Prodi PPG SPs UPI Selenggarakan Orientasi Akademik Mahasiswa PPG Prajabatan Bersubsidi Tahun 2018/2019

Bandung, UPI

Sebanyak 122 orang mahasiswa mengikuti Orientasi Akademik Mahasiswa PPG Prajabatan Bersubsidi Tahun 2018 di Auditorium Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (SPs UPI) Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Kamis (2/8/2018).

Dalam laporannya, Ketua Program Studi PPG Prof. Dr. H. Dinn Wahyudin, MA., mengatakan bahwa ke-122 orang mahasiswa tersebut merupakan angkatan pertama mahasiswa PPG Prajabatan Bersubsidi Tahun 2018/2019 yang diselenggarakan oleh Sekolah Pascasarjana UPI, mereka akan menempuh Pendidikan selama 2 semester. Dikatakannya,”Tahun ini terdapat 5 program studi di UPI yang terlibat untuk melaksanakan PPG Prajabatan Bersubsidi Tahun 2018/2019, ke-5 prodi yang dimaksud adalah Bimbingan dan Konseling (BK), Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), Usaha Jasa Pariwisata, dan Teknik Mesin.”

Sementara itu dalam materi kuliah umumnya, Rektor UPI Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si., mengatakan bahwa kenapa guru memegang peranan yang sangat penting, diungkapkannya,”Karena pendidikan merupakan strategi yang digunakan oleh hampir semua negara untuk meningkatkan daya saing bangsa, membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Sama hal nya seperti yang diungkapkan oleh Prof. H. Furqon, Ph.D., (alm) Rektor UPI sebelumnya yang menyatakan bahwa guru adalah penentu mutu pendidikan, tidak ada negara atau masyarakat yang mutu pendidikannya melampaui mutu gurunya.

Lebih lanjut dijelaskan,”Walaupun bentuknya universitas tetapi jatidiri UPI adalah pendidikan, konsisten dalam pengembangan ilmu di bidang pendidikan. Saat ini anda sudah berada di tempat yang benar, karena UPI merupakan penyelenggara PPG yang memiliki tingkat kelulusan paling tinggi yaitu 87%. Adapun sisanya, itu yang harus disiapkan dan diupayakan untuk mendapatkan hasil 100%, oleh karena itu tidak ada tawar menawar, siapkan sikap dan mental, serius dan jangan berleha-leha, karena kita harus punya keinginan yang kuat untuk lulus dari program ini. Tahun ini merupakan tahun pertama penyelenggaraan di bawah pengelolaan Sekolah Pascasarjana UPI, di bawah koordinasi Prodi PPG, jadi ini adalah angkatan pertama. Indonesia direncanakan membutuhkan 100 ribu guru, namun faktanya membutuhkan 900 ribu, untuk mengisi posisi tersebut syaratnya harus mempunyai sertifikat pendidik, dan anda sudah on the track. Persepsi tentang guru harus dipahami agar tahu tujuan akhir, guru tidak bisa digantikan oleh mesin.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kesimpulannya,”Guru harus menjadi pendidik profesional yang mengkonstruksi ilmu, bukan mentransfer ilmu, guru harus mendidik membangun karakter. Dalam memandang suatu masalah biasanya pikiran menjadi sempit karena fokus untuk menyelesaikan masalah, harusnya masalah tersebut menjadi peluang untuk melakukan penelitian, sehingga dapat mengembangkan bahan ajar. Guru harus kreatif daninovatif dalam mengembangkan keilmuannya. Jika muridnya tidak mengerti bisa jadi gurunya yang tidak bisa mengkonstruksi ilmu.”

Pendidikan di era milenial, katanya, arus informasi tidak terkendali, dapat menggangu persatuan dan kesatuan bangsa, oleh karena itu setiap warga negara harus mampu berpikir kritis, inovatif, mengetahui cara memecahkan masalah, mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu bekerja sama dalam sebuah tim, serta mampu menggunakan alat yang tepat dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk bekerja serta memiliki literasi teknologi informasi dan berpartipiasi dalam pemerintahan, dengan menunjukan tanggung jawab sosial dan kesadaran berbudaya.

Ditegaskannya,”Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah mereka harus memiliki kemampuan dalam bidang pedagogik, bersikap profesional, serta memiliki kepribadian dan berjiwa sosial, kemudian sekarang semua unsur tersebut dikolaborasikan dengan Information and communication technology (ICT) sehingga ada irisan antara content knowledge, pedagogical knowledge dan Information and communication technology. Pedagogical content knowledge dan ICT memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran.”

Pendidik itu harus mampu meningkatkan literasi, harapnya, karena saat ini kita berada di era milenial, mendidik generasi alpha, dimana para siswa sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak belajar, rata-rata memiliki orang tua kaya. Sejak kecil akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung mempengaruhi kepribadian mereka. Gadget dipergunakan untuk memudahkan pekerjaan. Oleh karena itu para pendidik harus menguasai berbagai media untuk mendapatkan inforamsi, pandai mendapatkan sumber informasi, mampu menyeleksi sumber informasi, serta mampu memanfaatkan sumber informasi untuk kemakmuran bangsa dan negara Indonesia.

Disampaikannya,”Pendidik yang membangun karakter adalah bersikap jujur dan memiliki integritas, antusias, bergairah dan semangat, memiliki hasrat untuk berubah, serta memiliki inisiatif, mau mengerjakan sesuatu yang baru. Proses pembelajaran memiliki 2 tahap yaitu transfer informasi dan asimilasi transformasi. Jika bicara proses pembelajaran artinya kita mengembangkan proses berpikir. Persaingan guru bukan lagi antar kota atau provinsi tetapi sudah antar negara.” (dodiangga)