Prof. Hilman Latief Jelaskan Keutamaan Bulan Ramadhan dalam Tausiyah Silaturahim Idul Fitri 1444 H

Bandung, UPI

Dan kita sadari betul bahwa manusia adalah tempatnya untuk melakukan kesalahan dan lupa, mahallul khatha, pasti tidak ada manusia yang sempurna. Semua punya potensi untuk melakukan kesalahan, tapi pada saat yang sama kita juga diberikan ruang untuk bermuhasabah, mengoreksi diri, menghisab diri sendiri.

Hisab itu bukan hanya untuk lebaran, menentukan kapan kita berbuka dan kita shaum tapi juga untuk menghitung apa yang sudah kita lakukan selama ini.

Demikian pernyataan Direktur Jendral Haji dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D., yang disampaikannya dalam tausiyahnya di acara Silaturahim Idul Fitri 1444 H di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Gedung Achmad Sanusi Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, pada Rabu (3/5/2023).

Dikatakan Prof. Hilman, bagi kaum muslimin mempunyai satu tahapan dari satu tahun ini untuk berefleksi dan melakukan muhasabah untuk memperbaiki diri. Dan yang menariknya itu bukan satu dua hari, tetapi satu bulan lamanya. Pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, setan juga dibelenggu satu bulan lamanya.

Bulan Ramadhan sudah kita lewati dan secara tidak langsung kita juga sadar bahwa yang tadi dibelenggu itu sekarang dilepas, ungkap Prof. Hilman. Kita menahan diri, dari sesuatu hal pada masa Ramadhan selama satu bulan lamanya. Untuk bisa konsisten berbuat baik, menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang mukmin, termasuk dalam hal-hal yang sederhana, yaitu berbuat ghibah.

Dijelaskan Prof. Hilman,”Karena Rasulullah SAW sudah lama menyampaikan, hati-hati dengan ghibah. Berbahagialah orang yang fokus pada dirinya sendiri, pada kesalahan-kesalahan dirinya sendiri, aib yang dimiliki yang mungkin pernah diperbuatnya, daripada memikirkan dan mengekspos aib-aib orang lain. Barangsiapa yang menutup aib saudaranya yang muslim maka Allah juga akan menutup aibnya sampai hari kiamat.”

Apa pentingnya ini? tanyannya. Andaikan orang tahu, tahu aib yang kita miliki, apakah mereka akan masih bersikap hormat seperti yang saat ini diterima? Menutup aib itu sama pahalanya dengan menutup aib orang lain. Tugas kita adalah fokus pada diri kita sendiri.

Orang mengatakan berislam itu mudah, tapi berislam dengan baik itu tidak gampang, perlu belajar. Islam itu penuh dengan ilmu yang harus dipelajari agar bisa memberikan manfaat kepada sesama.

“Pasca bulan Ramadhan, masuk bulan Syawal dan bulan-bulan seterusnya, semoga kita diberikan kekuatan untuk konsisten dan disiplin di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam,” harapnya.

Di dalam aktifitas shaum Ramadhan, kita dituntut untuk disiplin. Kejiwaan kita perlu dilatih setiap hari dan bahkan bertahun-tahun. Sebagai muslim, sebagai mukmin, keimanan kita kadang bertambah, bertambahnya itu seringkali pelan-pelan, dan juga berkurang, kadang kurangnya banyak. Naiknya pelan-pelan tiba-tiba kurangnya banyak. Bertambah karena takwa dan ketaatan, dengan berbagai cara.

Diungkapkannya,”Bertakwa itu satu posisi yang never ending process, satu stage dimana final takwa itu harus dicari, harus dikejar harus diraih, dan semoga kita tabah.” (dodiangga)