Program “Internship” Menggoyang Mahasiswa UPI

Oleh Ahmad Dahidi

Sudah cukup lama orang Indonesia, setidaknya warga sivitas akademika UPI mendambakan bisa menginjakan kakinya di negeri Sakura. Setiap saya bertemu dengan solmet di UPI, lalu ngobrol kesana kemari, pada akhirnya selalu muncul harapan demikian “kapan kita menginjakkan kaki di negeri Oshin, pak Dahidi?”. Sebuah harapan yang gampang-gampang susah. Saya jawab, “Selama kita punya dana, kapan pun bisa ke Jepang (tentunya harus sehat). Jangankan ke Jepang, ke ujung bumi sekali pun kita bisa”. Akan tetapi bukan itu, yang dimaksud solmet saya ini, sebagian besar mengharapkan ada kegiatan akademik baik itu berupa seminar, simposium, kunjungan ke sekolah-sekolah, performance seni dan budaya, workshop, dll. Bahkan, kalau saya sedang santai dengan mahasiswa, kadang guyon demikian, “siapa yang ingin menikah dengan orang Jepang”. Ternyata secara spontan ada juga yang mengangkat tangan, artinya berminat. Terlepas serius atau tidak, artinya tidak menurut kemungkinan diantara mereka ada yang benar-benar berharap bahwa tujuan belajar bahasa Jepang itu, sebenarnya ingin mencari jodoh di Jepang. Jadi, bukan wisata semata.

Untuk mengkemas harapan sahabat yang demikian itu, saya memberi judul program “Wisata Pendidikan/Edukasi”. Untuk mengisi kegiatan wisata edukatif ini ada tiga kegiatan yang saya pikirkan, yaitu (1) kunjungan ke sekolah-sekolah Jepang (baik PAUD, TK, SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi); (2) kunjungan ke lembaga pemerintah setempat (minimal setingkat walikota); (3) program homestay (tinggal beberapa hari di rumah orang Jepang); (4) seminar, simposium atau sejenisnya yang syarat dengan kegiatan akademik; (5) wisata kota, yaitu menikmati alam Jepang dan suasana kota di Jepang.

Kalau tujuan hanya wisata semata sangat mudah. Kita tinggal minta tolong ke travel perjalanan dan ikut paket wisata mereka yang sudah dikemas sedemikian rupa oleh setiap travel, lalu kita bayar sebesar biaya yang mereka tentukan. Kendalanya “mahal” menurut ukuran solmet saya ini. Mengingat bukan itu tujuan mereka ke Jepang, sehingga perlu dikemas kegiatan yang mencakup kelima kegiatan seperti yang tercantum di atas.

Nah, untuk mengkemas program kegiatan yang bisa mencakup kelima kegiatan tersebut di atas tidaklah mudah. Tapi bukan berarti tidak bisa dilaksanakan. Tidak ada yang tidak bisa diwujudkan selama kita “baik hati” dengan orang orang Jepang dan tentunya diperlukan kemampuan “berdiplomasi” yang handal dengan bahasa Jepang. Ini akan lebih mengena dibandingkan dengan menggunakan bahasa Inggris.

Menurut hemat saya, Jepang sudah berhasil menggelitik hati orang Asing, dan tentunya orang Indonesia, termasuk juga warga UPI, agar mereka melakukan tawaf di negeri Matahari Terbit. Menurut mbah Google, daya tarik Jepang secara umum adalah wanitanya, alamnya, dan juga karakter orang Jepang itu sendiri.

Konon, daya tarik wanita Jepang itu karena mempunyai sifat (1) wanita Jepang adalah pendengar yang baik; (2) ukuran tubuh, yaitu wanita Jepang lebih mungil daripada wanita Barat, bahkan jika dibandingkan dengan rata-rata orang Asia lainnya mereka lebih kurus; (3) Kulit yang kemilau. Menurut beberapa orang asing, wanita Jepang sering dikatakan memiliki kulit yang berkilau walau umurnya telah menua; (4) Tampilan yang eksotis. Kebanyakan orang asing yang melihat wanita Jepang akan merasa seperti “Wah, keren!” atau “Wow seksi!”. Tampaknya hal itu terjadi karena pesona wajah mereka yang imut-imut. (5) Mode. Banyak orang asing yang mengatakan bahwa orang Jepang itu memiliki mode yang telah disempurnakan. Kaitannya dengan daya tarik wanita Jepang, bisa dibaca di  https://japanesestation.com/7-alasan-mengapa-wanita-jepang-begitu-menarik-dilihat-dari-pandangan-orang-asing/.

Selain wanitanya, juga laki-lakinya, teknologinya, dan tentunya karakter orang Jepang yang sudah “mengkristal” dipikiran orang orang asing yaitu rajin, tekun, disiplin, tidak pantang menyerah,  ramah, sopan, taat pada peraturan, dan tepat waktu.

Itulah gambaran singkat satu sisi alasan orang asing, khususnya orang Indonesia tertarik dengan Jepang. Berikut ini adalah jembatan sirotol mustakim ala LPPM UPI dalam rangka memberikan peluang kepada mahasiswa UPI untuk meraih harapan dan keinginannya bertawafria di negeri Sakura dan bersemedi menuntut ilmu di sejumlah perusahaan atau perguruan tinggi di negeri Matahari Terbit.

Chikyujin, ISH, EKKIP-LPPM Menggoyang Mahasiswa

Hari ini Selasa, 14 Pebruari 2017 merupakan hari yang cukup berarti dalam hidup saya sebab untuk kesekian kalinya saya dilibatkan pada program peningkatan SDM bangsa ini di Pusat Kajian Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Industri Pariwisata (EKKIP) LPPM UPI, khususnya bagi mahasiswa UPI. “Nah, inilah orangnya cikal bakal penggagas KKN di luar negeri dengan melahirkan program OBIP & JBIP”, kira kira seperti itulah yang saya tangkap sanjungan Sekretaris LPPM UPI, Dr. Yadi Ruyadi, M.Si. Demikian pula, ditambahkan oleh Prof. Suwatno, M.Si yang hadir pula. Jadinya saya merasa tersanjung dan bangga, tapi malu juga sebab program OBIP dan JBIP itu tidak mungkin terwujud kalau tidak ada kerjasama dan pengertian dari pihak terkait di UPI (dari tingkat program studi hingga universitas) dan pihak Jepang baik yang berperan sebagai koordinatornya maupun sejumlah perusahaan Jepang yang bersedia menerima mahasiswa UPI untuk training. Dukungan pimpinan UPI (dalam hal ini Prof. Furqon – ketika beliau menjabat sebagai Warek 1 UPI) yang sering saya ‘ganggu’ sejak gagasan OBIP itu muncul hingga terlaksana, terutama saya harus melaporkan setiap ada perkembangan guna menyamakan persepsi antara UPI dan pihak Jepang. Saya sangat bangga dan tentunya program OBIP dan JBIP itu merupakan goresan tinta emas dalam karier saya sebagai warga UPI yang insya Allah tidak akan terlupakan sepanjang hayat dikandung badan.

Sepanjang pengetahuan saya program LPPM UPI yang berhubungan dengan luar negeri, khususnya Jepang sudah cukup banyak dilakukan, namun program yang melibatkan mahasiswa, tampaknya masih kurang. Kalau prediksi saya ini benar berarti LPPM UPI sedang berusaha mengepakkan sayapnya lebih lebar membentang menjelajahi ruang tanpa batas dan memasuki kawah candradimuka internasionalisasi yang lebih luas dan mengglobal. Tentunya untuk mewujudkan program yang mulia ini LPPM tidak bisa sendirian namun mesti menggandeng pihak yang kompeten untuk menopangnya. Salah satu lembaga kredibel dan layak untuk dijadikan “sahabat’ adalah PT. ISH (Infomedia Solusi Humanika) atau dikenal dengan ISH. Seperti dijelaskan di http://ish.co.id/home/about_us bahwa perusahaan ini merupakan anak perusahaan PT Infomedia Nusantara yang didirikan di Jakarta pada 24 Oktober 2012, ISH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Human Capital Services. Portofolio bisnis ISH meliputi BPO HR Solution, HR Process, dan HR Learning Solution. Saat ini, ISH telah mampu memberikan solusi layanan pengelolaan SDM terbaik kepada lebih dari 100 perusahaan yang tersebar di 420 kota dan mengelola lebih dari 22.115 karyawan di seluruh Indonesia. Visinya yaitu menjadi pemimpin untuk layanan sumber daya manusia di regional, sedangkan misinya adalah memberikan layanan prima dalam solusi: Business Process Outsourcing HR SolutionPayroll ServicesRecruitmentTraining dan E-Learning Solutions.

Kalau dilihat dari tahun lahirnya, memang relatif baru namun SDM yang mengelola perusahaan ini merupakan anak bangsa yang profesional di bidangnya sehingga dalam waktu yang relatif singkat telah mampu mendirikan sejumlah anak cabang menyebar di seluruh pelosok Indonesia. PT. ISH yang saya maksud adalah perusahaan kepercayaan Chikyujin di Indonesia. Chikyujin (One World for All People), yaitu sebuah foundation (General Incorporated Foundation) yang bertujuan membantu orang orang asing dari berbagai negara yang ingin mempelajari teknologi, budaya, adat istiadat, dan hospitality Jepang. Dengan tujuan seperti itu, diharapkan terwujud saling pengertian antara Jepang dan berbagai negara di dunia serta mendidik SDM yang mampu menciptakan saling percaya serta mampu menciptakan perdamaian dunia. Adapun intisari bidang garapannya antara lain kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, survey, pelatihan SDM, menyelenggarakan kegiatan akademik seperti seminar, simposium baik di dalam maupun di luar negeri, penyelenggaraan pertukaran seni dan budaya, membantu orang orang asing yang ingin studi lanjut, bekerja, dan training di Jepang. Atau kegiatan lainnya yang relevan sesuai dengan visi dan misi foundation. Yang jelas, Chikyujin ini memiliki jejaring dengan universitas universitas di Jepang untuk menyalurkan pelajar asing ke Jepang.

Dengan menggandeng dua lembaga ini (ISH dan Chikyujin), yang secara teknik LPPM UPI hanya berhubungan langsung dengan ISH, maka digulirkanlah rangkaian kegiatan yang sifatnya sosialisasi program. Kegiatan yang berhubungan dengan mahasiswa misalnya, diawali dengan sosialisasi kepada para ketua Departemen/prodi (sudah dilaksanakan pada hari Rabu 8 februari 2017), dan selanjutnya dilakukan sosialisasi langsung kepada para mahasiswa yang berminat pada program yang ditawarkan. Program yang dimaksud yaitu (1) internship, yaitu para mahasiswa akan PKL/training di sejumlah perusahaan di Jepang selama satu tahun; (2) pemagangan (istilah Jepang: jigyousei), lamanya 3 tahun; (3) bekerja (workers); dan (4) studi lanjut. Keempat program tersebut, telah menjadi magnit yang mampu menyedot para mahasiswa untuk datang pada sosialisasi yang dilaksanakan hari Selasa, 14 Peb 2017. Entah program yang mana yang menjadi incaran mereka, yang jelas mahasiswa yang menghadiri sosialisasi diluar perkiraan. Prof. Ratih Hurriyati , MP selaku motor penggerak sosialisasi ini merasa terkejut dan sekaligus puas dengan melihat animo mahasiswa yang demikian tinggi. Ruangan auditorium LPPM penuh sesak baik di lantai satu maupun di lantai dua, bahkan masih banyak mahasiswa yang tidak tertampung. Mereka berdiri di luar ruangan. Diperkirakan mahasiswa yang datang tidak kurang dari 500 orang (tidak termasuk yang berdiri di luar ruangan). Meskipun sosialisasi dilaksanakan siang hari dan waktu siang itu mudah mengundang ngantuk, namun suasana sosialisasi tidak demikian. Para mahasiswa segar bugar dengan raut wajar yang berseri seri, gelak tawa mereka menggelegar menggetarkan ruangan, apalagi dengan adanya kejutan dari salah seorang Tim dari ISH Teguh Setiabasa SE,  memberikan uang tunai sebanyak 20.000 yen dan diberikan kepada dua orang mahasiswa, maka suasana ruangan demikian ramainya. Apalagi acara sosialisasi ini dipandu oleh MC profesional dalam bidangnya Dr. Moch Adieb Soeltan ST, MT  sehingga waktu selama kurang 3 jam, terasa sebentar dan mahasiswa tidak beranjak dari tempat duduknya.

Pada acara sosialisasi kali ini, yang hadir dari pihak UPI yaitu Prof. Dr. Suwatno, M.Si, Dr. Yadi Ruyadi, MSi, Prof. Dr. Ratih Hurriyati, MP, Mayasari, SE, MM  dan Sugihartono, M.A., dari pihak ISH Direktur ISH Bapak WS Wibowo MM dan stafnya kurang lebih 8 orang, dan dari pihak Chikyujin sebanyak 7 orang, diantaranya adalah President Chikyujin Seki Akinori, Ph.D. dan wakilnya Iwamoto Shinichi.

Usai sosialisasi, LPPM (dalam hal ini saya dan Sugihartono diberi tugas untuk memperkenalkan kampus UPI, dimulai dari gedung FPOK, Lapangan Sepak bola, Kolam renang, FPMIPA, Isola, FIP, Lab. School, Pasacarjana, Poliklinik, FPIPS, FPBS, Gedung Isola, Musium Pendidikan, Masjid Al Furqon, dan FPTK. Tidak ketinggalan kampus daerah juga, yang saya tahu, saya jelaskan kepada para tamu dari Jepang. Sebelum bubar, kami photo bersama di belakang bangunan isola.  (Bumi Siliwangi, 14 Pebruari 2017)