian, jika sudah terbiasa sebagai peneliti maka akan memiliki pola berpikir yang panjang. Kesimpulannya, kolaborasi antara dosen dan guru menjadi sangat penting.

Diungkapkannya kembali bahwa sekolah laboratorium merupakan teaching school bagi UPI karena UPI merupakan LPTK, oleh karena itu keberadaannya menjadi sangat penting, dan itu menjadi salah satu syarat untuk menyelenggarakan PPG. Pihak universitas saat ini sedang melakukan pembenahan untuk standarisasi proses layanan, artinya layanan akademik di sekolah laboratorium yang satu mirip sama dengan sekolah laboratorium yang ada di seluruh kampus UPI, dan teaching material-nya kita siapkan bersama.

“Sekarang kita mendidik di era digital, oleh karena itu kita perkenalkan peserta didik kita pada hal-hal yang bertemakan teknologi, namun dengan derasnya arus informasi saat ini pengetahuan peserta didik jauh lebih banyak dari gurunya, dengan demikian proses pembelajaran harus berubah. Dalam proses pembelajaran kita harus cek, pengetahuan apa yang sudah dimiliki peserta didik, lakukan tes kecil untuk menentukan langkah selanjutnya,” ujarnya.

Kebutuhan untuk e-learning, padukan kegiatan proses belajar face to face dengan e-learning. Kita sebagai guru harus mengarahkan anak untuk mengkases pada hal yang bermanfaat. Perlu dikaji bagaimana pembelajaran menggunakan smartphone. Ini menjadi tantangan kita. Kita harus melakukan terobosan baru. Saya optimis sekolah laboratorium akan terus mengalami peningkatan.

Diingatkannya,”Sebetulnya knowledge peserta didik sudah bagus, sekarang bagaimana peran guru untuk meng-construct pada pikiran anak. Peran guru meng-construct pengetahuan anak yang sudah dimiliki. Peserta didik mencari model, dan bapak ibu guru adalah model, apapun tindakannya akan menjadi model, oleh karena itu harus harti-hati, kemudian kembangkan juga karakter guru yang dapat membangun karakter peserta didik.”

Sementara itu dalam kesempatan yang sama Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Sistem Informasi Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd., mengatakan,”UPI dan sekolah laboratorium merupakan satu kesatuan berdsarakan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2017 Tentang Standar Pendidikan Guru dan Peraturan MWA UPI bahwa setiap LPTK harus memiliki sekolah laboratorium. UPI sebagai LPTK sudah lama mempelopori hal ini, tujuannya yaitu collaborative teaching and research untuk meningkatkan kualitas guru dan dosen.”

Secara formal harus ada penanggung jawab bidang studi, ujarnya, dan dosen yang berkiprah di sekolah laboratorium nantinya dihitung sks-nya. Forum ini harus menjadi agenda rutin, dan Badan Pengelola Sekolah (BPS) harus memiliki jurnal, dan men-display hasil riset, bisa ditampilkan dalam bentuk apapun.

“Untuk quality assurance, sekolah laboratorium harus memiliki kesetaraan yang sama diantara sekolah melalui collaborative teaching and research, dan pembelajaran mulai mengarah pada pembelajaran yang berbasis digital atau e-learning,” ujarnya. (dodiangga)