Putra Putri Papua Kuliah di UPI

asepBandung, UPI

Sebanyak 10 orang mahasiswa baru asal Papua dan Papua Barat berkesempatan untuk kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui program afirmatif. Program Afirmatif merupakan program unggulan Kemristek Dikti untuk percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Menurut Kepala Divisi Rekrutmen Mahasiswa Baru UPI, Dr.rer.nat. Asep Supriatna, M.Si., Program Afirmasi di UPI telah dimulai sejak tahun 2012.”UPI konsisten untuk ikut mencerdaskan anak bangsa dari seluruh pelosok negeri termasuk Papua. Di tahun 2012 kita menerima 4 orang, tahun 2013 menerima 16 orang , tahun 2014 menerima 9 orang, tahun 2015 menerima 11 orang, dan di tahun 2016 kami menerima 10 orang mahasiswa,” katanya saat mendampingi peliputan oleh ANTARA TV, di Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung.1

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa semangat belajar mahasiswa asal Papua sangat tinggi, namun mereka mengalami kesulitan di awal-awal tahun pertama kuliah. Masalah utamanya yaitu masalah akademik dan masalah sosial/lingkungan. Bahasa Indonesia mereka tidak lancar dan tulisan sulit dibaca, juga mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan gagasan secara lisan maupun tulisan. Di awal mereka juga sulit mengatur keuangan.

“Contoh masalah dalam bidang akademik, mereka secara umum sulit beradaptasi dalam kemampuan dasar bidang studi, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, IPA (matematika, fisika, kimia, dan biologi) dan IPS (ekonomi, akuntansi, geografi dan lainnya), dan teknologi informasi. Sementara itu dalam konteks sosial mereka cenderung tertutup, sukar bergaul, dan masih merasa asing di lingkungan baru,” ungkapnya.

Nah dalam kasus ini, kita harus bijak dalam membantu mereka agar bisa menyesuaikan diri, katanya. Pada kenyataannya setelah bearadptasi, lambat laun IPK mereka naik yaitu 3,3, artinya ada kenaikan yang signifikan, bahkan kemarin ada yang diikutsertakan dalam pertemuan mahasiswa nasional, tapi memang perlu proses, dan hal itu lambat laun bisa diatasi.

3“Metode pendampingan yang kami gunakan yaitu di awal tahun harus ada matrilkuliasi bagi mahasiswa baru, dan setiap semester kami undang untuk berkumpul, baik secara formal maupun informal. Mereka dikumpulan untuk menjalani serangkaian tes, kemudian hasilnya dipetakan, pada prodi mana akan ditempatkan. Kakak kelas harus ikut membantu, diminta mencari teman yang bukan orang Papua, yang bisa dimintai tolong dalam pengembangan akademiknya. Jangan bergaul dengan yang satu daerah, harus berani masuk  pada lingkungan masyarakat baru,” paparnya.

Alhamdulillah, mereka menunjukan progress perbaikan. Perkembangan lebih baik, lebih terbuka, bahkan ada yang jadi pengurus himpunan, dan sangat kooperatif, jelasnya. Mereka membentuk perkumpulan dan ketuanya diminta mengontrol teman-temanya. Berdasarkan pengalaman belajar di kelas, mereka bisa mengikuti dengan baik hanya perlu penyesuaian dalam kelas dan teman.2

Ditegaskannya,”Keberadaan mahasiswa asal Papua sangat strategis bagi UPI, karena berguna untuk memperluas jaringan dalam rangka pengembangan pendidikan. UPI berperan dalam membantu menyiapkan sumber daya manusia untuk membangun daerah tertinggal, dan pengalaman ini dapat diterapkan di daerah lain. Diharapkan mereka tidak pulang sebelum menjadi sarjana, harus serius memperdalam keilmuannya, serta harus membangun daerahnya. (dan/ija)