Screening Film karya Mahasiswa di Polandia dan German: Presentasi Keilmuan Rekognisi Internasional Program Studi Film dan Televisi FPSD UPI

Program Studi Film dan Televisi FPSD Universitas Pendidikan Indonesia didirikan tahun 2019 dan saat ini memasuki tahun ke empat. Sebagai prodi baru, FTV FPSD UPI telah menghasilkan banyak karya inovasi mahasiswa baik dalam bentuk film dokumenter, film fiksi maupun film eksperimental yang mengusungkan nilai-nilai pendidikan berbasis khasanah budaya Nusantara. Basis keilmuan di Prodi FTV, FPSD. UPI terangkum dalam KBK (Kelompok Bidang Keilmuan) yang kemudian diturunkan dalam struktur kurikulum. KBK di prodi film dan televisi menjadi acuan bagi seluruh civitas akademika dalam menjalankan seluruh aktifitas belajar mengajar, dan karya mahasiswa prodi film dan televisi sebagai wujud implemetasi dari KBK tersebut. Film sebagai bidang keilmuan yang multidisipliner memungkinkan untuk menjadi media pengetahuan mengenai khasanah kebudayaan Nusantara bagi masyarakat dunia. Melalui film-film yang diproduksi oleh Mahasiswa Prodi Film Dan Televisi, masyarakat luar negeri merasa menemukan esensi keanekaragaman bangsa Indonesia, sehingga menggugah pengetahuan baru dan hal ini menjadi dasar ketertarikan masyarakat luar negeri untuk mengetahuinya dengan mengadakan event apresiasi dan diskusi.

Prodi Film dan Televisi FPSD UPI bekerjasama dengan Uniwersytet Artystyczny im. Magdaleny Abakanowicz w Poznaniu – Poland https://uap.edu.pl/english/about/, Asien Afrika Institut Universitet Hamburg – Germany https://www.aai.uni-hamburg.de/, dan Haus der Indonesischen Kulturen Berlin – Germany menyelenggarakan pemutaran film, diskusi dan presentasi publik di dua negara (Polandia dan Jerman). Dikatakan Nala (3/10), program ini akan memutarkan 12 film eksperimental, 4 film dokumenter dan 7 film fiksi. Beberapa Dosen FTV yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Dipl. Kunst. Erik Muhammad Pauhrizi, M.Sch. dan Nala Nandana Undiana, S.Pd. M.A.. Dalam kesempatan ini akan memberikan kuliah umum serta presentasi publik di tiga tepat, yakni:  universitas di Hamburg Jerman, Pozan Polandia dan kedutaan negara Republik Indonesia di Berlin Jerman.

Kegiatan ini merupakan implementasi Penelitian/PKM yang didapat dosen film dan televisi hibah LPPM UPI dan juga program MBKM internasional yang digagas secara mandiri oleh Program Studi Film dan Televisi FPSD UPI. Program yang sudah berlangsung sejak tahun 2021 ini merupakan rancangan awal yang nantinya akan menjadi program kegiatan Festival Film Pendidikan Internasional yang rencananya akan diselenggarakan pada tahun 2023.

Pada saat kegiatan screening film karya mahasiswa FTV di aula Uniwersytet Artystyczny im. Magdaleny Abakanowicz w Poznaniu – Polandia. Sebagai narasumber utama dalam screening film ini adalah Erik Muhammad Pauhrizi (dosen FTV pengampu mata kuliah Studio film eksperimental) dan Nala nandana (dosen FTV pengampu mata kuliah Studio film documenter). Dikatakan oleh Nala dan Erik (3/9) para apresiator sangat tertarik dengan karya-karya film mahasiswa FTV yang mengangkat budaya lokal bangsa Indonesia. Karya film yang memiliki kekuatan budaya tutur nusantara menjadi entitas tersendiri bagi para apresiator yang hampir seluruhnya adalah film maker.  

Pemutaran film di UAP (3/10/2022) – 10 film yang diputar kecenderungannya film eksperimental untuk menyamakan pendekatan dengan mereka. Dari 10 film tersebut terdapat 1 film fiksi untuk menunjukkan metodologi budaya tutur Nusantara, membicarakan identitas mahasiswa Indonesia yang beragam dan keragaman itu menjadi keragaman pula pada cara bertutur mereka dalam konteks seni gambar bergerak. Sebagai film terakhir para penonton cukup senang dengan ditampilkannya film fiksi berjudul “Cigalumpit” yang pendekatanya urban legend, horor, dan mitos lokal Indonesia. Film film yang diputar dalam acara ini diantaranya adalah Karya Nanda judul Looking for wong kar-wai (7:30), Tiara dan Tifano judul point of view (7:17), Lutfi judul mite (4:54), Dendi judul X-cell (5:14), Arsya judul Below Zero (5:45), Wiki judul Games over drama (5:40), Yazid judul night danger (5:25). Para peserta yang datang pada malam pemutaran film ini selain mahasiswa banyak juga professor. Banyak yang datang menyapa Erik dan Nala pada saat mereka berkunjung ke studio-studio yang ada di universitas tersebut. Salah satu yang dianggap paling senior dari inter media Prof. Piotr Kurka menilai film yang dihasilkan oleh mahasiswa FTV UPI sangat advance dan intelektual.

Setelah pemutaran dan diskusi film, Daniel dekan dari UAP Poznan setelah melihat materi film karya mahasiswa FTV UPI, Ia menginginkan kedepan proyek ini harus diteruskan dalam bentuk pameran bersama, pertukaran mahasiswa, pertukaran Dosen, joint research intinya responya sangat baik. Meskipun kondisi di Polandia saat ini agak hancur karena perang Rusia Ukraina. Kampus hampir kebanyakan lampunya mati, karena harga gas mahal dan seluruh Eropa salah satunya Polandia sangat bergantung pada gas Rusia. Saat ini pasokan gas sedikit, sehingga kampus menjadi gelap gulita. Kondisi ini baru terjadi kali ini, dan imbasnya terhadap dana-dana kebudayaan dan pendidikan di Polandia dan hampir seluruh Eropa digunakan untuk menyelamatkan pengungsi dari Ukraina.

Kampus Uniwersytet Artystyczny im. Magdaleny Abakanowicz w Poznaniu – Polandia tidak sebesar kampus UPI, namun jika dibandingkan dengan gedung FPSD sebagai fakultas Seni, kampus ini lebih besar. Kemudian setiap studionya sangat lengkap dan studio tidak sharing dengan prodi yang lain. Di katakan oleh Erik (3/10), untuk sebuah universitas kita bisa menyamakan level fakultas seni, semua program studi sangat terbuka buat seluruh mahasiswa.  Karena ditahun yang sama di tahun ke 2  atau semester  3 mahasiswa boleh memilih studio manapun, dan mereka boleh mengambil studio ke 2 atau studio ke  3 dan  Studio ke 2  atau studio pertama boleh pindah-pindah tapi dengan seizin  Dekan dengan projek yang telah dianggap baik, misalnya: mahasiswa  film di studio ke 2 nya bisa mengambil seni rupa atau mengambil musik untuk mencari sesuatu yang mereka bayangkan dan pendekatannya sangat scientific meskipun mereka fokus pada proses kreasi.

Dalam kesempatan ini, Erik dan Nala juga membicarakan tentang kurikulum dan pendekatan akademik. Mereka sama dengan German, mereka memisahkan teks dengan proses kreasi, mereka tidak mengenal jurnal, tidak mengenal pendekatan seperti di Indonesia yang hybrid dimana karya ilmiah memiliki nilai yang lebih besar dibanding karya. Tapi tentunya seperti juga di German, dalam menyusun karya, mahasiswa harus ada laporan tertulis, harus ada proposal dan teori-teori yang digunakan sebagai konsep pembuatan karya.

Dalam konteks pertukaran akademik, sebetulnya mereka masih membuka seluas-luasnya kesempatan dan mereka menjamin bakal menerima mahasiswa Prodi Film dan Televisi FPSD UPI. Namun untuk beasiswa mahasiswa harus mencari sendiri, karena pada saat ini dana pendidikan dan kebudayaan Polandia sedang digunakan untuk kepentingan kemanusiaan.

Kehidupan di Poznan mirip dengan Bandung, masyarakatnya ramah dan terbuka. Biaya hidup sangat murah dibandingkan hidup di German, kehidupan akademik dan suasana akademik sangat mendukung jika mahasiswa FTV UPI ingin melanjutkan studi master atau doktoralnya di UAP. Kerjasama ini dikemudian hari menjadi harapan besar prodi film dan televisi untuk dapat mengarahkan mahasiswa dan dosen go internasional dengan implementasi kerjasama tersebut.  

Dikatakan oleh Hery Supiarza, Ketua Prodi Film dan Televisi FPSD, UPI (3/10) Harapan kedepan, kegiatan-kegiatan yang mengangkat karya-karya seni mahasiswa dari setiap prodi di universitas pendidikan Indonesia, khususnya prodi yang ada di lingkungan Fakulta Pendidikan Seni dan Desain dapat menjadi amunisi utama bagi universitas pendidikan Indonesia dalam memperkenalkan budaya Indonesia khususnya seni. Dengan dukungan yang serius dari institusi, kami meyakini rekognisi Internasional yang merupakan salah satu tujuan utama dari UPI yang memiliki motto leading and outstanding dapat tercapai dengan baik. Selain itu, untuk mendukung aktifitas kreatif mahasiswa film dan televisi dalam mewujudkan ide dan gagasannya membuat karya, sudah seharusnya universitas memberikan fasilitas studio televisi dan studio screening film yang saat ini belum tersedia. Dengan adanya fasilitas yang mendukung, prodi FTV akan mampu melahirkan produk-produk televisi dan film yang dapat menjadi kebanggaan tingkat nasional maupun Internasional, sekaligus dapat mendatangkan IGU bagi UPI sebagai Universitas PTNBH.  (Hery Udo, 5/10/2022)