PORDOSKA: Antara Partisipasi dengan Nilai-nilai Moral dan Karakter
|Oleh: Amung Ma’mun
Abstrak
Tulisan ini ditujukan untuk sekedar renungan sekaligus diharapkankan dapat menjadi daya gugah dibalik rencana diselenggarakannya PORDOSKA 12-16 Agustus 2024 agar lebih bernilai seiring dengan catatan United Nation (2003) tentang isu _Sport for Development and Peace Towards Achieving the Milleniums Development Goals_, dan dua rujukan artikel ilmiah dari Pennington, Colin G. (2017) dengan judul Moral Development and Sportsmanship in Physical Education and Sport dan Doty, Joseph(2006) dengan judul Sports Build Character?!
Pendahuluan
Pekan Olahraga Dosen dan Karyawan (PORDOSKA)’2024 UPI, in shaa Allah akan dimulai hari Senin tanggal 12 sampai dengan 16 Agustus 2024 (walaupun ada cabang olahraga yang sudah mulai dipertandingkan sebagai babak pendahuluan) sebelum tanggal 12 Agustus. Alhamdulillah PORDOSKA menjadi rutin dilaksanakan, tentu saja civitas akademika, khususnya dosen dan karyawan (tenaga kependidikan/tendik) menyambutnya dengan gembira dan antusias.
Mari sejenak kita sempatkan untuk mengurai lebih lanjut, apa yang dapat kita petik dari kegiatan PORDOSKA yang lebih bersifat kompetisi olahraga multievent, khususnya yang bersentuhan dengan nilai-nilai moral dan karakter disamping makna berolahraga itu sendiri untuk dijadikan budaya agar terus dilakukan demi menjaga kesehatan dan harmonisasi pekerjaan dalam hubungan sosial yang lebih kohesif dalam tugas sehari-hari kita sebagai dosen dan tendik di UPI.
Pembahasan
Berawal dari memahami sebuah statement yang penting dari UN (2003) yang mengatakan bahwa Sport as a “school for life” dalam arti kata olahraga sebagai sekolah untuk kehidupan. Lebih lengkapnya, olahraga adalah sekolah yang ideal untuk kehidupan. Keterampilan yang dipelajari melalui permainan dan olahraga merupakan hal mendasar bagi pengembangan holistik kaum muda. Keterampilan ini, seperti kerja sama dan rasa percaya diri, sangat penting bagi kohesi sosial dan diterapkan sepanjang kehidupan dewasa. Dalam konteks PORDOSKA UPI’2024, ada yang memang telah menjadi bagian dalam olahraga pada masa mudanya sekaligus menjadi pendidik sebagai profesinya dan juga ada yang baru menekuni olahraga pada masa remaja dan dewasa. Apa yang menjadi titik fokus olahraga sebagai sekolah kehidupan, antara lain konsep keterampilan dan nilai-nilai yang dapat dipelajari melalui olahraga (Skills and values learned through sport), yaitu terdiri atas 23 nilai, yang oleh Ma’mun (2016) telah dikelompokkan menjadi lima: (1) Ethics and Morals: Respect for the rules, Respect for others, Fair play, Self-esteem, Honesty, and Tolerance; (2) Knowledge and Understanding: Problem-solving, Understanding, How to win, and How to lose; (3) Social: Cooperation, Communication, Connecting with others, Teamwork, and Trust; (4) Psychological: Value of effort, Resilience, Confidence, Discipline, and Self-respect; and (5) Leadership and Organization: Leadership, How to manage competition, and Sharing.
Dalam konteks PORDOSKA tentu saja kita (pada usia dewasa) sudah bukan lagi mempelajari, akan tetapi sudah harus mempraktekannya dengan baik. Seiring dengan itu, akan melekat menjadi nilai moral dan karakter bagi kita semua, baik bagi penyelenggara maupun bagi atlet dosen dan tendik sebagai partisipan PORDOSKA. Karena PORDOSKA sifatnya kompetitif, maka ada beberapa hal yang harus dicermati dampak negatif dari sebuah kompetisi, yaitu manakala mengabaikan 23 nilai-nilai di atas sehingga akan bergeser ke konfrontasi. Tentu saja hal ini perlu disikapi oleh kita semua bahwa makna kompetisi dalam olahraga ini lebih pada pembelajaran dan pemberian kesempatan untuk eksistensi diri yang dilandasi prinsip-prinsip etika dan moral yang akan ditunjukkan oleh kita semua sekaligus sebagai karakter individu masing-masing peserta PORDOSKA termasuk penyelenggara. Dalam konteks moral beberapa pertimbangan perlu menjadi perhatian kita, antara lain seperti disarikan dalam tulisan Pennington (2017) yang kemudian disesuaikan dengan event PORDOSKA, yaitu: Penting bagi pendidik, pelatih dan kita sebagai partisipan untuk tidak beroperasi di bawah kekeliruan umum dengan memposisikan sebagai atlet profesional yang terkenal. Olahraga dalam perspektif event PORDOSKA tidak dapat dibandingkan dengan olahraga profesional. Misalnya, dalam studi Sportcenter, contoh-contoh sportivitas yang buruk jauh lebih sering terjadi di tingkat profesional daripada di tingkat Perguruan Tinggi. Hasil ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa pemain dan pelatih profesional mencari nafkah melalui partisipasi dalam olahraga. Atlet mengharapkan pelatih untuk memberikan respons yang tepat terhadap situasi sulit dalam olahraga mereka. Lebih baik lagi, para peneliti menemukan peningkatan penalaran moral dan sportivitas yang mendapat penguatan positif untuk semua perilaku sportif dan sanksi negatif untuk perilaku tidak sportif oleh pelatih mereka.
Selanjutnya dalam perspektif karakter sebagaimana diulas dalam Doty (2006), percaya bahwa orang yang berkarakter mencari kebenaran, memutuskan apa yang benar, dan memiliki keberanian serta komitmen untuk bertindak sesuai dengan norma yang berlaku (Marrella, 2001). Menurut beberapa cendekiawan, cara yang efektif dan umum untuk membahas karakter, dan apa itu, adalah dari pendekatan kebajikan dan/atau sifat (Bredemeier & Shields, 1995). Karakter moral yang baik memiliki berbagai macam kebajikan dan bersedia untuk bertindak berdasarkan kebajikan tersebut baik untuk kepentingan jangka panjang mereka sendiri maupun untuk kepentingan orang lain (Arnold, 2001). Misalnya, orang yang berkarakter menunjukkan sifat-sifat rasa hormat, integritas, kejujuran, tanggung jawab, keberanian, kasih sayang, keadilan, dan kesantunan. Dalam kita memposisikan sebagai atlet sebagaimana diungkapkan lebih lanjut oleh Doty (2006), atlet digambarkan dalam dua cara: (1) berorientasi ego, atau lebih fokus pada diri mereka sendiri, hasil akhir dari partisipasi mereka dalam olahraga, atau membandingkan diri mereka dengan orang lain; dan (2) berorientasi tugas, atau lebih fokus untuk menjadi pemain yang lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi ego yang tinggi dapat berdampak buruk pada penalaran moral atlet dalam olahraga ketika kebutuhan pemain untuk memaksimalkan keunggulan mereka atas lawan menjadi lebih penting daripada kompetisi itu sendiri. Temuan ini mendukung gagasan bahwa tujuan membenarkan segala cara; atau tujuan “menang dengan segala cara”, daripada memberikan bukti pembentukan karakter melalui olahraga adalah sesuatu yang negatif. Morgan, Meier, dan Schneider (2001), yakin bahwa olahraga membangun karakter karena “itu adalah kompetisi, menuntut fisik dan pengendalian emosi tertentu, dan mendorong orang hingga batas maksimal”. Namun, masalahnya adalah, karakter seperti apa—baik atau buruk? Apakah pengalaman olahraga seseorang membentuk keseluruhan pengembangan karakternya? Jelas tidak! Seperti yang telah ditunjukkan oleh banyak cendekiawan dan peneliti tentang pengembangan moral/karakter, pengembangan karakter adalah proses holistik seumur hidup yang terutama dipengaruhi oleh variabel kontekstual sepanjang hidup seseorang. Namun, jika olahraga merupakan bagian dari kehidupan seorang anak muda, maka pengalaman olahraga akan memengaruhi pengembangan karakternya—dan mudah-mudahan dengan cara yang positif. Maksudnya lingkungan dalam kegiatan olahraga harus senantiasa beriringan dengan fokus dalam pengembangan nilai-nilai moral yang akan menjadi karakternya.
Catatan Akhir
Sebagai catatan akhir, nampaknya yang lebih tepat adalah sebuah ajakan, yaitu: Mari kita sambut PORDOSKA UPI’2024 dengan suka cita yang in shaa Allah ke depannya diharapkan menjadi budaya sivitas akademika UPI (Dosen dan Tendik) berpartisipasi dalam olahraga sebagai bagian dari kontribusi dan pengabdian kepada kampus UPI yang religius, ilmiah dan edukatif agar lebih kohesif dan produktif dalam berkarya. Kewajiban kita sebagai penyelenggara dan partisipan adalah tentu saja menjamin keberlangsungan PORDOSKA beriringan dengan persemaian nilai-nilai moral dan karakter. Semoga. Selamat berlomba.
Salam,
Program Studi Pendidikan Olahraga SPs UPI,
Bandung, 10-08-2024