Rektor UPI : Bangsa Indonesia Harus Siap Hadapi MEA

1-3

Bandung, UPI

Kita baru saja memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan diberlakukannya MEA, berarti ekonomi ASEAN menjadi terintegrasi melalui sistem free trade atau perdagangan bebas antar negara ASEAN. MEA sebagai realisasi dari integrasi ekonomi masyarakat ASEAN, didasarkan atas kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperluas dan memperdalam integrasi ekonomi melalui inisiatif baru yang memiliki batas waktu yang jelas. Apa yang dilakukan ASEAN melalui MEA ini menunjukkan bahwa ASEAN sedang berusaha merespons tantangan global untuk “mengimbangi” pamor dan kekuatan negara-negara yang tergabung dalam G20, G7, dan forum kerjasama internasional lainnya. Dengan jumlah PDB (Pendapatan Domestik Bruto) sekitar 2,4 triliun dollar, komunitas ASEAN berharap menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia baru yang patut diperhitungkan dan dapat berbicara banyak dalam kancah pergaulan ekonomi internasional.

“Melalui pemberlakuan MEA diharapkan tercipta kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan memiliki daya saing tinggi. Pemberlakuan MEA diharapkan dapat mempercepat liberalisasi perdagangan di bidang barang dan jasa serta meningkatkan pergerakan tenaga profesional dan jasa lainnya secara bebas di kawasan ASEAN,” kata Rektor UPI Prof. Furqon, Ph.D saat memberikan sambutan dihadapan 1.789 lulusan UPI pada Upacara Wisuda Gelombang I, Rabu 13 April 2016 di Gymnasium Kampus UPI JLn. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Lulusan UPI yang diwisuda pada gelombang I tersebut sebanyak 1.789 orang terdiri atas 11 orang lulusan jenjang Diploma (D3), 1.286 orang jenjang Sarjana (S1), 245 orang jenjang Magister (S2), dan 52 jenjang Doktor (S3). Sementara itu lulusan pendidikan profesi program PPG pasca SM-3T 163 orang, ditambah dengan 32 orang lulusan PPG Prajabatan SMK Kolaboratif.

Dijelaskan Rektor UPI, melalui MEA, arus lalu lintas barang, jasa, investasi, dan modal diharapkan lebih bebas sehingga dapat mewujudkan pembangunan ekonomi di kawasan ASEAN dengan lebih merata. MEA juga diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi antar bangsa anggota ASEAN secara komprehensif sehingga pada gilirannya kelak ASEAN akan menjadi kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, wilayah pembangunan ekonomi yang merata, daerah-daerah yang terintegrasi secara penuh, serta menjadi basis dan pasar produksi tunggal dalam ekonomi global.

wisuda 1Bagi Indonesia, juga bagi negara anggota ASEAN lainnya, pemberlakuan MEA adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan dan harus menjadi komitmen bersama. Mau tidak mau, siap tidak siap, bangsa Indonesia harus mau dan siap menghadapi pemberlakuan MEA. Tidak ada pilihan lain bagi Indonesia kecuali terlibat dan melibatkan diri di dalamnya.

“Tantangan utama yang perlu diantisipasi setelah pemberlakuan MEA adalah kesiapan ekonomi nasional beserta daya dukungnya, terutama yang menyangkut daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya, termasuk dalam hal aliran bebas barang dan jasa serta tenaga terdidik dan profesional. Tantangan lainnya adalah bagaimana menghadapi ketidakpastian dan fluktuasi pada sektor keuangan akibat berbagai pengaruh, di antaranya adalah ketidakpastian kebijakan negara-negara maju yang seringkali berubah tanpa diduga. Namun demikian, Indonesia secara bertahap mampu mengendalikan tantangan dan situasi yang kurang menguntungkan tersebut melalui sejumlah kebijakan ekonomi dan politik yang pro rakyat”, ungkap rektor.

 

Menurutnya, sesungguhnya MEA bukan sekadar mengundang terjadinya persaingan produk, barang, dan jasa, melainkan juga merupakan persaingan kualitas orang atau sumber daya manusia. Oleh karena itu, jika Indonesia yang saat ini berpenduduk sekitar 255 juta jiwa tidak mempersiapkan diri dengan baik, maka Indonesia akan menjadi pasar dan incaran negara-negara anggota ASEAN lainnya. Indonesia sudah tidak bisa lagi mengelak dari persaingan yang terjadi akibat pemberlakuan MEA. Saat ini dunia semakin terbuka sehingga perlu upaya ekstra bagi Indonesia untuk memposisikan diri di urutan terdepan dalam mengambil dan memanfaatkan setiap kesempatan dan peluang yang ada. Persaingan saat ini bukan lagi hanya terbatas pada dunia bisnis, industri, barang, dan jasa, melainkan sudah merambah ke bidang lain, termasuk sektor pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Hal ini menjadi salah satu concern UPI sebagai salah satu perguruan tinggi yang selalu peduli terhadap dunia pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia di tanah air.

Untuk tetap eksis dan bertahan di tengah-tengah kehidupan global yang kompetitif dewasa ini, Indonesia memerlukan sistem pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia berkualitas, yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang dengan menggunakan “intangible assets”, yaitu keimanan (belief in God), pengetahuan (knowledge), kompetensi belajar (learning competence), dan jejaring (networking).

“Sumber daya manusia yang berkualitas sudah barang tentu berasal dari pendidikan yang berkualitas, dan UPI sangat menyadari hal tersebut. Oleh karena itu pembangunan dan pembaharuan yang dilakukan oleh UPI bukan hanya aspek fisik, namun juga pengembangan sistem dan kultur kerja yang berorientasi pada peningkatan  kualitas akademik sehingga pada gilirannya UPI dapat menghasilkan lulusan yang bermutu, unggul, dan berdaya saing global,” jelasnya.

Beberapa langkah strategis yang UPI lakukan saat ini di antaranya adalah membangun sarana dan prasarana pendidikan yang lebih lengkap dan modern; meningkatkan jumlah dosen berkualifikasi doktor dan guru besar sehingga memenuhi standard ideal; memfasilitasi dosen muda potensial untuk studi lanjut ke luar negeri; memperkuat budaya riset dan publikasi; meningkatkan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga internasional; dan mengoptimalkan potensi kampus UPI di daerah. Di samping itu, pembinaan kegiatan kemahasiswaan di lingkungan UPI lebih dioptimalkan melalui pemberdayaan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan pembukaan kesempatan bagi sebanyak mungkin mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan bakat, minat, dan penalaran mahasiswa. Maka, tidaklah mengherankan apabila sejumlah penghargaan diraih oleh mahasiswa UPI, baik pada level nasional maupun pada level internasional.

wisuda 3

Sumber daya manusia yang diperlukan pada era MEA ini adalah bukan hanya individu-individu yang unggul dan mempunyai daya saing semata, namun sekaligus harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Proses pendidikan sekarang harus menjadikan para peserta didik sebagai pembelajar yang mempunyai motivasi tinggi dan selalu dahaga untuk terus belajar dan belajar. Karena pada waktunya nanti mereka akan menjadi tulang punggung bangsa yang berpeluang menjadikan negeri ini semakin percaya diri, bermartabat, mampu bersaing, dan dihargai oleh bangsa-bangsa lain sehingga dapat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan mereka. (Deny/Andri/Dodi/Asko)