Prajurit Australia Belajar Bahasa Indonesia di Patisery FPTK

2 (2)

Bandung,UPI

Tentara selalu identik dengan peperangan dan kekerasan, namun lain hal dengan yang dilakukan oleh 4 prajurit Australia ketika hadir di Laboratorium Patisery FPTK UPI, mereka tampil lebih humanis, jauh dari kesan garang.

Adalah Sugeng (Issac Scott), Sudirman (Matt shea), Rumayar (Evan Robinson), dan Jasmine (Sana Yassin), mereka di bawah bimbingan sersan Richard melakukan praktik keterampilan berbahasa Indonesia melalui demontrasi memasak, Jumat (24/10/2014).

Dikatakan Sersan Richard Swaby,”Kami, Australian Defence Force (ADF) bekerja sama dengan UPI melalui Balai Bahasa UPI, menyelenggarakan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) selama dua minggu.”

Kenapa dengan UPI, lanjutnya, karena kita sudah memiliki kerjasama antara UPI dengan ADF (Angkatan Bersenjata Australia). Kami sangat berterima kasih kepada UPI yang telah mendukung kegiatan kami, karena kami mampu mencapai tujuan kami, salah satunya dengan mendekatkan kedua instansi.

Para siswa yang berasal dari angkatan darat, laut, dan udara tersebut berupaya untuk mempraktikan keterampilan berbicaranya secara langsung dengan mahasiswa dan masyarakat di sekitar kampus UPI, terangnya. Mereka dituntut untuk menambah perbendaharaan bahasa Indonesia dan bahasa sunda. Diantaranya ada yang sudah belajar selama 10 minggu praktik bahasa dengan melakukan wawancara kepada orang lokal, tambahnya.

Ditambahkan Richard,”Kemampuan berbahasa Indonesia dengan mempelajari salah satu aspek budaya Indonesia sangat diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam kegiatan sosial di Indonesia, juga untuk membantu dalam bidang kemanusiaan.”

Penggunaan fasilitas dapur milik Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Program Studi Pendidikan Tata Boga untuk kegiatan internasional sangat diapresiai oleh kami, karena ini merupakan bentuk penterjemahan visi misi UPI, ujar Ketua Prodi Pendidikan Tata Boga Dr. Ai Nurhayati, M.Si.,

1 (2)

 

Dengan demikian, melalui kegiatan ini kami telah mengimplementasikan pilar “Learning to Live Together”. Dua bangsa, berbeda budaya, menyatu di laboratorium ini untuk perdamaian dunia melalui sikap saling belajar, saling memahami tentang keberagaman, ujarnya.

Para siswa ADF mengajarkan cara memasak atau membuat makanan khas Australia salah satunya adalah tabbouleh, yaitu sejenis salad dari Lebanon yang cukup populer dalam kuliner Australia dan makanan lainnya, sementara kita menyajikan jajanan pasar khas Jawa Barat serta rendang khas Sumatera Barat untuk dikaji oleh mereka.  (Dodiangga)