PT Garuda Indonesia Sukses Karena Media

Jakarta, UPI2

Media berperan penting dalam kesuksesan perusahaan melalui pemberitaan. Maka hal tersebut dapat dijadikan patokan perusahaan untuk terus mengembangkan usahanya ke arah yang lebih baik agar berbagai pihak merasa puas. PT Garuda Indonesia bisa sukses hingga hari ini karena peran media.

Jika menelusuri kembali tahun 2007 PT Garuda Indonesia berada dalam zona hitam. Pemberitaan di media gencar mengenai pelayanan Garuda buruk, konsumen merasa tidak puas, keuangan anjlok dan sebagainya. Pemberitaan seperti ini merupakan tolak ukur sebuah perusahaan. Sehingga internal Garuda Indonesia mengubah sistem yaitu dengan cara membuat strategi 5 tahunan, membuat tahapan memperbaiki dalam jangka 5 tahun ke depan.

Maka dalam jangka 5 tahun tersebut, Garuda membuat berbagai layanan dan PT Garuda Indonesia terbuka terhadap media. Jadi setiap layanan terbaru diluncurkan PT Garuda akan mengundang Media untuk mendiskusikan bersama. Pada intinya sebuah organisasi harus menjelaskan budaya organisasinya kepada media, sehingga media sendirilah yang akan menyimpulkan.

PT Garuda Indonesia membuat berbagai layanan yang ditujukan untuk konsumen dari berbagai kalangan. Dan perusahaan tersebut mengedepankan culture Indonesia dalam setiap layanannya.

contohnya terdapat layanan 28 touch, yaitu turis asing yang akan landing di Indonesia, Garuda memberikan 28 layanan tentang Indonesia seperti, aroma terapi dalam pesawat, baju Pramugari yang mencirikan warna Indonesia, music tradisional Indonesia, makanan tradisional Indonesia dan itu semua disediakan dalam pesawat. Dengan tujuan turis asing sebelum menginjakan kaki di Indonesia sudah diperkenalkan sedikitnya mengenai budaya Indonesia sehingga tidak terlalu mengalami culture shok.

Maka sebuah keberhasilan perusahaan adalah yang bisa menyeimbangkan dan memperkuat kerjasama internal dan eksternal juga transpansi informasi kepada masyarakat. Sehingga opini public yang dibangun dapat memberikan penilaian positif terhadap perusahaan tersebut. (Sani Rusyda Rahmani, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)