Putnav: Mari Bersahabat dengan Buku!

Bandung, UPI

Putnav, begitu sapaan akrab Putri Hikmatin Nafisah yang lahir di Jakarta, 9 Maret 1996 ini. Hari- hari, seakan berubah bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi 2014 ini. Sekarang, ia tak lagi sekadar menjadikan kebiasaan membaca sebagai hobi, namun juga harus menularkan hobi itu kepada masyarakat luas. Itu tak lain, karena tanggung jawab sosial yang ia pegang setelah berhasil menyabet juara 1 None Buku Jakarta Utara pada Agustus 2015.

“Saya prihatin dengan kondisi minat baca yang masih lemah di Indonesia saat ini, terutama di daerah saya berasal, Jakarta Utara,” tuturnya. Itulah alasan mengapa ia mengikuti acara yang diselenggarakan Pemerintah Kota Jakarta Utara tersebut. Baginya, adahal yang bisa ia lakukan untuk masyarakat. Salah satunya adalah sebagai jembatan pemerintah kepada masyarakat dalam meningkatkan kesadaran membaca buku.

Berangkat dari kecintaannya kepada novel Harry Potter, ia mulai mencintai buku. “Baca dulu apa yang kita suka, kalau sudah semakin dewasa kita juga akan sadar kalau kita butuh nutrisi buku lain untuk dibaca,” begitu ia menjawab dengan senyum mengembang ketika ditanya tips agar bisa menyukai buku. Ia menambahkan, bahwa baginya buku adalah dunia. Itu berarti dengan membaca maka akan mampu mengeksplorasi dunia. “Mari bersahabat dengan buku” tuturnya bersemangat.Buku-1

Mahasiswa yang juga mempunyai segudang aktivitas sebagai Kepala Bidang Informasi BEM Himikasi ini, mengungkapkan bahwa minat baca masyarakat sebenarnya bukan sepenuhnya disebabkan mereka malas membaca. Setelah melakukan diskusi panjang dengan berbagai instansi pemerintah dan sesama peserta Abang None 2015 selama Focus Group Discussion (FGD), ia mengatakan, “Minat baca yang kurang itu, beberapa factor dipengaruhi oleh harga buku yang masih mahal, akses keperpustakaan yang sulit utamanya di daerah pinggiran, dan fasilitas perpustakaan yang dinilai kurang menarik.” Itu berakibat, pada minat baca yang akhirnya rendah bagi masyarakat.

Menurutnya, selama ini memang kendala bagi masyarakat adalah ketidakmampuan untuk membeli buku.Kalaupun mampu membeli, mereka akan mempertimbangkan harga yang di banderol untuk sebuah buku yang dinilai masih terbilang mahal.Selain itu, perpustakaan belum dijangkau bagi semua kalangan.“Banyak event yang sebenernya bagus di perpustakaan, tapi masyarakat yang mendapat akses informasi saja yang bisa dating,” tambahnya.

Sedangkan mayoritas kalangan menengah ke bawah kebanyakan tidak memperoleh akses itu. Untuk itu, ia juga menghimbau agar pemerintah turut aktif sebagai fasilitator untuk meningkatkan minat baca masyarakat.

Sebagai Abang None Buku Jakarta Utara 2015, ia mempunyai beberapa peran untuk meningkatkan minat baca dan mempromosikan perpustakaan kepada masyarakat. Di antaranya adalah dengan mengampanyekan baca buku, langkah paling sederhana yang bisa ia lakukan adalah ajakannya di media social dan akun Ikanobu (Ikatan Alumni None Buku), menyosialisasikan fasilitas perpustakaan, meningkatkan kepekaan social terhadap kasus minat baca buku yang ‘miris’ di daerah dengan kunjungan kelapangan, dan sebagai jembatan pemerintah dengan masyarakat dalam peningkatan minat baca buku utamanya masyarakat menengah ke bawah.

Berbagai upaya yang dilakukannya, tidak akan berarti apabila semua pihak tidak bersinergi untuk misi besar ini. Melalui slogan “Mari membaca, mari peduli, mari berbagi, mari menginspirasi!” Ia ingin menularkan semangat membaca kepada masyarakat, menggandeng pemerintah untuk mewujudkan generasi dan peradaban Indonesia yang lebih baik dengan peningkatan minat baca! (Nurul Nur Azizah/Ilmu Komunikasi 2013)