Program Kampus Mengajar di SDN Munjul Kabupaten Bandung Salah Satu Solusi Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19

Kemendikbudristek meluncurkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), salah satu program kegiatannya yakni Kampus Mengajar Angkatan 1 yang diharapkan menjadi salah satu upaya untuk pemerataan pendidikan ke sekolah-sekolah tertinggal. Program ini merupakan kelanjutan dari Kampus Mengajar Perintis yang sudah dilaksanakan pada tahun sebelumnya. Program ini berbentuk kegiatan asistensi yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa seluruh Indonesia yang sudah melalui tahap penjaringan sebelumnya dan bertugas dalam proses pembelajaran, administrasi, serta adaptasi teknologi di sekolah-sekolah yang dapat dikatakan tertinggal atau berada pada nilai akreditasi B kebawah.

Harapan dengan diadakannya program ini yakni dapat mempercepat upaya dalam pemerataan pendidikan khususnya di daerah 3 T (terdepan, terpencil, dan tertinggal). Selain itu dapat memberikan pengalaman untuk mahasiwa menjadi garda terdepan di bidang pendidikan sebagai cara untuk menarik empati dan kepedulian di masyarakat yang tidak semuanya berada dalam kehidupan pada zona nyaman. Program ini juga menjadi peran aktif dari perguruan tinggi dan mahasiswa dalam membangun pendidikan nasional.

Adapun beberapa tujuan dalam proses pelaksanaan Kampus Mengajar ini yakni Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui aktivitas di luar kelas perkuliahan; Membantu sekolah untuk memberikan pelayanan pendidikan yang optimal terhadap semua peserta didik pada jenjang SD dalam kondisi terbatas dan kritis selama pandemi; dan Memberikan kesempatan belajar optimal kepada semua peserta didik pada jenjang SD dalam kondisi terbatas dan kritis selama pandemi.

Kegiatan ini diikuti oleh berbagai macam perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia serta diminati oleh puluhan ribu mahasiswa yang saling berlomba untuk dapat menjadi garda terdepan dalam bidang pendidikan pada daerah 3 T. Seperti yang dikatakan oleh Muhamad Aldi Jatnika (Ketua Kelompok Kampus Mengajar Angkatan 1 di SDN Munjul) Mahasiswa Program Studi PGSD Penjas 2018 ini menjelaskan bahwa sebelum kita mahasiswa terjun langsung ke sekolah-sekolah, tentu harus melewati berbagai macam tahapan seleksi guna menyaring puluhan bahkan mungkin ratusan ribu mahasiswa yang mendaftar. Sehingga kita sebagai salah satu dari ribuan mahasiswa terpilih harus dapat memberikan kontribusi maksimal dan memanfaatkan kesempatan ini, banyak mahasiswa yang belum terpilih untuk melaksanakan program kampus mengajar ini.

Selain itu, program yang dilaksanakan selama ± 3 bulan ini memberikan berbagai macam pengalaman berharga bagi para mahasiswa, selain kita dapat mengimplementasikan ilmu yang kita dapatkan di bangku perkuliahan, kita juga menjadi lebih tersadarkan bahwa masih banyak di negara ini sekolah-sekolah yang memang kondisinya perlu mendapatkan perhatian berlebih, sehingga tidak sedikit juga mahasiswa yang tergerak hatinya untuk membantu dan memberikan kontribusi lebih selain membantu proses pembelajaran, administrasi, dan adaptasi teknologi. Kebanyakan mahasiswa menggunakan dana yang diberikan selama kampus mengajar ini dikumpulkan dan disatukan dengan rekan kelompoknya untuk memberikan kontribusi berupa fasilitas yang mendukung pembelajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, tutur Aldi.

Dalam pelaksanaannya, tentu program ini tidak serta merta begitu saja melaksanakan pembelajaran, terdapat beberapa metode yang digunakan yakni daring ataupun luring. Mengingat kondisi sekolah dan rata-rata siswa yang sedang menempuh di SDN Munjul ini tergolong dalam kondisi menengah kebawah, sehingga Muhamad Aldi Jatnika selaku ketua kelompok memutuskan untuk tidak terlalu banyak melaksanakan kegiatan pembelajaran secara daring karena keterbatasan fasilitas siswanya, beliau mensiasatinya dengan melaksanakan pembelajaran secara luring atau tatap muka sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu dan sisanya dilaksanakan secara daring via grup WhatsApp. Meski begitu, pembelajaran yang dilakukan secara luring ini tetap dengan mematuhi protokol kesehatan yakni dengan cara menggunakan masker, menjaga jarak, dan hanya membatasi kapasitas ruang kelasnya hanya 5-7 orang saja per kelas. Meski begitu, Nampak rasa antusias dari para siswa mengikuti pembelajaran luring ini, karena mereka sudah terlalu lama berdiam diri dirumah merasakan jenuh dan bosan dengan pembelajaran daring dengan kondisi yang serba terbatas di masa pandemi Covid-19 ini. (Muhamad Aldi Jatnika)