Rektor UPI: Ubah Mindset dalam Kultur Kerja

Bandung, UPI

Untuk menghasilkan lulusan yang berdaya saing, diperlukan perubahan mindset dalam kultur kerja. Kecepatan dan akurasi sangat diperlukan, demikian pula dengan sikap adaptif, itu termasuk dalam perubahan mindset. Tidak lagi berpikir personal namun berpikir secara kelembagaan, tidak lagi bisa berlama-lama, harus ada keberanian dan jangan ragu-ragu.

Pernyataan tersebut disampaikan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA., usai melaksanakan upacara wisuda gelombang III Tahun 2021 yang dilakukan secara daring (dalam jaringan) maupun luring (luar jaringan) yang berlangsung pada Rabu (13/10/2021).

UPI menyelenggarakan upacara wisuda gelombang III Tahun 2021 secara daring dan luring. Upacara wisuda diselenggarakan melalui daring menggunakan aplikasi Zoom diikuti oleh 3985 peserta dengan rincian jumlah lulusan jenjang D3 (Diploma) sebanyak 80 orang, lulusan jenjang S1 (Sarjana) sebanyak 3.324 orang, lulusan jenjang S2 (Magister) sebanyak 477 orang serta lulusan jenjang S3 (Doktor) sebanyak 104 orang. UPI juga mewisuda 5 mahasiswa asing program magister asal Palestina, Tanzania, Tajikistan, Madagascar, dan Thailand.

Lebih lanjut dijelaskan,”Kompetensi lulusan mahasiswa dengan model daring dan luring dirasakan tidak ada perbedaan, semua mendapatkan layanan pendidikan yang sama. UPI memiliki keyakinan bahwa manusia adalah mahluk yang dinamis. Tentu tidak ada pendekatan pembelajaran yang sempurna, namun bagaimanapun kita bisa belajar dari pengalaman. Jika dilihat dari sisi intensifikasi hubungannya dengan luring ini tentu sangat terhambat. Sekali lagi kita bisa belajar dari kondisi seperti ini.”

Kondisi seperti ini, ungkapnya, diharapkan bisa menjadi pembelajaran kepada kita untuk selalu adaptif dengan berbagai kondisi dan persoalan. Jadi, dengan kondisi apapun kita harus mampu adaptif. Kita juga tidak mengetahui perkembangan ke depannya. Apakah masih mengharuskan daring atau sudah bisa full luring. Tetapi pengalaman ini diharapkan dapat memberikan suatu pelajaran bagi kita untuk selalu bisa menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi dan persoalan.

“Kita tidak bisa lagi membekali mahasiswa dengan suatu konsep yang statis, yang harus kita lakukan adalah bagaimana menyiapkan mahasiswa dengan membekalinya tools. Tools untuk beradaptasi, tools untuk berpikir, tools untuk berkomunikasi, dan tools untuk berkreasi, sehingga keilmuannya tidak lagi standar,” tegasnya.

Terkait proses pembelajaran, ungkapnya lagi, rencana luring sudah dimulai dan disesuaikan dengan kemampuan fakultas masing-masing. UPI sudah menyiapkan kelas-kelas hybrid learning, jadi sekarang masih in between. Ke depan, kita benar-benar siap luring, diharapkan sudah tidak ada lagi permasalahan dengan pandemik ini. Namun demikian, kita tetap mengembangkan pola pembelajaran hybrid learning. Pola tersebut (daring) masih diperlukan oleh mahasiswa. Mereka yang jauh masih bisa mengikuti perkuliahan. Luring kita siap laksanakan, daring pun tetap dilakukan. Kita tetap melayani kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang.

Dikatakannya,”UPI sangat medukung Program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM), karena diperlukan fleksibilitas. Dalam tata manajemen perguruan tinggi yang diperlukan adalah kemandirian. MBKM sebetulnya adalah terkait dengan bagaimana kemandirian kampus.”

Beradasarkan pidato dari ketua MWA UPI Jenderal TNI (Purn) Dr. Agum Gumelar, M.Sc., tentang jiwa nasionalisme, sumber daya manusia yang berdaya saing, dan disiplin, ini merupakan hal yang sangat fundamental. Hal tersebut masih sangat relevan dengan kondisi sekarang. Tanpa nasionalisme negara bisa bubar, kemudian jika SDM-nya lemah dan tidak mampu beradaptasi ini yang harus dibangun. Terkait disiplin, ini menjadi sangat penting, tanpa disiplin jangan harap semuanya bisa terwujud. (dodiangga)