Tantangan Nasionalisme Abad 21

Bandung, UPI

Nasionalime kita lahir belakangan daripada negara-negara lain, yaitu pada abad 20, kenapa? Karena kita terlena. Awal abad 20, melalui Syarikat Islam munculah nasionalisme tersebut. Kemunculannya digerakan oleh kaum muda. Nasionalime tumbuh karena wawasan para pemudanya bertambah, juga karena faktor lingkungan, mereka melihat disekelilingnya masih banyak yang harus diperhatikan.

Demikian ungkap Ketua MPR RI Dr (HC). Zulkifli Hasan, S.E., M.M., saat berbicara sebagai keynote speaker dalam acara Seminar Motivasi Spirit of Indonesia hasil kolaborasi antara KAMI Indonesia dengan UPI tentang Tantangan Nasionalisme Abad 21.

Seminar diselenggarakan di Gedung Achmad Sanusi UPI Jalan Dr Setiabudhi No 229 Bandung, Selasa (13/2/2018). UPI kampus ke-3 dalam rangkaian penyelenggaraan seminar ini dari total 120  Kampus se-Indonesia. Seminar ini merupakan salah satu bagian dari program roadshow KAMI Indonesia yang didukung oleh MPR RI.

Lebih lanjut dikatakan bahwa nasionalisme berkembang sesuai perkembangan zaman. Ada 6 fase nasionalisme di Indonesia, contohnya era Bung Karno yang menegaskan bagaimana menempatkan dasar-dasar negara.

“Demokrasi Pancasila melahirkan sikap saling menghargai, jauh dari korupsi, tidak menista, tidak melakukan persekusi, serta kekerasan pada tokoh agama. Pada kenyataannya, saat ini yang terasa adalah kita mulai kehilangan siapa kita. Oleh karena itu, menurrt saya, kita musti tahu siapa kita, dan darimana kita berasal,” tanyanya.

Adapun syarat nasionalisme pada zaman sekarang yaitu pertama adalah kokoh jati dirinya, ungkapnya, kedua, ilmu pengetahuan yang menjadi kunci, sehingga produktifitas menjadi tinggi. Ketiga, memiliki jaringan yang luas, seolah-olah dunia semakin kecil dan dalam genggaman. Maka, jika ketiganya dikuasai diharapkan akan sukses. Kemudian syarat ke-4 adalah nilai, kita memiliki nilai yang agung.

Diterangkannya,”Ada tantangan nasionalisme yang harus dihadapi, yaitu resolusi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, tantangan globalisasi, media sosial dan personasilasi individu. Kemudian, agenda nasionalisme ke depan yang harus diperkuat diantaranya identitas-identitas suku dan latar belakang, identitas nasional, dan identitas sebagai warga dunia. Nasionalisme manusia Indonesia yaitu akar budaya yang kuat, identitas dan integrasi nasional yang solid, menjadi warga dunia yang cerdas, serta cekatan kosmopolit.” (dodiangga/denynurahmat)