Pesona Katumbiri di Hashimoto dan Sennan Jepang

oleh Ahmad Dahidi

“Berakit rakit ke hulu, berenang-renang ketepian, bersakit sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, peribahasa yang layak disematkan kepada Katumbiri FPBS UPI ketika melanglang ke negeri Sakura seminggu yang lalu, tepatnya dari tanggal 26 Maret s.d. 3 April 2017. Mengapa peribahasa ini layak untuk Katumbiri 2017? Sebab sejak persiapan hingga sampai dengan keberangkatan, ada beberapa kejadian yang membuat saya “senam jantung” antara lain proses visa yang tidak begitu lancar, ada peserta yang jatuh sakit, dan dana yang “kembang kempis” sehingga kami harus “banting tulang”.  Persiapan yang melelahkan ini, terobati manakala saya melihat dan memperhatikan para mahasiswa Katumbiri yang sangat antusias dan tidak mengenal lelah melakukan latihan sore hari hingga malam hari, bahkan menjelang keberangkatan hampir tiap hari “digeder” latihan. Semangat inilah yang menjadi obat penyemangat saya bahwa program ini harus jadi dan harus sukses.

Pada tulisan saya terdahulu, sudah saya sampaikan bahwa Katumbiri akan melaksanakan muhibah kesenian ke negeri Matahari Terbit, khususnya Osaka dan sekitarnya pada tanggal 26 Maret s.d. 3 April 2017. Kegiatan muhibah kesenian ini, tidak semata mata memperkenalkan seni dan budaya Indonesia/tradisional namun didorong oleh sejumlah harapan dan keinginan antara lain (1) untuk memenuhi undangan dari Jepang (dalam hal ini sebagai koordinator utamanya adalah OSAKA IN THE WORLD COMMITTEE) untuk memperkenalkan lebih dekat seni budaya Indonesia kepada masyarakat Jepang; dan (2) melakukan misi budaya di ranah internasional. Untuk selanjutnya bisa dibaca di http://berita.upi.edu/?p=12256. Tentunya, kesempatan muhibah kesenian ini merupakan peluang yang besar untuk meningkatkan hubungan baik antara Indonesia dan Jepang secara umum, dan memberikan kesempatan bagi FPBS Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) untuk berpartisipasi dalam kegiatan internasional. Hal ini sejalan dengan Visi Universitas Pendididikan Indonesia (UPI) dengan visinya menjadi “Universitas Pelopor dan Unggul” (a leading ansd outstanding university) harus mengembangkan rencana strategis, salah satu implementasi prioritas pengembangannya yakni adanya jejaring dan kemitraan pada tingkat internasional. Untuk itu, FPBS UPI melalui Katumbiri dipandang perlu melakukan terobosan yang signifikan, misalnya melalui kegiatan pertunjukan seni tradisional Indonesia di luar negeri. Partisipasi dari UKM Katumbiri FPBS UPI ini menjadi sangat penting karena peluang ini dapat menunjukkan komitmen UPI dalam upaya internasionalisasi. Langkah ini juga dipandang perlu sebagai wujud partisipasi UPI dalam mempromosikan budaya  dan seni tradisional Jawa Barat khususnya, serta Indonesia pada umumnya.

Selama tiga bulan, yaitu sejak bulan Januari s.d. Maret 2017, Katumbiri sudah melakukan persiapan yang diawali dengan seleksi peserta, latihan penguasaan materi tampil, kelengkapan keberangkatan baik paspor, visa, dan keperluan lainnya seperti membuat baju seragam dan sewa kostum untuk tampil di Jepang sesuai dengan materi yang akan ditampilkan.

Materi pertunjukan dipersiapkan dan dikemas dengan materi seni pertunjukan tradisional dari daerah Jawa Barat dan dari beberapa daerah nusantara lainnya, serta workshop yang akan dilaksanakan di beberapa tempat. Materi-materi tersebut dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan estetik, artistik, dan secara garis besar kebutuhan pertunjukan di luar negeri, khususnya di Osaka Jepang.

Sama seperti tahun sebelumnya, yaitu diawali dengan audisi calon peserta. Audisi ini bertujuan untuk melihat dan mencermati calon peserta yang piawai menguasai keterampilan tari, tarik suara dan atau piawai memainkan alat musik. Semakin peserta itu mempunyai talenta berkesenian yang mantap dan bagus, maka akan memperoleh prioritas utama sebagai calon peserta yang dianggap layak menjadi peserta Katumbiri ke Jepang tahun 2017. Namun, yang lebih penting lagi adalah kesiapan calon peserta yang bersedia mengeluarkan sejumlah dana untuk tiket pesawat PP, biaya visa, asuransi perjalanan, dan tentunya pembuatan paspor. Selain audisi berupa keterampilan, juga dilakukan wawancara. Kesiapan calon peserta dalam hal dukungan dana ini sungguh penting sebab pihak Jepang hanya bersedia membantu ketika rombongan sudah tiba di Jepang sedangkan biaya untuk datang kesana dibebankan kepada peserta Katumbiri.

Alhamdulillah, UPI sangat mendukung program ini, termasuk BNI dan Kementrisek RI, dan juga para orangtua mahasiswa yang sudah bergabung pada Tim Katumbiri FPBS UPI 2017, secara bersama sama mendorong dan mendukung suksesnya misi muhibah kesenian ke Jepang ini. Bukti mereka mendorong dan mendukung tersebut, Katumbiri telah menerima sejumlah bantuan meskipun tidak menutup semua keperluan Katumbiri, namun bantuan dari lembaga tersebut sangat membantu Katumbiri guna kelancaran kepergian ke Jepang. Dalam tahap persiapan ini diberikan pembekalan berupa ungkapan praktis bahasa Jepang dan etika bergaul dengan orang Jepang serta informasi lainnya yang berkaitan dengan tatakrama hidup di Jepang (terutama etika homestay di rumah orang Jepang).

Memperkenalkan seni dan budaya Indonesia di Jepang oleh Tim Kesenian dari UPI telah dilakukan beberapa kali. Misalnya pada tahun 1992 Tim kesenian UPI dengan nama Laras Rumingkang tampil hampir satu bulan penuh di beberapa kota di Jepang, tahun 1997 dan tahun 1999 Tim kesenian UPI yang tergabung dalam grup KABUMI juga menampilkan berbagai materi pertunjukan, dan tahun 2005 Tim kesenian UPI juga tampil yang disponsori oleh Min-On tampil di Tokyo Jepang. Berikutnya adalah pada bulan Desember 2013 kembali Tim kesenian UPI tampil di Osaka Jepang. Lalu, tahun 2015, UKM Katumbiri FPBS UPI tampil di Okinawa Jepang, dan tahun ini (2017) tampil di Osaka (Kodya Sennan dan Hashimoto).

Muhibah kesenian Katumbiri FPBS UPI ke Osaka Jepang ini, selain performance seni/budaya berupa tari dan orkestra musik Angklung, juga telah mengunjungi beberapa sekolah dan tempat wisata bersejarah lainnya di Osaka dan sekitarnya. Para peserta Katumbiri homestay di rumah orang Jepang. Homestay ini bertujuan (1) Terjalinnya komunikasi dua arah yang berujung pada penguatan jejaring antara Katumbiri dengan orang orang Jepang khususnya, dan antara UPI dan bangsa Jepang pada umumnya; (2) Tercipta saling pengertian antara dua bangsa meskipun dimungkinan terkendala bahasa, namun kendala tersebut diharapkan tidak menjadi penghalang untuk saling memahami satu dengan yang lainnya: (3) Diharapkan bisa mengenal dan memahami lebih dekat kehidupan orang Jepang yang sebenarnya, dan tentunya (4) dalam rangka menghemat biaya sebab program homestay ini gratis.

Sungguh pengalaman dan kesempatan yang sangat istimewa bagi 17 orang mahasiswa yang tergabung dalam Tim Kesenian UKM Katumbiri FPBS UPI dapat mempergelarkan kekayaan seni dan budaya Indonesia di Osaka Jepang. Atas undangan resmi dari Osaka In The World Committee UKM Katumbiri FPBS UPI dapat berkiprah untuk turut serta memperkenalkan seni dan budaya Indonesia serta melakukan kegiatan workshop angklung di beberapa acara penting yang telah dirancang oleh pihak Osaka in The World Committee.

Tampilan perdana UKM Katumbiri FPBS UPI di Osaka, tepatnya di Kodya Hashimoto Jepang digelar pada hari Selasa, 28 Maret 2017. Katumbiri menampilkan tari Merak, Tari Rama Shinta dan Angklung orkestra. Dilanjutkan dengan workshop angklung bagi para siswa dan guru SD. Siangnya dilanjutkan performance di Pusat Rahabilitasi Hashimoto dengan penampilan materi lebih banyak, yaitu Tari Merak, Tari Rama Shinta, Jaipongan, vokal lagu Furusato dan Hana wa Saku, serta angklung orkestra. Yang menarik dan membuat saya terharu adalah semangat dan antusias penonton, yang mayoritas adalah orang yang disabilitas. Mereka, tampaknya sangat terhibur atas performance Katumbiri sehingga cukup banyak yang berjingkrak jingkrat menikmati alunan angklung, yang dihipnotis oleh alunan merdunya suara penyanyi Katumbiri (Sdri. Tyas) dalam melantunkan lagu Es Lilin. Lagu es Lilin ini dikemas sedemikian rupa yang diiringi angklung sehingga bisa membuat orang yang mendengarkannya ikut bergoyang. Lagu Es Lilin ini telah membuat kehangatan dan kegembiraan mereka karena dikemas dengan mengajak penonton untuk menari bersama. Atas kepiawaian Degesi dan Rafaida mengajak mereka, banyak di antara mereka yang mau ke depan dan bergoyangria dengan Katumbiri. Suasana semakin hangat dan seru ketika saya mencoba membuat kejutan dengan melantunkan suara “emas” saya dengan lagu Es Lilin versi bahasa Jepang yang saya buat tahun 1990 sehingga tepuk tangan dan gemuruh penonton menggema memenuhi ruangan.

UKM Katumbiri tampil dihadapan mereka dengan menampilkan tari dan angklung orkestra yang dilanjutkan dengan memberikan workshop angklung kepada mereka How to play Angklung.. Di luar dugaan workshop tersebut mendapat apresiasi yang tinggi dengan antusiasnya peserta mengikuti kegiatan tersebut. Workshop ini dilakukan pula di PAUD/TK dan memperoleh respon yang positif dan minat yang tinggi dari para siswa dan guru terhadap angklung ini.

Di Pusat Rehabilitasi Hashimoto ini kami diberi hidangan makanan khas Jepang seperti sushi, tempura, misosiru, dan disuguhi pula upacara minum teh (cha no yu) yang diiringi petikan koto yang demikian merdunya sehingga menambah suasana yang menyenangkan. Yang cukup mengagetkan saya adalah ketika mendengarkan penjelasan panitia setempat bahwa makanan yang dihidangkan itu, terutama sushi yang kami santap adalah buatan tangan istri Walikota Hashimoto. Sama sekali kami tidak menyangka kalau orang yang “cakah cikih” itu, yang menyuguhkan langsung hidangan tersebut adalah istri walikota itu sendiri. Suatu pengalaman yang sangat berharga dan tidak habis pikir, kenapa istri nomor satu di Hashimoto ini sampai rela turun tangan demi melayani kami Katumbiri padahal sebagai istri pejabat pasti bisa meminta tolong pada orang lain?. Terus terang, saya sebagai salah seorang pembimbing Katumbiri merasa tersanjung dan sangat terhormat atas layanan di Hashimoto ini.

Hari berikutnya, Rabu, 29 Maret 2017, Katumbiri berkunjung ke kantor Walikota Hashimoto, dan audiense langsung dengan Walikota Hashimoto. Kami memperoleh penjelasan singkat tetang Hashimoto dan beliau menyampaikan selamat datang kepada Katumbiri. Salah satu informai yang menarik bagi saya adalah masalah pertanian yang banyak “diranjah” babi hutan dan menjangan. “Kami kesulitan untuk memberantas babi hutan dan mejangan ini sebab populasinya hampir 2~3 kali lipat dari biasanya”, demikian tutur Walikota Hashimoto. “Mengapa bisa seperti itu”, tanya saya. “Penyebabnya adalah mungkin pemanasan global sebab musim dingin di Jepang semakin hangat. Akibatnya, banyak babi hutan dan mejangan yang melahirkan pada musim dingin padahal selama ini babi hutan dan menjangan di Jepang hanya beranak pinak satu kali dalam setahun”, demikian penjelasan walikota hashimoto. “Kenapa tidak diburu saja”, ini pertanyaan yang ingin saya sampaikan, namun mengingat waktu diskusi sudah habis, jadi tidak sempat dijawab beliau.

Kunjungan ke walikota Hashimoto, kami lakukan pagi hari, sednagkan siangnya dilanjutkan reharsal di tempat lain untuk mempersiapkan performance all out semua materi. Pada acara puncak ini ditampilkan semua aset materi yang dipunyai Katumbiri, yaitu tari merak, tari rama shinta, vokal furusato dan hana wa saku, jaipongan, dan orkestra angklung.

Kami berada di Hashimoto selama empat hari. Dari tanggal 30 Maret s.d. 3 April, kami pindah ke kodya Sennan. Di Sennan ini kami sangat bersyukur karena penampilan Katumbiri disaksikan oleh Rektor UPI, Prof. Furqon, M.A., Ph,.D. Acara di Sennan tidak begitu padat seperti di Hashimoto. Dua hari full adalah acara bebas, dan satu hari persiapan untuk performance. Acara bebas yang dimaksud yaitu mahasiswa Katumbiri mengisi kegiatannya dengan berbagai kegiatan yang sudah dirancang oleh host family. Malam hari  kami dijamu makan malam oleh OIW di hotel Stargate Hotel (konon hotel ini yang tertinggi keempat di Jepang). Sambil menikmati hidangan, kami bisa menikmati juga sunset yang sangat indah dan mempesona. Cuaca sangat mendukung cerah sehingga lapangan terbang Kansai terlihat jelas, kapal yang hilir mudik di kansai pun  terlihat dengan jelas pula.  Pemandangan yang sangat eksotis dan mempesona.

Keesokan harinya, Katumbiri performance di Aipia Sennan, yaitu sebuah hall yang tidak begitu besar bila dibandingkan dengan hall yang ada di Hashimoto, tapi modern. Yang dimaksud dengan modern ini yaitu panggung dan tempat duduk penonton yang disetting untuk pertunjukan, begitu usai acara, bisa digerakkan maju mundur, dan panggung bisa digerakan ke atas ke bawah secara otomatis. Jadi, ruangan yang sangat multifungsi. Hampir disetiap acara kegiatan pergelaran para mahasiswa Katumbiri diminta untuk dapat berfoto bersama dengan para penonton yang secara khusus memintanya.

Selain, untuk menunjukkan kekayaan seni dan budaya Indonesia yang beraneka ragam, muhibah Katumbiri UPI juga membantu pihak KBRI dan KJRI dalam mempererat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang. Kegiatan seperti ini sudah barang tentu perlu mendapat apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga hubungan antar bangsa semakin baik, harmonis dan saling menguntungkan serta mampu memberi dampak positif bagi kemajuan masing-masing negara.