Sound of Game Land: Kolaborasi Adalah Kekuatan

Bandung, UPI

Kehidupan bermusik saat ini sudah berhadapan dengan bermacam-macam talenta para musisi yang beragam dan unik. Ada yang tradisional dan juga modern. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan budaya musik yang interaktif antara satu dengan yang lainnya. Di satu sisi mereka dihadapkan oleh batasan-batasan budaya musikal mereka, di sisi lain mereka juga berkeinginan menciptakan produk kreatif  yang terpadu. Itulah semangat yang diusung oleh para musisi seperti Rita Tila, Kimokal, Barry Likumahua, Stars and Rabbit, Tompi dan Mang Ayi seniman beluk serta grup gamelan Kyai Fatahillah pada Sabtu (8/1/2017) malam di Sasana Budaya Ganesha Bandung. Even yang bertajuk Sound of Game Land tersebut dilaksanakan oleh para mahasiswa angkatan 2013 Departemen Pendidikan Seni Musik FPSD UPI.

Pengalaman malam itu memberikan sebuah penyegaran kepada para audiens dari hasil kolaborasi sosial dan musikal para musisi, sehingga menghasilkan bentuk musik yang kolaboratif, antara gamelan tradisional dan alat-alat musik modern lainnya. Melalui kolaborasi yang apik, walaupun bukan sesuatu yang baru, setidaknya mereka berupaya menyuguhkan pemandangan lain. Tentu saja bila melihat musik-musik seperti itu, sudah tidak melihat lagi konsep “orisinilatias budaya” karena itu akan menjadi sebuah problema tersendiri.

Pencakokan dan Adaptasi Musik

Pencakokan dari ekosistem musik yang satu ke yang lain, tentu akan menghasilkan dua kemungkinan yaitu, tumbuh subur atau tidak. Jika itu tumbuh subur maka ide-ide musikal diantara para musisi itu akan berlanjut kepada sebuah adaptasi.

Mau tidak mau sepertinya sebuah karya musik bisa bertahan dan berlanjut karena adanya adaptasi. Adaptasi para musisi malam itu menghasilkan kedekatan kontak batin antara kemampuan teknis yang etnik dengan modern. Pencangkokan dan adaptasi antar budaya musikal ini terlihat pada karya-karya mereka malam itu. Seorang Rita Tila seniman kawih, Mang Ayi seniman beluk, dan grup gamelan Kyai Fatahillah berpadu padan dengan Barry Likumahua pemain jazz, Stars and Rabbit grup musik pop folk (itu yang mereka katakan), dan Kimokal grup musik elektronik, menciptakan sebuah karya yang didasarkan pada nilai-nilai tradisi yang menjadi panduan dan inspirasi mereka. Setidaknya itulah respon mereka terhadap perubahan situasi sosial saat ini yang mereka curahkan melalui karya musik pada malam itu.

Kolaborasi Adalah Kekuatan

Dengan keragaman latar belakang musik yang dimiliki, mereka mampu berperan aktif untuk menyukseskan pertunjukkan malam itu. Dengan dua kekuatan budaya itu, tidak menghalangi mereka untuk berkarya, karena apa yang mereka pertimbangkan bukan individualitas tetapi pertimbangan kolaborasi kreatif yang menyatukan antar individu.

Semangat kolaborasi memengaruhi modifikasi karya dalam mengolah kembali dan menyejajarkan antara elemen-elemen musik, untuk memproduksi elemen-elemen musik baru dalam konteks yang lain. Adanya kolaborasi menjadi hal yang wajar dilakukan untuk survive. Kolaborasi musikal malam itu berdampak pada adanya modifikasi karya yang bergantung kepada pengetahuan, pengalaman, kepentingan, dan budaya para musisinya. Inilah makna dari kolaborasi malam itu yang sesungguhnya. Sangat kompleks, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga kolaborasi adalah kekuatan yang sesungguhnya.  (Sandie Gunara)