Produk IPTEK Tidak Bisa Gantikan Peran Guru
|Bandung, UPI
Saat ini kita telah memasuki era revolusi industri keempat yang ditandai dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi informasi yang sangat pesat. Hal ini mengakibatkan banyak perubahan dan pergeseran peran, termasuk dalam dunia pendidikan, khususnya bidang keguruan.
“Proses pendidikan harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, namun demikian produk ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat menggantikan guru. Makna hakiki seorang guru bukan hanya sebagai sosok yang mentransfer ilmu dan mengajarkan pengetahuan, tetapi yang lebih penting mendidik nilai dan karakter”, demikian dikatakan Rektor UPI, Prof. Asep Kadarohman, M.Si saat sambutan Upacara Wisuda UPI Gelombang I di Gymnasium UPI, Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Rabu, (21/2).
UPI mewisuda sebanyak 1.566 lulusan jenjang Diploma, Sarjana, Magister, dan Doktor. Prosesi wisuda gelombang kesatu tahun 2018 ini akan dihadiri Rektor UPI, anggota Senat Akademik, Wakil Rektor, pimpinan Fakultas, Kampus Daerah, Sekolah Pascasarjana, para dosen, orang tua wisudawan, serta undangan lainnya, termasuk institusi yang bekerja sama dengan UPI.
Menurut Rektor UPI, kemudahan dalam mengakses informasi sebagai akibat perkembangan teknologi digital, seyogianya menjadi pemicu bagi dunia pendidikan untuk melahirkan kreativitas, sehingga dapat menciptakan proses pendidikan yang menghasilkan (calon) guru yang berkualitas dan profesional.
“Guru yang dapat menggunakan beragam media dan teknologi digital, sehingga menjadikan pembelajaran semakin menarik, lebih menyenangkan, dan materi ajar lebih mudah dipahami peserta didik”, tegasnya.
Dijelaskan Prof. Asep, pada era digital, kehidupan manusia diwarnai dengan berbagai kemudahan. Hal-hal yang terlihat sulit bahkan mungkin mustahil dilakukan pada masa sebelumnya, kini menjadi mudah dilakukan dan nyata. Pengaruh teknologi digital tersebut tidak hanya sebatas mempermudah aktivitas manusia, tetapi juga mempengaruhi pola pikir (mindset) manusia yang kini cenderung bercorak personal sentris. Namun dalam skala makro, personalisasi ini tidak menunjukkan perilaku antisosial, justru sebaliknya, terbentuklah sosialitas baru. Era digital menggambarkan adanya peningkatan hubungan antara penggunaan internet dengan bangkitnya social autonomy. Pengguna internet di Indonesia terus tumbuh tiap tahunnya dan pada tahun 2018 ini sudah mencapai lebih dari 130 juta dengan 120 juta di antaranya adalah pengguna media sosial aktif.
“Fenomena ini tentu saja memiliki dua sisi yang beriringan, yaitu sisi baik dan sisi buruk. Tantangan guru pada era ini, bukan saja bisa bagaimana menggunakan media sosial untuk pembelajaran, namun harus mewaspadai dampak buruk media sosial terhadap peserta didik”, tambahnya.
Ditegaskan Rektor UPI, terdapat tiga literasi yang harus dikuasai untuk dapat memenangkan persaingan pada era revolusi industri keempat. Pertama, literasi data, yaitu kemampuan untuk membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital. Kedua, literasi teknologi, yaitu memahami cara kerja dan aplikasi teknologi (coding, artificial intelegence & engineering principles). Dan, ketiga literasi manusia, yaitu kemampuan berinteraksi dengan baik pada lingkungan manusia (humanities, komunikasi & desain).
“Untuk itu teruslah belajar, untuk melengkapi dan menyempurnakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah anda kuasai selama belajar di kampus UPI tercinta ini”, tutupnya. (Deny/Dodi)